part 14

29 6 0
                                    

Flash back on

"Kak isa, ayok beli es cream disana" ajak anindya pada clarissa sang kakak.

"Aduh adek, kakak lagi pusing banget, besok aja yaa" jawab clarissa.

"Tapi adek kau nya sekarang kak isaaaaa"

"Ajak kak abi aja deh kalau gitu"

"Ih,, kak abi ga ada dirumah kak, dia tadi main sama temen-temen nya"

"Tapi kakak bener-bener lagi pusing dek"

"Kak isa jahattt,, huaaaa" tangis anindya seorang anak berusia 5 tahun.

Pada saat itu dharma, batari, dan kembarannya abi sedang tidak ada dirumah.
Clarissa berdua dengan anindya dirumah.

"Aduh, jangan nangis dong dek".

"Bentar aja lo kak,, ga bakalan lama kok,, kan kios nya cuma disitu aja"

"Ya udah ayok"

Clarissa memaksakan keadaannya untuk berjalan mengikuti kemauan sang adik.

"Anindya, pelan-pelan dong, awas ada mobil. Sini gandeng kakak"

"Iya kak isa,, anindya tau kok"

Anindya berjalan menggandeng tangan sang kakak.

Setelah melihat kanan dan kiri, anindya dan clarissa menyebrang jalan dan sampai pada kios yang menjual es cream.

"Buk, es cream nya 2 ya"

"Anindya mau yang rasa coklat kak"

"Iya sayang"

"Buk, rasa coklat nya 2 ya"

"Oke neng, siang-siang gini seger ya neng minum es"

"Ini loh buk, anindya maksa pengen banget beli es cream"

"Oalah, neng anindya ini tooo. Neng kok kayak nya pucet?"

"Iya buk, emang kurang enak badan, tapi anindya nangis kalau ga di beliin, jadi aku paksa"

"Hati-hati kalau gitu neng, cepet sembuh"

"Makasih buk"

Setelah bayar, anindya yang senang langsung berlari dan tak memperhatikan situasi jalanan.
Mata clarissa melebar setelah melihat truck dengan kecepatan tinggi menuju kearah anindya.

"Anindyaaaaaaaaaa"

Clarissa berlari sekuat tenaga dan tak memperhatikan lagi rasa pusing di kepalanya.
Ia mendorong anindya ketepi jalanan, namun na'as, karena keadaan nya yang sakit dari awal, dia tak kuasa menahan tubuh nya dan terjatuh di tengah jalan.

"Kakakkkkkkkkkk"

Brakkkkkkkkkk

Kecelakaan tak dapat dihindari, supir truck tidak dapat mengendalikan kemudinya disaat yang sangat mendadak didepan matanya itu.

Tubuh clarissa terpental jauh setelah badan truck menabrak nya. Darah segar keluar dari mulut, mata serta kepalanya.
Tulang rusuk nya seakan menusuk jantung nya seketika.

"Anindya"
Ucap clarissa setelah badannya terhempas beberapa meter.

Anindya yang melihat kejadian itu di depan matanya hanya bisa membisu bahkan nafas nya tercekat.

Ia melihat bagaimana truck menabrak sang kakak, hingga darah mengalir deras disekujur tubuh nya.

"Kak,, kak isaa, kakak"
Ucap anindya dengan lirih dan badan bergetar.

Anindya berjalan dengan langkah gontai menuju clarissa.

"Kak maafin anindya"
Ucap anindya yang seketika jatuh tersimpuh di depan sang kakak.

"A-nin-dya,uhuk, ja-ga a-yah, uhuk-uhuk i-bu sama kak a-bi ya"
Ucap clarissa di sela batuk darah nya dan menutup mata nya.

Anindya semakin bergetar, tangan mungil nya memegang lembut pipi sang kakak, air matanya keluar bahkan tanpa suara.

Seketika banyak orang mengeliligi mereka berdua. Tetangga-tetangga yang melihat pun sangat terkejut akan kejadian di depan mata mereka terutama sang pemilik kios yang menjadi saksi terjadi nya kecelakaan itu.

Setelah menghubungi posisi dan ambulance sekarang clarissa dan anindya berada di RS ADIRAMA.

Clarissa tak dapat di tolong setelah hembusan nafas terakhir kali nya di depan sang adik.
Rusuk clarissa patah dan menusuk jantung serta organ dalam nya yang membuat keadaannya tak tertolong.

Anindya hanya diam, ia bak orang ling-lung yang tak tahu harus berbuat apa. Ia mulai menyalahkan dirinya sendiri.

"Ini gara-gara aku! Kakak pergi gara-gara aku" ucap anindya dengan tangisan dan tangan yang menjambak rambut nya sendiri.

Setelah mengubungi pihak keluarga, kini dharma dan batari telah sampai dirumah sakit.

"Bagaimana keadaan anak saya?" Tanya dharma.

"Anak saya baik-baik saja kan?"ulang batari.

"Yang sabar ya pak, buk, clarissa sudah tidak bisa di selamat kan"

Jedarrrrr

bak petir menyambar telinga dharma dan batari. Mereka langsung jatuh di depan para dokter dan para tetangga yang mengantar clarissa dan anindya ke rumah sakit.

"Bagaimana keadaan anindya?" Tanya batari

"Anindya selamat buk, clarissa yang menyelamat kan anindya" ucap ibu kios.

"Dimana anindya?" Tanya dharma

"Di sana pak, dari tadi cuma diam terus ga mau di ajak bicara, badannya gemeteran, dia lihat semua kejadiaan disana di depan mata nya soalnya" jawab ibu kios.

Dharma dan batari menghampiri anindya yang sedang duduk di temani oleh salah satu tetangga mereka.

"Anindya, bagaimana bisa terjadi?" Tanya dharma.

"Maaf ayah, maaf ibu, ini semua salah anindya, anindya yang salah, anindya yang buat kakak meninggal" ucap anindya di sela tangisannya dengan pandangan kosong kebawah.

"Bagaimana! Kenapa bisa!" Dharma yang belum bisa menerima kehilangan clarissa mulai mengeluarkan emosi nya.

Sunyi....

Diam....

Tak ada jawaban....

Anidnya tak mampu berkata, kejadian di depan matanya seakan merobek otak nya.
Hanya tangisan yang dapat ia keluarkan. Bahkan kini ia menjadi seoalah tuli dan tak dapat merespon orang lain.

"Anindya! Jawab ayah"

"Sabar mas..."

"Diam kamu!"













Lanjutan flash back next part guys.....

LARAYNNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang