26. Rere's Other Side

75 8 1
                                    

Setelah kepergian Serena, Rere langsung naik ke atas kamar untuk mengecek keberadaan Ares. Namun, saat sudah masuk ke dalam kamar pria itu, ternyata Ares tidak ada di sana. "Kak Ares?" Panggil Rere dengan suara yang lumayan keras.

"Aku di sini, Re." Ares balas berteriak, menjawab pertanyaan Rere.

Sejenak, Rere terdiam saat mendengar jawaban Ares. Suara itu berasal dari kamarnya. Ia melangkahkan kakinya menuju kamar untuk segera memastikan. Benar saja, pria itu sudah berbaring sangat nyaman di atas kasur dengan matanya yang terpejam. "Aku ingin tidur di sini. Tidak masalah, kan?" ujarnya dengan mata yang masih terpejam.

"Terserah kak Ares," balas Rere. "Kak Ares sudah makan?"

Pria itu menggelengkan kepala sebagai jawaban. "Jika begitu kubuatkan makanan terlebih dulu. Ada yang kak Ares inginkan?"

"Mmm ... bubur. Aku ingin bubur buatanmu," balas Ares membuat Rere mengangguk paham.

"Menginginkan apa lagi?"

Ares membuka matanya, lalu menatap Rere serius. "Menginginkanmu."

Mendengar jawaban Ares, sontak saja membuat Rere memutar bola matanya kesal. "Kamu masih bisa bercanda di saat seperti ini, kak. Menyebalkan."

"Tapi aku sedang tidak bercanda. Aku serius," balas Ares. Pria itu lalu bangun dari tidurnya dan menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang. "Kupikir tidak ada salahnya memakai hadiah yang diberikan Serena padamu sekarang."

"Bukankah sangat cocok dengan hawanya yang terasa begitu panas, Re?" Lanjut Ares dengan senyum menggodanya.

"Kak, are you kidding me?" seru Rere kesal sekaligus malu, karena Ares menggoda dan juga mengatakan semua itu secara terang-terangan dengan sangat jelas di depannya. "Kak Ares benar-benar menyebalkan!"

Setelah mengatakan itu, Rere langsung saja pergi ke dapur, membuatkan bubur untuk Ares. Selama fokus pada aktivitasnya, sejenak Rere terdiam. Memikirkan kado Serena dan kalimat Ares. Entah kenapa itu membuatnya tersenyum. Ah, haruskah ia mencobanya? Rere membatin.

Rere segera menyelesaikan masakannya, bubur dengan telur setengah matang di atasnya pun akhirnya sudah siap. Selain itu, Rere juga menyiapkan beberapa buah dan segelas susu. Tidak berselang lama, saat Rere hendak membawa makanannya ke atas, bi Nur lewat di hadapannya. "Bi Nur." Panggilnya membuat wanita paruh baya itu berenti, lalu menatap Rere dengan wajah hangatnya.

"Ada apa, Non?" tanya bi Nur menghampiri Rere.

"Bi, Rere mau minta tolong. Misalkan nanti ada siapa pun yang datang mencari kak Ares bilang saja beliau sedang tidak ada di rumah. Kecuali kalo Mama dan Papa yang kemari," ujar Rere menjelaskan. "Karena kak Ares mendadak demam."

"Baik, Non. Ini ada yang bisa bibi bantu?"

Rere tersenyum, menggelengkan kepalanya. "Untuk sekarang belum ada, bi."

"Baik, Non. Nanti kalo minta bantuan tinggal panggil bibi saja, ya."

"Oke, bi."

Rere meletakkan nampan berisikan semangkuk bubur, potongan buah dan segelas susu di atas meja karena ia berniat untuk mengganti pakaiannya terlebih dulu.

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

Rere menatap dirinya di cermin, tiba-tiba saja ia merasa tersipu saat sudah memakai lingerie yang diberikan Serena sebagai hadiah ulang tahunnya

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.


Rere menatap dirinya di cermin, tiba-tiba saja ia merasa tersipu saat sudah memakai lingerie yang diberikan Serena sebagai hadiah ulang tahunnya. Dalam hati, Rere berpikir apakah ini adalah keputusan yang bagus, meskipun sebenernya mendengar kalimat Ares saja itu sudah bisa membuatnya yakin karena pria itu sama saja sedang memberinya kode. Persetan dengan segala pikiran yang datang, Rere memantapkan dirinya untuk yakin. Lalu ia keluar kamar mandi untuk mengambil masakan yang sudah disiapkan. Untung saja, hadiah dari Serena belum ia taruh di kamarnya dan masih berada di ruang bersantai.

Rere menaiki anak tangga. Mungkin saja jika Ares melihatnya, pria itu tidak akan tahan lagi. Perlahan, Rere membuka pintu kamarnya dan melihat ternyata Ares masih dalam posisinya. Yang awalnya mata pria itu terlihat layu, kini berubah menjadi lebih fresh saat pandangan matanya melihat sosok Rere dengan baju kurang bahannya itu.

 Yang awalnya mata pria itu terlihat layu, kini berubah menjadi lebih fresh saat pandangan matanya melihat sosok Rere dengan baju kurang bahannya itu

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

"Ah, Re. Kemarilah," ujarnya dengan senyum merekah. Kedua tangannya terbentang, membuat Rere mendengus melihat reaksinya.

"Makanlah," ujar Rere duduk di pinggiran ranjang.

"Suapi aku," Ares berkata dengan manja. Bahkan tangannya sudah mulai beraksi dengan menyentuh paha mulus Rere, mengusap-usapnya penuh kelembutan.

Karena kesal, Rere meletakkan nampan di pangkuannya-lebih tepatnya di atas tangan Ares agar pria itu berhenti sebelum tangan pria itu bergerak lebih nakal lagi. "Setidaknya habiskan dulu bubur, buah dan juga susunya, kak."

"Tentu aku akan menghabiskan semuanya hingga tidak tersisa. Bukankah setelah ini akan menghabiskan banyak energi?"

Rere hanya menatap Ares datar, sembari menyuapi pria itu dengan satu sendok full hingga sedikit menggunung. Bahkan Ares tidak protes dan malah membuka mulutnya semakin lebar. "Lebih banyak lagi, Re. Agar segera habis."

Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk Ares menghabiskan buburnya. Setelah itu juga buah-buahan Ares habiskan dalam hitungan menit saja dan yang terakhir adalah susu. "Woah, aku sangat kenyang, Re."

"Jika sudah kenyang, maka lebih baik istirahatlah." Rere beranjak dari duduknya, berniat kembali ke dapur untuk menaruh mangkuk, piring dan gelas kotornya. Namun, belum sempat Rere melangkah, Ares sudah menahannya.

Pria itu dengan sengaja memeluk paha Rere. "Eits, mau ke mana, Re?"

Rere berbalik membuat wajah Ares berada tepat di perutnya. "Kak, setidaknya biarkan aku terlebih dulu menaruh semua ini di dapur?"

Ares menggeleng, tanda pria itu menolak. "Letakkan dulu di meja. Aku sudah menahannya terlalu lama." Setelah mengatakan itu, Ares dengan tangan tidak tau malunya bermain di milik Rere yang masih tertutup celana dalam.

"Astaga, kak!" Rere menggeram kesal. Meletakkan nampan yang dibawanya di atas meja. Setelah itu, tanpa persetujuan Ares, Rere dengan berani mendorong Ares hingga pria itu terlentang di atas kasur.

‼️ SENSOR ‼️
TERSEDIA VERSI LENGKAPNYA HANYA DI KARYAKARSA DAN KBM APP

username: thxyousomatcha

The Sunset Is Beautiful Isn't It? (On Going)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon