12. Lukisan

538 31 7
                                    

Sembari menunggu Ares menyelesaikan pekerjaannya, Rere memilih untuk ke ruang istirahatnya. Sebenarnya, lebih tepat menjadi ruang di mana Rere menghabiskan waktunya untuk melukis. Tidak banyak juga orang yang tau jika Rere bisa melukis. Sepertinya, hanya kakeknya dan Serena yang mengetahui jika ia bisa melukis. Ini adalah bakat yang disembunyikannya. Bahkan beberapa kali juga Rere melelang beberapa lukisannya, tentu saja dengan dibantu Serena karena ia memang tidak ingin identitasnya diketahui. Bahkan yang mengejutkan, Ares memiliki salah satu lukisan karyanya.

Saat ini, Rere sedang melukis sosok pria yang sangat dicintainya. Siapa dia? Tentu saja Ares, siapa lagi, kan. Ini adalah lukisan yang sudah Rere kerjakan sejak 2 tahun yang lalu. Membutuhkan proses yang lama memang. Entahlah, Rere hanya merasa ingin menikmati setiap prosesnya dan tidak ingin terlalu cepat-cepat menyelesaikannya. Dengan foto Ares yang ia ambil 3 tahun lalu, saat mereka sedang berada di Barcelona untuk berlibur.

Ini adalah foto favoritnya. Rere merasa, Ares benar-benar tampan meskipun hanya terlihat dari samping.

Sembari menikmati lagu Gym Class Heroes ft Adam Levine yang berjudul Stereo Hearts, Rere larut dalam dunianya sendiri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sembari menikmati lagu Gym Class Heroes ft Adam Levine yang berjudul Stereo Hearts, Rere larut dalam dunianya sendiri. “Aku tidak menyangka kamu pandai melukis.” Suara itu membuat Rere terkejut. Ia dengan cepat berbalik, pandangannya menatap sosok Ares yang sudah berada di ruangan yang sama dengannya dengan posisi masih melihat-lihat lukisan miliknya. “Bahkan aku memiliki salah satu koleksi lukisan karyamu, astaga.” Lanjut Ares terkekeh pelan. Pria itu hanya merasa masih tidak menyangka dengan apa yang baru saja dilihatnya.

Apakah Ares sudah melihat lukisan yang baru dikerjakannya ataukah belum, Rere tidak tau. Karena yang terpenting adalah segera menyingkirkannya, sebelum Ares kembali melihat dan menggantinya dengan memajang lukisan yang lain. Setelah itu, Rere berdiri menghadap ke arah Ares. “Sejak kapan kamu kemari, kak?”

“Baru beberapa menit yang lalu,” ujar Ares tanpa menatap ke arah Rere. “Aku sudah mengetuk pintu, tapi tidak mendengar jawaban darimu. Jadi, aku langsung masuk saja untuk memastikan jika kamu baik-baik.” Lanjutnya setelah itu berbalik menatap Rere.

“Ah, maaf. Aku terlalu sibuk melukis sampai tidak mendengar ada yang mengetuk pintu.”

“Seharusnya aku yang minta maaf karena sudah lancang masuk ke ruangan pribadimu,” ujar Ares. “Maafkan aku.”

Rere menggeleng dengan cepat. “Tidak, kak. Tidak masalah.”

Ares lalu menarik salah satu sofa mini, mau tidak mau Rere juga ikut duduk di sofa miliknya membuat mereka duduk berhadapan. “Sudah sejak kapan melukis?”

“Sejak kecil,” balas Rere dengan takut-takut karena merasa sedang diintrogasi.

“Orang tua, kakek dan nenekmu tau?”

“Hanya kakek dan Serena yang tau.”

“Bahkan kedua orang tuamu tidak mengetahuinya?”

Rere dengan polos menggelengkan kepala sebagai jawabannya.

The Sunset Is Beautiful Isn't It? (On Going)Where stories live. Discover now