8

6.9K 837 10
                                    

Follow instagram @ryanimuhammad_

Melihat Ariana yang melakukan pekerjaan rumah dengan senang hati, bi Tinah menggelengkan kepalanya. Hampir dua minggu tinggal di rumah itu dan menyaksikan perlakuan anak-anak Ardi, Ariana sama sekali tidak ambil pusing selama ia bisa mengatasinya. Bagi Ariana, anak-anak Ardi butuh pendidik bukan dari sekolah melainkan di rumah tidak lain karena keberadaan dirinya. 

"Nanti juga mereka ngerti, Bi." begitu jawaban Ariana setiap kali bi Tinah bertanya kenapa dirinya masih sabar. "Mereka belum menerimaku, dan aku harus berusaha untuk itu."

Bukan ikut campur, tapi orang tua Ardi adalah orang baik tidak pernah memperlakukan orang lain sesukanya. Pembantu di rumah orang tua Ardi semua jadi kerabat saking baiknya mereka. Tapi lihatlah kelakuan anak-anak Ardi pantaskah mereka memperlakukan Ariana seperti itu?

Bi Tinah sanksi jika Ardi mengetahui sikap anak-anaknya.

Dengan Jun, Ariana mengurangi interaksi. Selain Jun yang hampir tidak kelihatan batang hidungnya, sekali bertemu laki-laki itu bahkan tidak menganggap keberadaan wanita itu. 

Yang perlu diperhatikan adalah Uki dan Mona karena mereka masih duduk di bangku sekolah dasar.

"Kenapa seragammu?" Ariana melihat Saira masuk ke dapur. Masih jam sebelas gadis itu sudah pulang. "Kenapa pulang jam segini?"

"Bisa diam?!" Saira meneguk air yang telah diiisi dari dispenser. 

Ariana menghampiri Saira untuk melihat lebih dekat. Bajunya tidak layak pakai lagi. Bagian dada robek, tepat di saku kemudian tempat kancing terpasang peniti, bagian belakang tertutup dengan tas jadi wanita itu tidak bisa melihatnya.

"Kamu berantem?"

Saira sedang marah. "Berhenti bertanya. Kalau tidak bisa minum saja racun tikus!" gadis itu beranjak dari dapur.

Apakah Ariana harus menelepon Ardi? Ah, Ariana menggeleng. Bagaimana kalau Ardi sedang sibuk? Ariana akan menunggu sampai laki-laki itu pulang. 

Selesai jemur pakaian, Ariana menyalakan televisi. Bi Tinah sudah memasak jadi tidak ada lagi pekerjaan yang bisa dilakukannya.

Matanya menonton, tapi pikirannya pada Saira. Ia khawatir pada anak itu. Karena tidak bisa fokus, Ariana naik ke lantai dua untuk memastikan keadaan gadis itu, belum membuka pintu, dari luar wanita itu mendengar Saira menangis.

"Lo enggak tahu, Ka apa yang udah gue lakukan ke dia! Lo enggak tahu gimana pengorbanan gue!"

Ariana tidak jadi membuka pintu kamar Saira. Memilih diam dan mendengar dari luar.

"Cewek gatal itu yang ngerebut Frans dari gue!" 

Sepertinya Saira menelepon temannya. Dan yang sedang terjadi mungkin tidak jauh dari kata patah hati.

Ariana menarik napas dalam. Setidaknya menangis mengurangi beban apalagi Saira sudah menelepon temannya. Sedikitnya luahan hati bisa membantu kegalauan.

******

"Aku ingin bicara," kata Ariana saat Ardi bersiap tidur. 

"Saya capek."

"Anak-anak, aku ingin Mas memperhatikannya."

Ardi hanya bergumam.

"Saira sudah gadis, Mas harus meluangkan waktu sekedar mengobrol."

"Kamu kewalahan?"

"Mas tahu mereka tidak menyukaiku tapi tidak akan membuatku berhenti."

Ardi menarik selimut. 

"Kalau Mas ingin tahu, apa arti seorang ayah bagi kami wanita. Ayah itu ibarat cinta pertama, yang kami ingat di masa tua nanti kasih cinta dan perhatiannya."

"Tidurlah. Saya capek."

Dan Ariana hanya bisa diam melihat Ardi memejamkan mata. Ia baru saja bicara, bukan tentang hubungan mereka tapi anak-anak tidak bisakah Ardi mendengarnya sebentar? 

Karena ini anak-anak Ardi, Ariana tidak bisa melakukan sendiri terlebih dengan sikap terang-terangan mereka yang tidak menyukai Ariana.

"Seandainya sedikit saja Mas mau melihat, setidaknya tidak terlalu menyesal nantinya."

Tidak ada jawaban, Ardi benar-benar tidur.

******

Karena ada bi Tinah di rumah, hari ini Ariana ingin keluar. Kepada bi Tinah wanita muda itu mengatakan ingin membeli barang miliknya yang sudah habis. Kenyataannya, Ariana mengikuti Saira. Begitu pak Harun pergi mengantar anak-ana, Ariana segera masuk ke taksi yang telah dipesan olehnya. Tidak lupa wanita itu mengenakan kacamata hitam dan masker agar tidak ada yang mengenalinya. Uki dan Mona yang pertama kali diantar oleh pak Harun, kemudian mobil pak Harun keluar melaju ke arah sekolah Saira yang terletak tidak jauh dari sekolah adik-adiknya.

Tiba di sana, Ariana melihat Saira keluar dari mobil. Senyum Ariana terbit saat melihat Saira disambut oleh dua orang temannya. Kekhawatiran yang membawa langkah ariana sampai ke sekolah. Ia ingin memastikan keadaan Saira setelah kemarin pulang awal dengan keadaan yang cukup kacau.

Ariana tidak langsung pulang. Ia duduk bersama seorang wanita yang menjual es kelapa gerbang belakang sekolah. Lumayan ada teman bicara, sambil wanita itu memperhatikan Saira. Ariana menunggu sampai jam istirahat, saat melihat Saira bersama teman-temannya sedang membeli jajan dan tertawa barulah Ariana tenang. Melihat keadaan Saira lebih baik, wanita itu ikut merasa senang.

Setelah puas, Ariana pergi dari sana. Berjalan kaki mencari minimarket membeli beberapa barang miliknya. Tidak begitu perlu, tapi bolehkah untuk stok. Wanita itu juga membeli deodoran untuk Ardi.

Saat sedang membayar, Ariana menoleh ke belakang seorang remaja SMA menenteng satu bungkus permen dan dua buah tisu kecil. Antrian di depannya selesai, Ariana membayar belanjaannya setelah itu siap keluar dari sana. 

Shampo, pembalut, sabun mandi, pengharum ruangan dan deodoran. Cukup. Untuk stok saja. Ariana mencari taksi untuk pulang. Tidak sengaja ia melihat Saira dalam sebuah mobil, saat ingin mendekat kaca mobil dinaikkan dan mobil melaju meninggalkan Ariana yang panik.

The Stepmother (Tamat-Cerita Lengkap Ada Di PDF)Where stories live. Discover now