4

7K 949 30
                                    

"Racun tikus ada? Bawa sini. Biar aku yang suapin!" nenek melihat sikap kasar Saira. Dan Aira terkejut saat menyadari ada neneknya di rumah.

"Bersihin! Nenek mau cari racun tikus." titahnya kejam pada Saira.

Ariana sama takutnya dengan anak-anak. Yang diperintah Saira bukan dirinya jadi ia tidak berani memungut pecahan piring tersebut.

"Kenapa diam saja? Cepat!" 

Saira tidak tahu di mana serok sampah, sapu ia juga tidak tahu. Melihat wajah takut Saira, reflek Ariana menunduk dan memungut pecahan piring.

"Saira yang Ibu suruh Ariana!" 

"Kasihan tangannya kena beling Bu." Ariana juga takut pada ibu mertuanya, tapi melihat Saira ia tidak tega. Wajah gadis itu pucat.

"Nenek sudah kenyang makan makanan bikinannya, sampai sekarang masih hidup. Kalian sok-sok-an takut? Takut apa ngerendahin!"

Uki menyumpal mulutnya dengan nasi, begitu juga dengan Jun dan Mona. Mereka mulai mengunyah nasi bersama lauk yang dibeli oleh Ariana. 

Setelah selesai, nenek memanggil Ariana untuk bergabung dan makan bersama.  Melihat anak-anak berkumpul Ariana bahagia. Ini pertama kali setelah satu minggu ia tinggal di rumah ini. Tahu begini, Ariana akan memasak tadi, kasihan anak-anak harus makan makanan yang dibelinya dari luar. Bukan tak ada sebab, karena anak-anak tidak menyukai masakannya, makanya sore tadi ia membeli lauk di warung makan dekat rumah.

Selesai makan, Saira ditugaskan nenek membantu Ariana membereskan piring bekas makan malam. Nenek tidak peduli ketika Ariana mengatakan bisa melakukannya sendiri.

Melihat Saira mencuci piring, lagi hati Ariana tidak tega. "Biar Tante yang cuci, kamu keringin saja." 

"Enggak! Biar dia tahu kerjaan wanita itu seperti apa." tiba-tiba saja suara nenek terdengar dari belakang. Padahal Ariana berbisik pada Saira.

Alhasil Ariana berdiri bak pengawas ujian tanpa bisa membantu.

"Biasakan. Selesai makan cuci piring. Kamu wanita, ajarin adik-adikmu." 

Saira sesenggukan di depan wastafel. Empat belas tahun sudah umurnya, baru kali ini ia memegang piring dan cairan sabun. Sangat menyedihkan. Coba kalau ada bunda. 

"Piring cuma segitu kamu nangis macam nenek pukul!"

Saira rindu bunda. Gadis itu menggigit bibirnya.

Di ruang keluarga nenek mengumpulkan cucunya. Ariana juga ada di sana. Nenek ingin menegaskan pada cucunya bahwa. "Ariana, wanita yang seharusnya kalian panggil ibu, nenek pilih untuk mengurus kalian. Dia masih muda, ngapain harus capek-capek jadi ibu tiri kalian kalau begini kelakuan kalian!"

Jun tidak suka dengan kalimat neneknya, tapi ia tidak menyanggah.

"Untung nenek datang malam ini, kalau tidak enggak tahu bakal gimana!" hati nenek terasa pilu. Ia tidak menyalahkan cara orang tua mendidik cucunya, hanya saja kejadian ini benar-benar di luar dugaan. Mereka terang-terangan menolak Ariana.

"Kalian tidak menyukainya? Tidak menerimanya?" satu persatu cucu dipandanginya. "Oke! Kasih nenek satu alasan akurat jika memang dia tidak pantas jadi ibu sambung kalian!"

Alasan apa? "Aku tidak menyukainya." Jun akhirnya bersuara. 

Ariana meneguk ludahnya mendengar ucapan Jun.

"Apa alasanmu?" tanya nenek dengan raut dinginnya.

Jun tidak bisa memberikan alasan. Ia tidak menyukai semua tentang Ariana. Menganggu dan menyebalkan.

"Makan dan pakaianmu diperhatikan, bisa sebutkan alasanmu?" nenek menatap tajam pada Jun.

"Aku tidak menyuruhnya."

"Karena dia ibu. Dia melakukan tugasnya tanpa perlu disuruh. Paham?!"

Jun mengalihkan tatapannya. Cowok yang duduk di bangku kelas satu SMA itu tidak sependapat dengan neneknya.

"Jika kamu merasa bisa melakukannya sendiri keluar dari sini! Nenek coret namamu dari surat warisan!"

Seketika Jun lemas. Dia satu-satunya cucu laki-laki, kenapa nenek tega berbicara seperti itu?

The Stepmother (Tamat-Cerita Lengkap Ada Di PDF)Where stories live. Discover now