3

1.1K 135 5
                                    

( Hana Point of View )

     Hari ini, penguji cobaan ramuan peledak itu akan di laksanakan. Jika kau berfikir aku akan bergabung bersama para pasukan pengintai lain dengan berterbangan menebas Titan di bawah tembok sana maka jawabannya adalah Tidak. Aku belum mempelajari cara menaiki kuda dan menggunakan manuver 3D, aku hanya akan menjadi santapan pagi para monster mengerikan itu. Lagipula, aku tak terlalu tertarik untuk mencobanya secara langsung, mungkin di sini hanya Hanji Zoe yang terlihat berminat penuh dengan memperhatikan sambil mencatat sesuatu.

Di sampingku, ada bocah bernama Eren Yaeger dan Mikasa Ackerman. Danchou memerintahkan mereka berdua agar melindungiku sampai kami kembali ke camp survey corps, padahal ini cukup berlebihan menurutku. Lagipula kalau ada bahaya yang menghadang, aku hanya perlu berlari sejauh dan secepat mungkin.

Tidak akan ada bahaya yang mengacam kan?

Pagi ini juga damai, biasanya akan ada pepatah yang mengatakan di balik hari yang tenang akan ada bencana yang muncul. Membuka mata dan menyadari jika aku masih berada di dunia ini saja sudah termasuk mimpi buruk, terlebih lagi melihat Collosal Titan dan Armored Titan yang di bicarakan orang-orang di gedung saat makan malam kemarin.

Duar!

" Oh, shit. What the hell is going on... " Gumamku setelah mendengar sebuah ledakan dari sisi barat tembok, ada sebuah gumpalan asap yang membentuk raksasa besar.

Itu terlihat seperti replika anatomi manusia di ruang lab sekolah, ya. Walaupun aku bersekolah di jurusan khusus seni, bagaimana pun kami tetap belajar biologi dan pelajaran umum lainnya.

Aku bisa melihat Eren menatap tajam raksasa itu, sedangkan Mikasa sudah berusaha keras untuk menariknya menjauh dari lokasi atas tembok. Terjebak dengan pemikiran yang harus ku lakukan, tak ada yang bisa ku perbuat selain menunggu lift kayu tradisional yang sebelumnya membawa kami naik ke atas untuk kembali lagi ke posisinya.

" Eren! " Mikasa berteriak saat lelaki itu melesat begitu saja dengan menggunakan 3D manuver gear, sudah ku pastikan jika gadis berambut pendek dengan wajah datar yang mirip Levi Heichou itu akan segera menyusulnya.

Oke, sekarang aku di tinggalkan sendirian.

Aku seperti orang bodoh yang hanya terdiam di saat para prajurit meneriaki ku untuk segera pergi, jujur saja aku cukup terpukau dengan pemandangan di depan ini. Seolah-olah tengah menonton film aksi di depan mataku sendiri.

" Ternyata kau terlalu bodoh untuk menyadari kematian berada di dekat denganmu " seorang lelaki datang dan menarik tanganku dengan kasar, ia menghardik sambil berdecih.

Aku bertanya-tanya pada Tuhan, kenapa bisa dari sekian banyak makhluk di tempat ini. Untuk yang kesekian kalinya, dia menakdirkan ku untuk bertemu kapten pendek itu. Terlebih kata-katanya yang cukup menyebalkan untuk di dengar, memangnya dia pikir aku bisa melakukan apa selain berdiam diri karena tak punya kemampuan khusus apapun untuk menyelamatkan diri?

Dengan terpaksa, aku melingkarkan lengan di lehernya setelah dia kembali mengancam untuk meninggalkan ku di atas tembok kalau aku tak menurut. Levi Heichou membawaku terbang dengan alat itu, terasa angin menyapu tiap anak rambutku.

Aku melihat di bawah sana, banyak prajurit yang sudah gugur dengan berbagai alasan. Terinjak, di gigit, bunuh diri atau bahkan mengorbankan diri untuk menyelamatkan regu tim nya agar bisa selamat. Jujur saja, ini cukup menyedihkan untuk di lihat. Seolah-olah mereka harus tetap bertahan dari segala ancaman yang berada di tempat yang mereka pikir selama ini aman, ketakutan itu begitu nyata terpampang jelas.

" Heichou... "

Dia tak menatapku karena matanya terfokus untuk mencari cengkraman yang kuat agar kami bisa segera menjauh dari lokasi berbahaya itu. Tapi ku pikir, dia hanya membutuhkan telinga untuk mendengarkan.

ISEKAI ( Another World )Where stories live. Discover now