part 12

31 8 0
                                    

"Anindya kepala kamu kenapa nak"? Tanya batari di sela makan malam mereka.

"Oh,, ini,, itu... anu bu... tadi pas nyuci kepleset jadi kepala nya kepentok tembok deh hehehehh" ucap anindya berbohong mancari alasan.

Batari berdiri dari duduk nya dan memegang wajah anindya, dia memperhatikan dan memegang perban kepala anindya dengan pelan.

"Kok bisa anind? Kamu kok ga hati-hati gitu? Masih sakit?" Tanya batari.

"Ah ngga kok buk, ga sakit, cuma gini aja, udah ibu ga usah khawatir" ucap anindya.

"Beneran ya? Awas kalau bohong sama ibu" ucal batari.

"Iya nyonyaa......" goda anindya.

🌼🌼🌼

Mentari pagi bersinar seperti biasanya, anindya bersiap untuk menghadapi kehidupan kelamnya kembali. Tiada hari tanpa senyuman yang mendalam, hanya penghias bibir dengan tarikan paksaan. Mencoba membohongi dunia sekitar bahwa semua baik-baik saja.

"Andra? Ngapain kamu disini?" Tanya anindya penuh kebingungan melihat andra yang menunggunya di depan rumah nya.

"Jemput lo" jawab andra.

"Kamu tau rumah ku dari mana?"

"Bac*t lo, dah cepet naik"

"Nggak, aku mau naik angkot aja"

"Lo denger gua ga sih?"

"Ya aku denger. Tapi aku ga mau kesekolah bareng kamu"

Anindya berjalan dan tak menghiraukan andra yang sedah berbicara pada nya.

"Eh lo denger gua ga sih?"

"Nggak, aku ga mau berangkat sekolah sama kamu"

"Gua ga bakal buang lo anindya"

"Apa jaminan buat kamu ga akan buang aku atau tinggalin aku di jalanan"

"Kalau gua buang lo, gua... gua... gua.."

"Udah lah cukup, kamu duluan aja, mau kamu maksa kayak gimana pun, aku ga bakalan mau ikut kamu"

"Lo kepala batu amat sih jadi anak"

"Hem"

Aninda melambaikan tangannya ke arah angkot, ia naik kedalam angkot dan meninggalkan andra begitu saja.

"Awas lu anindya!" Ucap andra dengan rahang mengeras.

Sesampai nya di sekolah, andra menatap tajam kedepan, semua siswa yang melihatnya pun merasa takut dengan tatapan nya yang menyulutkan keamarahan.

"Andra lu kenapa muka ditekuk gitu, alis di satuin, mata kek mau terkam orang aja lu" ucap dimas teman beda kelas nya.

"Diem aja lah lo, ga tau apa-apa!"

"Dih ngegas anjay"

Andra berjalan lanjut menuju kelas nya. Rahang nya mengeras melihat anindya yang sedang duduk membaca novel nya.

"Eh lo! Sok banget si jadi perempuan!" Ucap andra dengan merebut novel anindya.

"Apaan si kamu! Balikin novel aku"

"Nggak! Lo mau ini?" Ucap andra dengan tangan kiri mengangkat novel anindya keatas dan tangan kanan memegang korek api.

"Eh jangan, itu novel baru ku! Aku belum selesai baca!" Ucap anindya dengan tangan yang berusaha merebut novel nya, namun karena tinggi anindya yang hanya se dada andra, anindya tak dapat mencapai novel nya.

Ctak

Korek api di nyala kan dan mulai membakar novel anindya, andra membuang nya tepat dihadapan anindya.

Anindya terdiam, dia ingin marah, namun tak bisa, ia mulai lelah selalu di ganggu seperti ini.

"Ya udah bakar aja" ucap anindya dengan ketus dan duduk kembali.

Jangan nangis anind, jangan nangis, nanti bisa beli lagi kok, nabung lagi ya habis ini.
Ucap anindya dalam hati menenangkan dirinya.

"Lo ga marah?"

"Nggak"

"Giman si! Katanya novel baru lo"

"Ya emang"

"Harus nya lo kesel dong"

"Biasa aja si"

Tak menggubris lagi perlakuan andra, anindya keluar dari kelas itu. Anindya ingin menenagkan diri nya. Ia berjalan menuju taman yang ada di sekolah nya, ia duduk di bawah pohon dan menghirup udara sejuk nya.

"Ayah aku rindu ayah, ayah baik-baik aja kan? Mau telfon ayah, tapi nanti ayah marah lagi sama anind, lagian anindya salah apa si yah" ucap anindya sendirian memandang bunga bunga di depannya.

"Aku ngerasa ada yang hilang dari ingatan ku, tapi apa ya? Kenapa ibu juga tak mau menceritakan pada ku? Waktu kecil ayah sayang banget sama anindya, tapi setelah umur 6 tahun, ayah udah jahat banget sama aku.
Sebenar nya waktu itu aku salah apa ya? Terus kenapa aku gak ingat?"

Ucap anindya dengan bingung pada dirinya sendiri.

"Aku harus tanya ibu nanti sepulang sekolah"




Hai guys,, ada misteri baru lagi nih?
Kira-kira ada apa ya??

Yuk bantu vote cerita aku ❤

LARAYNNAWhere stories live. Discover now