13

610 83 2
                                    


( Levi Point of View )

     Wajahnya bertambah cantik ketika sinar matahari tampak menyinarinya, untaian rambut-rambut panjang itu bergerak pelan tertiup angin pagi. Aku tak bisa melihatnya dengan jelas karena dia kini duduk dengan posisi memunggungi ku, tapi tetap saja. Aku benar-benar terhibur dengan tingkahnya yang cukup lucu.

Setelah gadis itu menyadari kehadiran ku, dia selalu berusaha untuk membuang muka dan memutus kontak mata. Mengigit bibir bawahnya bertanda gugup dengan wajah yang tampak merona.

Kenapa, aku baru menyadari itu semua?

Ia menanam bunga tulip di sebuah lahan kosong, tangannya tampak terampil memasukan tanah juga pupuk lalu menyiraminya menggunakan air. Ingin sekali ku mendekatinya, namun aku tak bisa langsung bertindak secara terburu-buru.

Aku harus mendekatinya dengan perlahan sampai dia bisa nyaman untuk berada di sisiku, tidak. Bukan maksudku untuk mencintainya, aku hanya ingin agar dia bisa memaafkan kesalahanku dan kembali lagi ke survey corps.

Ketika hari sudah menjelang siang dan suhu terasa jauh lebih hangat, dirinya memutuskan untuk kembali masuk ke rumah. Berpapasan denganku yang menatapnya di antara kusein pintu belakang.

Bisa kau minggir?
Aku mau masuk

" Kau terlihat pucat, baik-baik saja? "

Aku memang begini
Lagipula, kenapa kau mengkhawatirkan ku?

Aku hanya diam membaca tulisan itu tanpa menjawab, mengaitkan salah satu tangannya dan menggenggam jemari itu dengan erat.

" Kau mengingatku pada seseorang... "

Aku tak mengerti
Memangnya siapa?

" Seorang wanita yang kami cintai, dia sudah meninggal 5 tahun yang lalu karena sebuah penyakit. Entah kenapa, melihatmu membuatku kembali mengingat sosoknya "

Apa kau melakukan kesalahan padanya?
Kau terlihat sangat menyesal

Ku hanya bisa menatapnya nanar dengan senyum miris, tulisan itu seolah-olah baru saja menamparku pada kenyataan pelik.

Ya, aku benar-benar menyesal.

" Yang ku rasakan lebih dari sekedar rasa bersalah, kalau aku punya kesempatan. Aku ingin menukarkan segala rasa sakit yang selama itu ia rasakan "

Kau tak akan mampu
Lagipula dia sudah mati
Untuk apa berandai-andai?

" Kau benar, dia sudah tiada. Sekarang pun tak ada gunanya untuk merubah itu semua, tapi. Kalau saja sampai saat ini dia masih hidup, aku akan meminta maaf. Bahkan kalaupun harus bersujud di hadapannya "

Dirinya terdiam, entah apa yang gadis ini kini pikirkan.

Ku pikir, dia orang baik.
Dia pasti sudah memaafkan mu

.
.
.
.
.

( Reader Point of View )

Armin setengah berlari menuju ruangan Komandan Erwin, ada informasi besar yang ingin ia jelaskan pada sang Danchou mengenai suatu hal penting.

" Masuk saja " seseorang di dalam sana berujar setelah pemuda Arlet itu mengetuk pintu.

" Ada apa, Armin? Kau terlihat buru-buru " tanya Erwin, meletakan beberapa berkas di atas meja.

" Danchou, aku ingin menjelaskan suatu hal penting. Seminggu yang lalu, beberapa kadet 104 seperti Eren dan Mikasa membantu Levi Heichou untuk merapihkan kamar mendiang Hana-san. Kami menemukan sebuah lukisan aneh di dalam lemarinya "

ISEKAI ( Another World )Where stories live. Discover now