17 : mari lakukan bersama.

401 79 30
                                    

Happy reading🖤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading🖤

...

Rupanya memang benar bahwa menjadi yang tertua itu tidaklah mudah. Meskipun Heeseung sudah menangis di hadapan Jay dan Jake, kedua sepupunya itu tetap tidak mendengar apa yang sudah dia katakan. Mereka pergi, meninggalkan Heeseung sendiri di dalam UKS yang kian menyesali perbuatan, dia semakin menyalahkan dirinya sendiri atas kondisi sepupu-sepupunya yang saat ini tumbuh menjadi orang asing yang tidak tersentuh.

Hati mereka membeku. Tali yang membelenggu mereka begitu erat mengikat hingga mereka bahkan tidak merasa tersentuh melihat air matanya. Apakah memang sudah terlalu terlambat untuk diperbaiki? Heeseung bertanya-tanya pada dirinya. Apakah tidak ada kesempatan untuknya menyatukan mereka semua?

Sepanjang pelajaran berlangsung, Heeseung melamun, benar-benar tidak memperhatikan guru yang sedang mengajar di depan sana. Memang matanya melihat ke depan, tapi pikirannya entah ada dimana. Heeseung tidak bisa fokus karena dia semakin merasa bertanggungjawab atas apa yang terjadi pada semua sepupunya.

"Heeseung, bisa kamu kerjakan soal ini?"

Tersadar dari lamunan panjang, Heeseung menerjap, kini pandangannya benar-benar fokus pada angka-angka yang sudah guru tuliskan untuk dia kerjakan, "Tentu bu, akan ku coba kerjakan."

Dia melangkah dengan percaya diri, karena memang bahkan sebelum guru menerangkan materi ini, Heeseung sudah belajar sendiri di mansion. Meskipun dia tidak tau apakah dia bisa mengingat rumus yang sudah dia pelajari dengan baik atau tidak, Heeseung terlihat tidak ragu sama sekali, tangannya bergerak cepat mengerjakan soal itu, membuat anak anak di kelas bergumam kagum.

Heeseung membalikkan tubuhnya setelah selesai mengerjakan soal yang diberikan guru itu, "Apakah jawabanku sudah benar?" Tanyanya.

Bu Junhee tersenyum lebar, "Kamu memang pintar, Heeseung! Jawabanmu sudah benar."

Heeseung membungkuk mendapatkan pujian dari guru itu, sedikit tersenyum tapi orang-orang tidak akan menyadari karena kalau dilihat dari dekatpun, Heeseung seperti tidak sedang tersenyum, "Terimakasih ..."

"Baiklah. Kembali ke tempat dudukmu."

Heeseung mengangguk pelan. Matanya melirik sekilas ke jendela kelas. Kelasnya memang ada di lantai paling atas, jadi Heeseung bisa melihat beberapa anak entah kelas berapa sedang bermain basket di lapangan, dia juga bisa melihat langit bersinar bergitu cerah, tidak awan sama sekali disana. Burung-burung terlihat berterbangan bebas bersama kelompok-kelompoknya.

Setelah mendudukkan dirinya di kursi lagi, Heeseung menghela nafas pelan, dia kemudian mengambil pensilnya, mencoba untuk mulai fokus pada pelajaran meskipun pikirannya masih terbagi-bagi karena memikirkan banyak hal. Kepalanya menoleh ke samping, sekali lagi ingin melihat betapa cerahnya langit hari ini.

Wheel SpinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang