9

710 75 3
                                    


( Hana Point of View )

" Ada apa, Hana-san? Kau butuh sesuatu? "

Aku menggeleng, setelah Erwin mempersilahkan ku untuk duduk. Barulah aku mulai bicara dan menjelaskan apa yang ku pikirkan selama beberapa hari ini.

" Ini mengenai ekspedisi yang akan di laksanakan besok pagi, mungkin aku tak akan bisa ikut dalam misi itu Danchou "

" Ada apa? Kau sakit? "

" Begitulah, tangan kiri ku masih terasa nyeri akibat cidera di saat pembersihan Wall Maria. Ku pikir, dalam seminggu harusnya aku sudah bisa berlatih lagi. Tapi ini akan terlalu beresiko dan membuat tim terbebani akan kondisi ku "

" Tak apa, aku akan mengizinkanmu untuk istirahat di barak. Apa kau butuh pendamping agar tak merasa kesepian di kamar? "

" Bisa kau meminta Petra-san untuk menemani ku? Ku dengar dari Mayor Hanji, ia cukup baik dalam merawat luka tulang "

" Tidak bisa, Petra satu regu dengan squad Levi. Aku tak memiliki hak untuk memintanya menemanimu kecuali jika kau terlebih dulu izin padanya selaku ketua. Tapi, aku akan tetap meminta salah satu perawat di unit kesehatan untuk menemanimu. Bagaimana? "

Baiklah, apa boleh buat? Aku hanya mengangguk kecil. Padahal kedatanganku malam-malam keruangan nya adalah untuk meminta agar teman-teman dari Heichou tidak di berikan misi, atau setidaknya biarkan Petra berada di markas pada saat ekspedisi berlangsung.

Tapi, bagaimanapun juga. Aku hanyalah bawahan Erwin dan Levi, tak ada yang bisa ku lakukan selain menurut dan tak menolak.

" Apa sesuatu menganggu pikiranmu, Hana? " Tanya pria bersurai blonde itu menghampiri kursi ku, mata birunya menatapku lekat.

Untuk beberapa detik, aku kembali terkesima dengan wajah tampannya. Walau dia sudah berumur hampir kepala 4, tapi Erwin Smith tetap saja dapat menarik banyak perhatian wanita.

" Aku hanya punya perasaan buruk untuk misi besok pagi, Danchou. Beberapa hari ini perasaan ku tak tenang dan aku hanya khawatir sesuatu hal yang buruk terjadi "

" Levi sudah mengatur teknik penyerangan jika memang ada hal yang tak di inginkan terjadi besok. Selain itu, squad nya berisi orang-orang yang memang berbakat. Kalaupun mereka harus gugur dalam menjalankan misi, maka mereka mati secara terhormat untuk rakyat. Itu yang perlu kau tau dan kau ingat, Hana Rubynson " tangan kekarnya terangkat, telapak jemari itu mengelus pucuk rambutku dengan perlahan.

Aku menghela nafas gusar, bergabung dengan Survey Corps memang sebuah keputusan yang cukup berat. Kau bisa mati sewaktu-waktu dan tidak ada jaminan untuk dapat kembali dalam kondisi baik-baik saja.

Lalu, apa aku harus mencoba melakukan sesuatu untuk menyelamatkan mereka nantinya jika Petra, Ed, Gunther, Oluo dan Mike terjebak dalam masalah? Atau aku hanya harus duduk manis mendengar berita kematian mereka di gedung pasukan pengintai esok sore?

Apa yang harus ku lakukan?

.
.
.
.
.

Sejak pagi-pagi sekali, gedung Survey Corps begitu ramai dengan hilir mudik para pasukan yang mulai menyiapkan persediaan dan persenjataan. Maklum saja, ini adalah ekspedisi awal untuk kadet 104 setelah misi keluar gerbang terakhir sekitar 7 tahun yang lalu. Mereka tidak akan tau bahaya apa yang menanti di luar sana, bermodalkan keberanian saja tidak akan cukup untuk kembali dengan selamat, tapi hanya ini cara satu-satunya untuk dapat menguak kebenaran yang ada.

Hanji datang ke kamarku, berkata jika ia sedih sebab aku tak bisa ikut. Sedangkan para kawan-kawan seperti Mikasa, Jean, Connie, Sasha, Eren dan Armin sudah pamit untuk berangkat saat kebetulan aku berpapasan dengan mereka setelah membantu suster Anna di ruangan kesehatan.

ISEKAI ( Another World )Where stories live. Discover now