4

1K 121 1
                                    


( Hana Point of View )

     Terhitung, aku sudah hidup di dunia Isekai ini selama 2 Minggu. Berlatih begitu keras dan mencoba untuk belajar juga memahami sistim tingkatan mengenai Pasukan pengintai.

Erwin Danchou dan Petra-san beserta para senior lain memuji kemampuan ku yang sangat menguasai dan berhasil di tes bela diri juga teknik penyerangan, bahkan Hanji-san membanggakan kemampuan otak ku ini karena mampu menyelesaikan banyak soal rumit hanya dalam waktu sepersekian detik.

Seluruh pasukan pengintai baik dari angkatan sebelumnya ataupun dari kadet 104, tampak terpukau saat aku menebas 76 model Titan dalam waktu 1 menit. Mengalahkan rekor Mikasa. Bahkan aku pun sebelumnya tak berlatih 3D manuver gear namun bisa menyeimbangkan diri dengan sangat baik.

Seusai menjalani tes, Connie dan Sasha serta beberapa rekan lain seperti Mikasa, Eren, Jean, Reiner, Christa dan Bertholdt datang menghampiriku. Memberikan selamat, saat kami tengah mengobrol. Levi datang dan memintaku untuk mengikutinya.

" Ada apa, Heichou? " Tanyaku saat kami berdua di rasa telah cukup jauh dari lokasi latihan.

Dia tak berucap apapun, tapi menyerahkan secarik kertas dan pergi begitu saja.

Aku akan ke distrik Trost jam 7 malam nanti
Kau harus ikut, aku tak menerima penolakan.

Tanpa ku sadari, senyum tersungging di bibirku. Entah bagaimana perasaan ku kali ini, yang jelas aku sempat melihat rona merah di wajahnya.

Heichou, kau baik-baik saja kan?

.
.
.
.
.

Perjalanan menuju kota pusat Trost memakan waktu selama 1 jam dari lokasi gedung Survey Corps, aku dan Levi Heichou menaiki kereta dengan seorang pria yang mengarahkan kudanya menuju tempat pemberhentian.

Aku menatap langit gelap yang membentang di atas sana, bintang-bintang yang bertebaran begitu indah dengan tiupan lembut awan malam nan dingin. Tak sengaja, senyum ku ukir saat menikmati perjalanan yang tak sekalipun terasa membosankan walau nyatanya kami berdua tak bicara apapun.

Langit Tokyo terkadang penuh dengan kabut asap, jadi ini adalah pemandangan langka. Udara yang ku hirup juga terasa jauh lebih segara dan sehat, suara jangkrik dan beberapa gesekan rumput ilalang yang bergoyang tampaknya menjadi sebuah melodi indah.

" Eh? "

Dia memakaikan jubah kebesarannya pada tubuh kecilku, terlalu terkejut untuk menyadari apa maksud dari tindakannya. Ia hanya berucap singkat dan kembali membaca buku catatan kecil yang di bawa sejak tadi.

" Malam, dingin "

" Tapi, Heichou hanya memakai kemeja "

" Jangan pedulikan aku, lihat saja dirimu "

Aku memutuskan untuk tak bicara apapun, mau mengucapkan terimakasih juga rasanya begitu gengsi. Palingan, jawabannya hanya Hmm atau Ya. Sudah bisa di tebak sekali.

" Kita akan segera sampai di distrik Trost, Tuan Levi dan Nona Hana bisa bersiap "

Aku mengangguk paham, mengeratkan jubah itu pada tubuhku dengan erat. Tak membiarkan kulit-kulit di badanku merasa dingin hingga menusuk tulang.

.
.
.
.
.

Aku mengelilingi tempat ini, sebuah toko yang cukup besar dengan berbagai barang jualan yang di pajang. Seperti perlengkapan rumah tangga atau bahkan hiasan dan aneka furniture, mungkin di tempat ini menyediakan semua kebutuhan yang di perlukan Levi Heichou. Aku hanya menjauh darinya yang tampak sibuk mencari barang-barang sesuai dengan catatan yang berada di bukunya.

ISEKAI ( Another World )Where stories live. Discover now