5

7.2K 920 9
                                    

Niatnya semalam, Ariana ingin membantu Uki dan Mona menyelesaikan PR. Namun, tidak bisa karena kedatangan ibu mertua juga sidang mendadak dengan anak-anak. Kini, tengah malam buta matanya belum terpejam. Karena ibu mertua, ia harus tidur sekamar dengan Ardi. Baik dirinya dan Ardi diceramahi habis-habisan.

Dan di sinilah ia sekarang. Duduk di sofa mengenang masa kecilnya, tidak indah tapi cukup berarti untuk dikenang. Mendekati  waktu subuh, Ariana keluar dari kamar Ardi dan menyelinap ke kamar Uki. PR anak-anak, ia teringat itu. Melihat damainya Uki dan Mona tidur, Ariana tersenyum bahagia. Dalam hati ia meminta maaf karena telah membuat hari-hari mereka terasa berat.

Membuka buku PR Uki, Ariana mengisi jawabannya dengan tulisan agak mirip. Ariana juga menyertakan cara menjawab soal matematika dan berharap Uki memahaminya. Selesai PR Uki, wanita itu membuka buku Mona dan menyelesaikannya. Tidak apa hanya kali ini, besok-besok ia akan membantu mengajari. Membayangkan Mona berdiri di bawah terik panas matahari karena dihukum oleh guru rasanya tidak tega. Bukan hanya PR, Ariana juga meraut pensil Mona dan menyiapkan buku untuk roster pelajaran besok.

Ketika keluar dari kamar mereka, dadanya terasa plong. Masuk ke kamarnya, Ariana bersiap melaksanakan ibadah sholat subuh. Pagi hari ini, suasana hatinya sangat baik. Melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk anak-anak sangat menyenangkan. 

"Ibu saja. Bangunkan Ardi." Ariana mengerjap. Ibu mertuanya sudah memasang celemek dan bersiap memasak. 

Dia harus kembali ke kamar itu? Semalam, saat ia masuk ke sana Ardi belum pulang. Ariana pikir akan jadi masalah ketika laki-laki itu melihat dirinya di kamar, nyatanya Ardi menyuruhnya tidur begitu pulang karena ia tahu semua ini karena ibu. 

"Tunggu apa lagi?"

Ariana tersenyum dan bergegas kembali ke kamar Ardi. Di depan pintu, wanita itu berdiri canggung. Apakah langsung masuk saja? Menggeleng, Ariana mengetuk pintu kamar laki-laki itu.

"Ada apa?" 

Ariana meminta maaf telah mengganggu. "Ibu meminta Mas turun."

Tanpa jawaban, pintu kamar ditutup oleh Ardi. Ariana merasa tidak enak. Kembali turun ia menghampiri ibu mertua di dapur. Membantu apa yang bisa dibantu walaupun hanya menata piring di meja. Roti sudah dipanggang, nasi goreng sedang dimasak, jus juga sudah selesai dibuatkan ibu mertua. Sungguh, Ariana tidak enak. Ia tidak tahu jika ibu mertua sedang melayaninya sebagai menantu. 

"Jam berapa anak-anak biasa bangun?"

"Jam enam. Kadang Jun bangun lebih awal." Ariana sering melihat Jun olahraga setiap pagi.

"Biasakan bangunkan lebih awal lagi. Sempetin mereka subuhan."

Untuk itu Ariana belum kepikiran. Perlahan, ia akan melakukannya. "Iya Bu." 

Mematikan kompor, ibu mertua berbalik menghadap Ariana. "Mereka sebenarnya baik." ibu mertua ingin Ariana tahu. "Mungkin karena merasa ada pengganti bundanya, jadi mereka terdoktrin jika kamu akan mengambil semua peran dan menjadi penguasa."

Ariana tersenyum. Semua anak mungkin akan berpikir sama seperti anak-anak Ardi, sulit menerima ibu tiri.

"Ibu harap kamu tidak mundur dan meninggalkan mereka. Perlahan mereka akan membuka mata dan melihat kamu sebagai ibu."

Masih dengan senyum, Ariana mengangguk. "Insyaallah Bu."

Tugas seorang ibu cukup berat, apalagi posisi sepertinya yang langsung menjadi ibu dari empat orang anak dengan karakter berbeda ditambah bukan anak kandung, bisa dibayangkan bagaimana sulitnya tugas yang diemban oleh Ariana.

The Stepmother (Tamat-Cerita Lengkap Ada Di PDF)Where stories live. Discover now