part 1

95 14 14
                                    

"Dasar kamu perempuan tidak tahu diri, sudah ku bilang jika hak asuh anak pertama dan ketiga jatuh pada ku" Dharma teriak dengan suara yang sangat memekakan gendang telinga.

"Atas dasar apa kau berbicara seperti itu, di pengadilan bahkan hakim mengatakan bahwa hak asuh anak di serahkan kepada anak, terserah mereka ingin ikut siapa di antara kedua orang tua nya" Batari tidak ingin mengalah atas ketiga anak nya.

"Saya tidak peduli! Mulai sekarang mereka ikut saya, kamu tidak ada hak lagi untuk mereka!" Dharma tetap kekeh atas keputusannya.

"Tidak! Kenapa kita tidak serahkan saja keputusan itu pada anak kita sendiri" Batari yang mulai menghilangkan ego nya karena melihat ketiga anak nya menangis.

"Baik, kalian bertiga, silahkan pilih antara ayah dan ibu mu, siapa yang akan kalian pilih" Dharma mengajukan pertanyaan pada ketiga anak di depannya.

"Aku memilih ayah" Abichanda anak pertama yang telah menginjak usia 21 tahun.

"Pilihan bagus chandra, lalu bagaimana kau anindya?" Tanya dharma pada anak kedua nya.

"Bagaimana seorang anak bisa memilih salah satu dari kedua orang tua nya ayah" Anindya putri menjawab pertanyaan sang ayah.

"Kamu itu sudah 15 tahun, seharus nya kamu sudah tau keadaan kedua orang tua kamu! Mau tidak mau kamu harus memilih! Jangan biasakan sikap kamu yang lemah itu yang bisanya nangis setiap hari!" Bentak Dharma pada anak kedua nya.

"Bisa tidak kau biacara pada anindya tidak usah selalu membentak nya?" Batari tidak terima anak kedua nya yang selalu di perlakukan tidak adil oleh ayah nya.

"Diam kau, dasar perempuan tidak tahu diri" Dharma menunjuk batari dengan jari telunjuk nya.

Anindya yang mendengar itu pun terasa ngilu di hati nya, bagaimana ia selalu mendapatkan perlakukan yang kasar dan omongan yang kasar dari ayah nya, bukan kah ayah adalah cinta pertama untuk putri nya? Lalu kemana kah sosok itu? Apa aku tak seberuntung teman-temanku? Yang selalu menceritakan bagaimana mereka diperlakukan bagai putri yang dimanja, dijaga, di peluk, di sayangi, di cium oleh sang ayah? Tanya anindya dalam benak nya.

"Anindya ikut ibu" ucap anindya dengan suara sesegukan.

"Bagus!! Kau memang sama dengan ibu mu, anak tidak tahu diri. Aku memang selalu berharap kau pergi bersama ibu mu. Pergi jauh dan tak usah kembali!" Ucap dharma dengan suara yang sangat tinggi.

"Ayah, jangan berbicara seperti itu,  maafkan anindya..."

"Sudah lah, ayah juga tidak peduli lagi, kita lihat bagaimana ibu mu akan membiayai mu untuk mengobati penyakit mu itu!" Potong dharma yang tak ingin mendengar ucapan anak kedua nya lagi.

"Aku bisa, aku akan membiayai pengobatan dia sampai dia sembuh!" Ucap batari.

"Cyntia sayang anak ayah, cyntia ikut ayah kan nak?" Tanya Dharma pada anak ketiga nya yang masih berumur 7 tahun itu.

"Iya ayah" jawab cyntia dengan anggukan kepala.

"Sudah jelas bukan, sekarang kau bisa pergi dari rumah ini bersama anak mu itu!" Bentak dharma.

Anindya yang saat ini mendapatkan pelototan tegas dari ayah nya hanya menunduk dengan mata yang tak henti menangis, dada nya sesak, badannya gemeteran, semua memori akan masa lalu berlalu lalang di benak nya, ucapan kotor, kasar, bentakan semua kembali tertata dalam memori otak nya, dia takut namun tak tahu harus bagaimana. Dia melihat ayah nya sangat membencinya.

Batari yang melihat anak kedua nya dengan badan yang bergetar hebat pun memeluk dan menenangkan nya.
"Ayo nak kita kerumah ibu" ucap batari.

Dharma yang sangat marah pun melontarkan kalimat kasar pada anak kedua nya itu
"INGAT PERKATAAN SAYA ANINDYA PUTRI. SAYA BERSUMPAH MULAI SAAT INI, SAYA TIDAK AKAN MENAFKAHI KAMU SEPESERPUN DARI HARTA SAYA!" Ucap dharma lalu meludah kesamping kiri dan menginjak ludah nya sendiri.

"Maafkan aku ayah" jawab lirih anindya pada sang ayah lalu berlalu meninggalkan ayah serta kakak dan adik nya.







Hai guys, ini cerita pertama aku, jadi mohon terus dukungannya yah...
Tolong juga masukannya agar lebih baik dan rapi lagi dalam penulisannya..
Happy reading 🙂😊

LARAYNNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang