part 11

29 9 2
                                    

Bel sekolah berbunyi menandakan proses pembelajaran selesai. Andra berlari menuju gudang tempat ia mengurung anindya.

Andra kaget melihat anindya yang sangat pucat dengat keringat dingin di seluruh badan.
Ia seolah menemukan sebuah mayat dengan baju bersimbah darah.

Andra panik, ia jongkok dan menepuk pipi aninya.

"Heh anind, bangun lo, jangan mati dulu, gua belum buat lo menderita" ucap andra.

Anindya membuka matanya perlahan, ia mendengar sayup sayup suara memanggil namanya.
Ia dengan cepat duduk dan memeluk andra dengan erat.

"Aku mohon ayah, jangan kurung anindya disini lagi, anindya takut ayah, jangan pukul anindya lagi ayah, anindya janji ga akan nakal lagi, anindya mohon ayah" ucap anindya dengan tubuh bergetar.

Anindya masih belum sepenuh nya sadar. Ia tidak menyangka bahwa yang ia peluk adalah andra, seseorang yang mengurungnya.

Andra kaget namun juga terasa sedikit pilu mendengar ucapan anindya. Ia merasakan bagaimana tubuh anindya bergetar menahan takut. Setelah beberapa detik terdiam andra pun langsung mendorong anindya.

"Lo perempuan murahan banget si! Meluk orang sembarangan! Ngaca dong! Jijik lah gua lo peluk anj*n*" bentak andra.

Anindya melebarkan mata nya, ia tak sanggup berkata, ia kaget dan bingung, apa yang terjadi sebenarnya. Yang ia peluk tadi bukan ayah nya?

"Dasar perempuan murahan" hina andra lalu meninggalkan anindya sendiri.

Setelah beberapa detik terdiam, akhirnya dia mulai sadar sepenuh nya dan mengingat apa yang baru saja terjadi dan bagaimana ia ada di gudang ini.

"Bodoh anindya, lo bodoh!" Maki pada dirinya sendiri.

Anindya berjalan menuju kelas nya untuk mengambil tas nya. Sekolah terlihat sangat sepi.
Syukur dia membawa jaket setiap hari, sehingga dapat menutupi seragam nya yang penuh dengan darah.

🌼🌼🌼

Sesampainya di rumah, anindya bergegas ke kamar nya, ia langsung merendam seragam sekolah yang penuh dengan tetesan darah itu.

Anindya keluar untuk mencari warung dan membeli pemutih pakaian. Ia ingin merendam baju dan jilbab putih nya yang terkena darah agar tak terlihat noda lagi.

Anindya lega, ternyata noda darah nya hilang.

Hufffft.

"Alhamdulillah akhir nya hilang juga,, bisa gawat kalau nanti ketahuan ibu" ucap anindya.

Anindya berjalan menuju sebuah laci rahasia yang selalu ia kunci, disana letak buku diary nya, buku yang selalu menjadi teman rahasia nya , teman cerita nya, teman curhat nya, teman yang menampung semua rasa kekecewaan, kesedihan, kesengsaraan, dan banyak lagi.

Ia membuka buku itu seperti hari biasanya, ia ambil pulpen dan mulai menggoreskan kata perkata di atas kertas putih itu.

Tak lama kertas itu basah dengan tetesan air mata yang jatuh dari matanya.


Rabu, 2 september 2018
Dear my diary book

Terimakasih untuk hari ini

Terimakasih untuk :

Perih dan sakit untuk kesekian kali nya

Tawa yang mulai jarang terdengar dalam telinga

Senyum palsu yang selalu di pamerkan setiap hari nya

Tekanan Batin yang semakin terbiasa

Antonim kedamaian yang ku terima

Tubuh yang mulai menyerah berjuang akan sakit nya

Trauma masa kecil yang kembali dalam memori kelam nya.

Anindya putry

Anindya memejam kan matanya. Menghirup udara dengan dalam dan tenang. Membuka matanya perlahan. Mengambil tisu dan mengusap air mata nya. Mulai melihat kaca dan tersenyum kembali.

Namun ia kaget melihat luka robek di pelipisnya. Walau tak lebar, namun terlihat luka itu dengan jelas.

"Ya ampun, untung tadi lihat kaca,, kalau sampai ibu tau luka ini, bisa di introgasi pasti" anindya mengambil perban dan betadine, ia mulai mengobati luka nya sendiri dan menutupi nya dengan poni rambut nya.

"Semoga ibu ga lihat" ucap anindya di depan cermin.

"Ibu sedikit pulang aindya, lo gak boleh terlihat seperti habis menangis" ucap anindya tersenyum dan mulai mengompres mata nya dengan air es.





Jangan lupa vote ya ❤

LARAYNNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang