31. She's Win

90 8 0
                                    

Sejak pulang dari rumah orang tuanya atau lebih tepatnya sejak pertemuan dirinya dengan Raisa saat itu. Entah hanya perasaan Ares saja, ya atau tidak, ia merasa sedikit ada yang berbeda dari Rere. Wanita itu seperti memberi jarak di antara mereka. "Re ....." Panggil Ares. Ia menghampiri Rere yang sedang sibuk menghabiskan waktunya di rumah kaca. Di depannya ada sebuah kanvas yang sudah memiliki gambar bunga aster, Ares dapat melihat Rere yang akan bersiap memberi warna pada kanvasnya itu.

Ares menarik napasnya dalam, sebelum menghembuskan perlahan. Karena melihat tidak ada respon dari Rere. "Re," ujarnya mengulangi.

"Hm?" Rere menanggapi dengan gumaman, tetapi tetap tidak menoleh dan memilih fokus pada lukisannya.

"Jika aku ada salah terhadapmu, katakan, Re. Jangan begini."

"Kamu tidak ada salah, kak."

"Lalu kenapa mendiamkan dan memberi jarak padaku?"

"Hanya perasaan kak Ares saja."

"Kenyataannya memang begitu. Jika memang tidak, setidaknya tatap mataku saat kita berbicara."

Rere tidak menjawab dan juga tidak menoleh untuk berhadapan dengan Ares. Tentu saja membuat Ares merasa kesal, hingga membuatnya tidak sengaja bersikap kasar pada Rere. Pria itu menarik tangan Rere, hingga plate yang sedang dipegangnya terjatuh. Rere meringis, saat Ares menarik tangannya dengan kasar dan membuat mereka berhadapan. "Re ... maafkan aku. Aku tidak bermaksud untuk-"

Rere menatap Ares kecewa. Meskipun pria itu selalu menyakitinya, tapi Ares tidak pernah bersikap kasar dengannya. Ini pertama kalinya Ares bersikap kasar dan itu membuat Rere benar-benar kecewa dengan sikap pria itu. "Setidaknya tahanlah untuk tidak bersikap kasar, kak," ujarnya dengan suara bergetar.

"Maaf." Ares mengusap pergelangan tangan Rere yang sedikit merah. Lalu memilih untuk memeluk Rere, mengusap-usap punggung wanita itu dengan lembut. "Menangislah. Maafkan aku."

Ares juga menyadari jika sikapnya salah karena telah kasar pada Rere. Ia juga tau, ini pertama kalinya Ares kasar. Ares juga tidak mengerti, kenapa ia merasa kesal saat Rere mengabaikannya. Ia merasa ada yang hilang, tetapi tidak tau itu apa. Karena pada intinya, Ares tidak suka jika Rere mengabaikannya. Ia suka saat Rere memberikan perhatian penuh terhadapnya.

"Sungguh, aku tidak suka saat kamu mengabaikanku, Re." Ares berterus terang mengatakan apa yang dikatakan. Selain itu juga ia merasa sangat terganggu dengan sikap Rere yang cuek. "Kumohon, jangan mengabaikanku."

Lalu, Rere menjauhkan tubuhnya dari Ares. Mengusap pipinya yang basah. "Bisakah besok kak Ares tidak berangkat kerja dan menemaniku seharian di toko bunga?"

Mendengar permintaan Rere, Ares langsung menganggukkan kepala memenuhi permintaan wanita itu. Tentu saja dirinya harus menebus kesalahannya karena sudah bersikap kasar dengan Rere.

💐

Sesuai dengan rencana, jika Ares akan menemani Rere di toko bunga. Keadaan toko cukup ramai, banyak orang yang datang entah hanya sekedar melihat-lihat, membeli bunga, pupuk, dan bibit tanaman. Tentu saja, Ares juga membantu Rere dalam melayani pembeli. "Kamu sungguh tidak ingin ada pegawai untuk membantumu?" tanya Ares saat mereka senggang.

Pasalnya, ini pertama kalinya bagi Ares membantu Rere di toko bunga dan ia benar-benar merasa lelah melayaninya. Padahal posisinya, ia tidak sendiri. Ares bersama dengan Rere. Lalu, bagaimana sebelum-sebelumnya saat Rere melakukannya sendiri? Bahkan wanita itu terlihat sangat bahagia dan menikmatinya. "Tidak perlu, kak. Sungguh. Aku bisa menanganinya sendiri."

"Kamu bahkan sama sekali tidak merasa lelah, Re?"

"Tentu. Karena aku melakukannya dengan senang hati," balasnya. "Lagipula, ini adalah hobiku. Jadi, rasanya tidak melelahkan. Justru ada rasa puas tersendiri di hati."

Benar juga apa yang dikatakan Rere. Semua akan terasa ringan, saat kita melakukannya dengan senang dan sepenuh hati. Apalagi, jika pekerjaan yang dilakukan adalah suatu hal yang disenangi.

Tidak lama di sela-sela perbincangan mereka, ponsel Ares yang berdering membuat layarnya menyala. Rere melirik sekilas, ada nama Raisa💗 yang terpampang jelas di sana. Wanita itu menelepon Ares, membuat pria itu dengan cepat mengangkat teleponnya dan langsung pergi menjauh dari Rere yang tidak mengalihkan pandangannya sedikit pun dari Ares yang membelakanginya.

Rere memilih untuk membereskan toko. Melihat Raisa yang menelepon Ares, tiba-tiba saja membuatnya badmood. Ia ingin segera pulang. Bisakah wanita itu tidak mengganggu, jika ia sedang bersama dengan Ares? Benar-benar memuakkan. Apakah harus Ares bersamanya selama 24/7. Raisa benar-benar wanita gila. Tidak berselang lama, Ares datang menghampiri. "Re ... bisakah kamu tinggal sebentar di toko?"

"Kenapa?" Bukannya menjawab pertanyaan Ares, Rere malah balik bertanya.

"Raisa ... dia memintaku untuk menjemputnya di rumah sakit."

"Suruh saja dia memesan gojek online atau minta tolong pada Pras untuk menjemputnya."

"Tidak bisa, Re."

Rere menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa tidak bisa?"

"Raisa ingin aku yang menjemputnya. Sebelumnya juga aku sudah mengatakan jika Pras akan menjemput, tapi dia tidak mau." Ares menjelaskan membuat Rere tidak bisa menahan rasa kesalnya.

"Jika aku menahan kak Ares untuk tetap di sini, apakah kak Ares akan mengabulkannya?"

Pertanyaan Rere membuat Ares diam. Ia bimbang. Di satu sisi, ia tidak ingin meninggalkan Rere sendirian di sini, di sisi lain Ares juga tidak mungkin mengabaikan Raisa. "Maaf ... tapi aku harus menjemput Raisa terlebih dulu, Re." Ares memberikan kecupan singkat di kening Rere, membuat wanita itu memalingkan wajahnya kecewa.

Semua yang ia lakukan akan terasa percuma dan sia-sia, jika Ares tetap kembali pada Raisa. Karena pada akhirnya, Raisa tetaplah pemenangnya. Yeah, she's win as always.

Sudah hampir 3 jam, Ares tidak kunjung menampakkan dirinya. Tidak berselang lama, hujan turun begitu deras. Rere masih duduk dengan anteng di sofa hingga menunggu Ares datang. Ia juga sudah mengirimkan pesan pada Ares, tetapi belum ada jawaban dari pria itu. Pun pada Pras, karena Rere meminta tolong untuk menjemputnya. Sampai langit sudah gelap, hujan masih turun, hanya saja kali ini menyisakan gerimis kecil.

💐

Rere membuka mata, menyesuaikan sinar matahari yang menerpa wajahnya. Ia merasakan tubuhnya yang pegal. Saat sudah sepenuhnya tersadar, Rere tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya, jika ternyata ia masih berada di toko bunga. Itu berarti ia tertidur di sini dan Ares juga tidak kunjung datang menjemputnya. Tanpa disadari, air matanya terjatuh, membasahi pipinya. Rere merasakan sesak dan nyeri yang begitu hebat di dadanya. Ia benar-benar kecewa dengan Ares. Bagaimanapun bisa pria itu mengabaikan dirinya? Ah, lebih tepatnya Ares melupakannya karena terbuai dengan kekasih gelapnya itu. Rere menjadi penasaran, apa yang mereka lakukan, sehingga membuat Ares tidak ingat, jika pria itu harus menjemputnya.

Rere benar-benar tidak mengerti. Setidaknya, Ares harus menjemputnya terlebih dulu, bukan? Sebelum melanjutkan untuk bermesraan dengan Raisa.

















Btw, cerita The Sunset is Beautiful Isn't it? #Menjadi Pelakor Suami Sendiri sudah sampai part 42 di KBM App dan KaryaKarsa ya! » thxyousomatcha

26 April 2024

The Sunset Is Beautiful Isn't It? (On Going)Where stories live. Discover now