2

8.4K 902 23
                                    

Kekacauan pagi itu berakhir setelah Ardi turun tangan. Menenangkan anak-anaknya setelah itu menyuruh sopir mengantar mereka. Ariana tidak menyapa karena ia sedang membersihkan pecahan gelas di lantai, dan Ardi melewatinya begitu saja.

Bagi Ariana ini adalah fase baru dalam kehidupannya. Menikah karena permintaan ibu Ardi pada bibinya. Sebagai balas budi Ariana pada bibi yang telah menjaganya sejak dia menjadi yatim piatu.

"Jangan bicara dengan anak-anak. Mereka tidak suka."

Langkah Ariana tertahan saat mendengar teguran Ardi. Di tangannya ada serok sampah pecahan gelas yang akan di buang ke belakang.

"Lakukan kegiatanmu seperti biasa. Mereka akan memanggil jika butuh."

Ariana mengerti. "Saya melakukan seperti perintah ibu, dan saya rasa pantas."

Ardi meletakkan gelas kosong di meja. Sama seperti Jun, ia tidak selera makan apapun yang dimasak oleh Ariana. Anehnya, wanita itu selalu menyiapkan makanan selama tiga waktu dalam sehari.

Karena sudah memberi tahu, Ardi tidak merasa ada sangkutan lagi. Lagi pula, ia baru pulang malam.

"Susu coklat Mona habis, roti tinggal satu pack lagi. Keju juga habis." Ariana memberitahu Ardi.

"Sekretaris saya akan mengantarnya nanti." Ardi meninggalkan Ariana di pintu dapur dan naik ke kamarnya.

Ariana tidak menjawab lagi, tidak juga melihat punggung yang telah menjauh. Dari bibinya, Ariana tahu bunda anak-anak sudah meninggal tiga tahun lalu dan sejak itu rumah besar dan anak-anak di urus oleh pembantu. Tepat beberapa hari pernikahan Ariana dan Ardi, pembantu Ardi harus berhenti kerja karena suaminya meninggal. Kini, Ariana yang bertanggung jawab melakukan pekerjaan di rumah itu.

Sebenarnya tidak ada masalah yang serius, hanya butuh waktu agar dirinya bisa berinteraksi normal dengan anak-anak. Sekalipun hanya lulusan SMA, Ariana tergolong cerdas. Pendidikannya terhambat karena keadaan ekonomi. Bibinya yang selama ini bekerja sebagai pembantu orang tua Ardi yang membiayai hidupnya, Ariana sudah sangat bersyukur.

Seperti yang dikatakan Ardi, seseorang datang mengantar stok yang cukup banyak. Seorang wanita dan laki-laki, Ariana mempersilahkan mereka masuk.

Wanita itu cantik dan terlihat glamour. Khas orang kantoran, apik. "Ini sesuai list, Bu. Struknya saya titip di sini."

Ariana menerimanya. Meski tidak berpendidikan tinggi Ariana tahu cara bersikap formal dan tidak ada kesan buruk pada pertemuan pertama dengan sekretaris Ardi.
Setelah dua orang itu pamit, barulah Ariana mengecek belanjaan yang dikirim oleh Ardi. Terbiasa melihat bibinya mengatur belanjaan saat pulang ke kampung, Ariana pun gesit mengatur benda-benda tersebut alhasil kulkas dan lemari untuk stok terlihat rapi.

******

"Kenapa tidak bilang ada PR? Malu kan kena hormat bendera!" Uki memarahi Mona. "Apa susahnya bilang? Mba bisa bantu kamu."

Mereka baru pulang dan sudah ribut. Saat didengar dengan baik, ternyata perihal Mona yang dihukum karena tidak mengerjakan PR matematika.

"Tahu gimana mulut mba Ira! Enggak takut kamu?" Uki melempar asal tasnya dengan muka kesal.

Mona mulai menangis. Bukan karena takut kemarahan kakaknya melainkan lelah setelah setengah jam berdiri di terik panas menghormati bendera.

"Ada apa ini?"

Uki mendelik kesal ke arah Ariana. "Enggak usah sok perhatian deh. Adanya Tante malah enggak beres-beres masalah."

"Mona kenapa?" tanya ariana lagi. Mona menipis kasar tangan Ariana ketika merasa sentuhan tangan wanita itu.

"Enggak usah dekat-dekat. Aku benci Tante. Aku mau bunda!" Mona berteriak histeris.




The Stepmother (Tamat-Cerita Lengkap Ada Di PDF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang