13

7.9K 1K 69
                                    

Dibandingkan Uki, Mona lebih mudah diajak kompromi. Meski Ariana tahu jika selama ini Saira yang selalu mendoktrin mereka agar tidak menyukainya, wanita itu tidak marah. Mereka waspada hanya saja salah memilih orang karena Ariana adalah sosok ibu tiri yang baik. Dan Ariana sedang membuktikan perlahan tapi pasti caranya tidak terlihat tapi mampu menarik perhatian Uki dan Mona.

Tentang Jun, Ariana sudah lama lepas tangan. Jun sudah dewasa tahu bagaimana bersikap kalaupun selama ini salah, ia mempertahankan egonya dan Ariana tidak ambil pusing. Baginya Jun sedang berproses suatu hari nanti hati anak sulung Ardi itu pasti terbuka dan melihat keadaan sekitar dengan logika.

Sabar adalah kunci Ariana.

Dialognya dengan Ardi akhir-akhir ini hanya sebatas pekerjaan. Karena Ariana tidak setiap hari ke kantor. Ariana memantau tanpa harus turun tangan. Wanita itu akan datang saat meeting penting dan kunjungan tim audit. Selama dua bulan ini wanita itu bekerja keras. Ada beberapa orang terjaring dalam ranjaunya. Empat orang yang rata-rata kepala staf di perusahaan kini berada di tangan yang berwajib.

Ternyata bukan hanya anak-anak, Ariana juga menarik perhatian bapak anak-anak.

Bayangkan, wanita yang selama ini tinggal bersamanya hanya berteman dengan pisau dapur, kain lap dan pakaian kotor anak-anak kini sudah beralih fungsi. Wanita itu mejadi dingin dan berkarakter.

Jangan berpikir Ardi jatuh cinta, tidak. Walaupun dia tidak terlibat penggelapan dana laki-laki itu punya masalah lain yaitu skandalnya dengan seorang direktur. Sedang istrinya saat ini adalah pengawas perusahaan bisa dipastikan seberapa serba salah dirinya saat ini. Di tambah Ariana jika datang ke perusahaan tidak pernah mengabarkan. Bagaimana jika dia tertangkap basah? Cukup sekretaris yang tahu skandalnya.

"Jangan menyentuhku."

Ardi tidak suka sikap Ariana. Ia menarik wanita itu karena reflek melihat lift akan tertutup sementara wanita itu sedang mengangkat teleponnya. Ardi juga tidak melakukan dengan kasar dan ini bukan pertama kalinya. Jelas sekali raut jijik Ariana setiap kali secara tidak sengaja Ardi menyentuhnya.

"Kamu menatap saya dengan jijik."

Ariana tidak peduli. Ia datang karena satu hal mendesak, satu lift dengan Ardi bukan keinginannya.

"Karena ibu memberikanmu posisi penting?"

Ariana masih diam. Fokus melihat angka yang akan membawanya ke tempat di mana meeting akan diadakan.

Satu hal yang tidak bisa diprotes oleh wanita itu yaitu keberadaan Ardi dalam meeting. Jika punya kuasa, ingin sekali wanita itu meniadakan keberadaan laki-laki itu. Khusus dalam rapatnya saja.

"Jangan lupa. Kamu istri."

Tak ada makna kepemilikan. Kata istri yang dikatakan oleh Ardi adalah status. Untungnya mental Ariana sudah diasah. Dasarnya wanita itu memiliki tekad kuat dan pekerja keras jadi tidak ada yang mustahil jika seseorang berubah jika dua hal itu melekat dalam dirinya.

"Saya dengan kamu berbeda. Semoga kamu tidak lupa."

Harusnya Ardi senang karena kekesalannya tersampaikan. Namun kenyataannya laki-laki itu semakin marah saat Ariana tidak menjawab satu katapun. Ekspresi wanita benar-benar datar bisa dipastikan semua kalimat Ardi jatuh berserakan di lantai.

Rahang Ardi semakin mengeras saat meeting berlangsung. Wanita itu menyetujui untuk menindaklanjuti setiap karyawan yang bermasalah dengan hukum tanpa menempuh cara damai. Jika begitu caranya, perusahaan akan kehilangan banyak orang kompeten. Apakah ini perusahaan nenek moyang wanita itu?

Karena satu hal, selesai rapat Ariana datang ke ruangan Ardi.

"Kamu berlagak seperti CEO!" Ardi melampiaskan kemarahannya. "Kamu pikir gampang merekrut orang-orang kompeten?"

"Sesuatu yang kuemban tidak sia-sia. Mas bisa melihat perubahan anak-anak?"

"Ini perusahaan. Ribuan lambung bergantung pada saya! Kamu mau mereka menjadi pengangguran?" tidak membentak, tapi Ariana tahu Ardi sedang marah

"Kamu mau menyamakan dengan rumah tangga?"

"Pada dasarnya. Di manapun arti tanggung jawab, kejujuran dan konsisten itu sama walaupun Mas membeli ribuan kamus."

Ardi bisa gila. "Pemahaman apa yang kamu pakai?"

"Ibu mertua tidak mengajarkanku sesuatu yang salah."

Ardi tercengang. Benar. Ia lupa satu fakta. Keberadaan Ariana di sini tak lain adalah keinginan ibunya. Baru dua bulan banyak perubahan yang dilakukan wanita itu. Efeknya adalah Ardi harus bekerja keras sampai intensitas pertemuannya dengan kekasih hati tidak se-rutin dulu. Kehadiran Ariana di perusahaan membuat laki-laki itu gila. Saat membuka mata ratusan proyek yang terlihat bahkan senyum Bella tidak lagi membekas dan itu adalah ulah Ariana. Setiap hari ada saja file yang masuk dan tidak sesuai dengan data alhasil Ardi disibukkan dengan data-data itu.

"Kenapa harus di sini? Kamu bisa menjaga anak-anak di rumah. Kamu bisa punya banyak waktu luang, bukankah di sini pengap? Kamu tidak merasakannya?"

"Bagiku ini sama dengan rumah." Ariana membuat Ardi tercengang. "Jika di rumah aku mengajari anak-anak yang belum matang pemahamannya, maka di sini aku bertemu dengan orang-orang tolol." mata Ariana menatap Ardi saat berbicara. "Lebih baik memusnahkan orang tolol itu takutnya imbas ke anak-anak, dan itu tidak baik."

"Apa maksudmu?"

Melihat Ardi belum menandatangani berkas yang dibawanya, Ariana menegur laki-laki itu. "Tim masih menunggu. Jangan lupa stempel."

Seseorang masuk tanpa dipersilahkan. Ardi semakin marah, kenapa wanita-wanita itu membuat kepalanya sakit? Bella datang tanpa memberitahunya.

Mata Ariana dan Bella bertemu. Ariana menatap dingin wanita yang baru saja masuk, sedangkan Bella sedikit terkejut dan cemburu melihat Ariana ada di ruangan kekasihnya.

"Apakah kita pernah bertemu?" tanya Ariana masih dengan tatapan dinginnya. Bella mengulurkan tangan untuk memperkenalkan diri. Sayangnya tangan itu tidak bersambut, dilihatpun tidak oleh Ariana.

Bella marah. Sombong sekali wanita itu. Beberapa orang harus mengantri menjabat tangannya tapi lihatlah istri Ardi itu.

"Arabella Patrick."

Bella merasa bangga, saat Ariana mengenal dirinya. Siapa yang tidak mengenalnya di negeri ini?

Di tempatnya Ardi terlihat awas. Keringat mulai mengucur.

"Saya bertemu mantan suamimu. Pertemuan yang mengesankan."

Apa? Ardi menatap tajam istrinya. Ariana mengenal mantan suami Bella? Saat Ariana menatapnya, Ardi masih bertahan dengan tatapan tajam.

"Sudah?"

Ardi belum menyentuh berkas yang dibutuhkan oleh Ariana.

"Akan saya kirimkan."

"Aku sudah menunggu. Lekaslah."

Bella tidak percaya Ariana memerintah Ardi.

Masih dengan marah, Ardi membubuhkan tanda tangan dan stempel resmi perusahaan.

"Aku tidak akan bertanya. Tim pengawas masih disibukkan dengan kasus penggelapan. Bekerja keras lah."

Tanpa melihat Bella, Ariana keluar dari ruangan Ardi.

"Kamu gila? Tidak melihat tim pengawas yang berlalu lalang?"

"Tim pengawas atau istrimu?"

"Profesional. Ini tempat bekerja. Tunggu aku di apartemenmu."

Bersambung....

The Stepmother (Tamat-Cerita Lengkap Ada Di PDF)Where stories live. Discover now