14

8.8K 1K 46
                                    

Dear...

Jangan lupa follow IG @ryanimuhammad

"Saya mau bicara."

"Tunggu saja di ruang tamu." Ariana tidak ingin mempersilahkan Ardi masuk ke kamarnya.

"Apa?" tatapan laki-laki itu cukup tajam. 

"Aku pikir Mas bisa mendengarnya."

Ardi mendorong pintu kamar itu hingga terbuka lebar dan masuk ke kamar Ariana. Jelas  Ariana marah namun raut wanita itu masih datar.

"Kamu lupa posisimu?"

"Omong kosong apa itu?" 

Tanya Ariana kembali membuat Ardi terkejut. "Omong kosong katamu? Kamu masih seorang istri dan berani melarang saya masuk?"

"Istri?" Ariana membalas dengan nada rendah.

"Jangan terbuai dulu. Kamu belum hebat seperti anggapanmu sekarang!"

"Mas datang untuk mengatakan itu?" tanya Arina dengan tenang. "Sebelumnya aku minta maaf." karena akan disampaikan oleh Ariana beberapa kabar. 

"Jangan ingatkan posisiku di sini. Aku sudah lama meninggalkannya." Ariana bicara dengan santai. "Pemahaman Mas tentangku sama dengan anak-anak. Dan itu benar." Ariana melanjutkan. "Mas pernah mendengarkan aku mengeluh tentang anak-anak. Mas pernah melihatku melayani Mas, tapi Mas tidak peduli. Mulai sekarang, Mas tidak akan menemukan hal seperti itu lagi."

Ardi tersenyum masam. "Menurutmu saya menikmatinya?"

"Tidak. Aku tahu keberadaanku di sini menganggu atau membuat Mas benci. Cukup Mas tahu keberadaanku di sini tak lain karena jasa ibu untuk keluargaku." tatapan keduanya beradu. "Jadi, jangan salah menilai dan jangan tanyakan padaku, atas dasar apa aku memperoleh semua ini." mungkin ini pertama dan terakhir kali Ariana bicara panjang lebar dengan Ardi. "Sebagaimana anggapan Mas untukku, begitu juga denganku." Ariana telah selesai. Wanita itu berjalan ke arah pintu untuk membukanya dan mempersilahkan Ardi keluar dari kamarnya.

"Kamu pikir saya tersentuh dengan ucapanmu?"

"Jangan menyentuhku!"

"Kamu menatap saya seperti najis, Ariana." Ardi masih menahan lengan wanita itu.

"Jujur. Memang seperti itu."

Apa? Ardi murka.

Ariana berusaha melepaskan cengkeraman Ardi dari lengannya. "Bukan kali ini saja, aku sudah lama jijik." datar tak bernada kalimat itu diucapkan. "Posisi Mas masih aman. Nikmati dulu. Aku masih bekerja di bawah perintah ibu mertua."

"Kamu mengancam saya?" Ardi melepaskan cengkeramannya.

Kali ini Ardi melihat senyum tipis di bibir wanita itu.

"Aku yang dipilih. Dan aku tidak memaksa Mas memilih."

Apa yang dipikirkan Ariana? Ardi menatap tajam wajah itu. "Posisimu tidak akan kuat. Karena tidak akan ada anak dalam pernikahan kita."

Ariana tidak menjawab. Kenapa dangkal sekali pikiran laki-laki itu?

"Jangan berpikir bisa menguasai saya!"

Tatapan Ariana sangat tenang dan itu membuat Ardi semakin marah. Sayangnya Ardi tidak bisa melanjutkan, karena ada panggilan masuk dari ibunya. Sekali lagi, sebelum keluar Ardi menatap wanita itu.

******

"Untuk menguatkan posisimu, Ariana harus hamil."

Apa lagi ini? "Tidak baik untuk anak-anak, Bu. Ibu tahu sendiri hubungan Ariana dengan mereka."

"Kalau begitu, mundurlah sampai anak-anak bisa menerima Ariana."

Apa? Bukankah ibunya tidak ingin mereka punya anak dulu? "Ada apa Bu? Aku merasa aneh belakangan ini."

"Tidak ada yang aneh. Sekarang semua orang tahu, bahwa Ariana adalah istrimu. Jika Ariana bisa menyelesaikan misi perusahaan, posisimu tidak akan aman."

Kenapa banyak sekali masalah sejak Ariana masuk ke perusahaan? Apakah wanita itu ingin menghancurkan hidupnya?

"Kenapa harus dia Bu? Ibu bisa memilih orang lain. Biarkan dia di rumah mengurus anak-anak."

"Karena dia menantuku."

Ardi meneguk ludahnya. Jika ibu sudah menyebut kata menantu maka dirinya tidak bisa berkutik. 

"Akan sulit." mengingat sikap Ariana padanya. Jangankan melakukan hubungan intim disentuh saja tidak bisa.

"Berarti kamu akan mundur?"

Tentu tidak. "Aku akan berusaha.

Niatnya malam ini Ardi akan keluar dengan Bella, tapi tugas dari ibunya membuat laki-laki itu berdiam di rumah. Makan malam bersama anak-anak, karena Ariana sudah jarang makan bersama. Wanita itu akan makan setiap jam lima sore kemudian masuk ke kamar.

Ibu memberinya waktu dua bulan, Ardi tidak yakin bisa melakukan dalam batas waktu itu. Tapi demi mempertahankan posisinya, mau tidak mau harus berusaha.

 ******

"Buatkan saya segelas susu hangat."

Ariana yang baru keluar dari kamar dan terkejut melihat Ardi. 

"Saya tunggu di meja makan."

"Mas bisa minta tolong bi Tinah."

"Satu orang pun enggak ada." Ardi melihat Ariana sudah rapi, mau ke mana wanita itu?

Meninggalkan Ardi, Ariana turun untuk membuatkan susu. Hanya segelas susu, tidak akan membuatnya terlambat.

"Kamu mau ke kantor?"

"Tidak." Ariana telah selesai. Ia meletakkan susu di atas meja dan bersiap untuk pergi.

"Tidak ada apa-apa?" Ardi tidak melihat apapun di atas meja. "Ya sudah pergi saja. Susu sudah cukup." canggung, tentu mengingat bagaimana hubungannya dulu dengan Ariana.

Ariana pergi, dia sudah ada janji dengan ibu mertua.

******

"Jadi Ardi belum mengatakannya?"

Ariana menggeleng. Baru saja ia diberikan perintah oleh Hanindya.

"Ardi tidak tahu, dan kamu harus merahasiakannya."

"Tanpa perusahaan itu, aku bisa hidup Bu."

"Ibu tahu." Hanindya menjelaskan lebih detail. "Sekarang mungkin kamu yakin dengan pikiranmu, belum tentu ke depannya."

"Mas Ardi memiliki kekasih." Ariana tidak melihat raut terkejut di wajah ibu mertuanya. "Ibu masih ingin kami memiliki anak?"

"Ibu mengenal putra Ibu, Ariana. Lakukan saja, setelah itu kamu akan tahu apa yang benar-benar kamu inginkan."

Ariana mengangguk. Dia belum melakukan, tapi sepertinya ia tahu apa yang diinginkannya sekarang.

"Aku akan hamil dan melahirkan bayi dengan caraku." 

Hanindya hanya tersenyum. Ariana hanya butuh seorang bayi untuk memperkuat posisinya. Dan wabita itu akan menerima imbalan setimpal, ia hanya perlu menunggu waktu.

The Stepmother (Tamat-Cerita Lengkap Ada Di PDF)Where stories live. Discover now