Chapter 2: Elakan mata

274 43 35
                                    

Masakan untuk makan malam sudahpun dibuat, dengan alat makan yang telah tertata rapi di atas meja makan berbentuk bulat yang pas untuk tiga kursi.

"Sudah siap bang?" tanya Fang memasuki ruang makan. Kaizo mengangguk dalam keheningan dengan maksud mengiyakan. Fang meninggalkan ruangan, lalu berjalan menuju kamar Hali yang berada tepat disebelah kamarnya.

"Li?"

Diam tak bersuara.

Menggerakan gagang pintu perlahan, membuat pintu itu terbuka dengan segera. Mengejutkan Fang yang sempat mengira pintunya dikunci dengan rapat. "I thought that you lock your door, Thunder," ujar Fang berjalan masuk.

Kukira kau mengunci pintumu, Gledek


Di dalam, Hali terlihat fokus pada laptopnya dengan boneka pikachu berada di pahanya. Fang yang menengok berjalan mendekat. "Ayo Makan"

Tidak menjawab, hanya fokus pada laptopnya. Fang yang kesal dalam keheningan pun memberanikan diri mengintip apa yang Hali lakukan di laptopnya.

Namun belum juga terlihat, Hali lansung menutup laptopnya secara tiba-tiba.

"Did i.. even give you such a permission to stalk what i did on my laptop?" dingin Hali tanpa menatapnya, membuatkan Fang sontak menelan ludahnya.

Apakah aku.. bahkan memberikan kau izin untuk menguntit apa yang aku lakukan di laptop?


Segera menyimpan laptopnya di dalam tas seraya meletakkan boneka pikachunya keatas meja belajar.

Berdiri seakan tidak melakukan hal mencurigakan apapun. Berjalan meninggalkan dengan tangan kanan terangkat, lalu jarinya tergerakkan layaknya arahan seakan sedang meminta Fang untuk ikut keluar dari kamar juga.

Fang yang mengerti sempat melihat tas laptopnya untuk sejenak, lalu berjalan mengikuti Hali ke ruang makan.

Sesampainya, Kaizo terlihat sudah duduk di atas kursi dengan garpu yang dipegangnya tertancap pada roti atas piring. Selai yang digunakan amatlah berbeda dari yang umumnya, yaitu rasa wortel.

Entah apa yang mereka maksudkan dari menggunakan selai berasa wortel itu. Mungkin karena betapa sukanya kedua saudara itu dengan wortel, sehinggakan Hali terpaksa ikut juga.

Hali segera duduk di kursi makan, sama halnya dengan Fang.

Setiap kali mereka dalam sesi makan, Fang terus memperhatikan betapa Kaizo dan Hali sama sekali tidak mau bertatap wajah meski hanya sedetik. Mata bertemu sejenak, lansung menoleh berlainan atau kepada makanan mereka.

Ini bukan curi pandang, namun hanya kebencian Hali terhadap Kaizo. Sedangkan Kaizo pula, hanya cuek saja. Ia tidak benci, namun memilih ikut tidak memerhati.

Fang terbingung akan apa yang harus ia lakukan pada mereka. Tangisan dahulu Hali mungkin tidak lagi keluar, namun kepecahan hati ada di dirinya.

Selalu, seakan tidak pernah berakhir.

Kaizo pula, wajah sungguh tidak tertebak. Jikalau pun Fang berpikir mungkin Kaizo sebenarnya sedih, kemungkinan itu iya sangatlah kecil disebabkan betapa misteriusnya abangnya itu.

Setelah sesi makan selesai, Hali hanya meletakkan piringnya di wastafel, lalu meninggalkan lokasi. Karena ya, ia tidak mau menyentuh apapun yang merupakan bekas Kaizo.

Meski itu membuatkan ia terlihat malas, nyatanya sangatlah tidak.

Sebelum piring Fang terletak, Kaizo lansung menariknya segera, lalu meletakkan piring itu di dalam wastafel.

"Pergi" usir Kaizo lembut, namun terasa dinginnya.

Fang mengerti bahwa maksud usiran itu adalah supaya abangnya itu saja yang mencuci, sehinggakan ia mengangguk, lalu meninggalkan ruangan.

Di dalam pikiran Fang, ketidaksukaannya dengan kerenggangan hubungan mereka amatlah besar. Hali yang terus menyembunyikan dan bertingkah dingin ke Kaizo, bahkan dirinya juga serta Kaizo yang terus menghiraukan tingkah Hali.

Ia berpikir, "haruskah aku mulai mencari keberadaan Thorn dan Reverse.. itu?"

Namun keyakinan sang abang akan segera mengetahui dan melarang pun muncul.

Bahkan tidak tertebak, ia menyadari kepergian tanpa izin walau hanya sejenak.

Bahayanya jika ia akan menjadi seperti Hali, yaitu keluar penuh larangan dengan bantuan dinding pertahanan.

Jika dinding ikut dibuat ada namanya, maka ia juga tidak akan bisa keluar dari sana.

Habis sudah riwayat hidupnya.

Berada di rumah saja tanpa misi baginya amatlah membosankan. Sampai sekarang, Kaizo masih juga belum memberitahukan misi apapun padanya.

Sekarang, Fang hanya terus memikirkan bagaimana cara agar hubungan Kaizo dan Hali berhenti merenggang, kembali kuat.

"Until when you will standing infront of my room?" tanya Hali tiba-tiba, mengejutkan Fang yang melamun sedari tadi.

Sampai kapan kau akan berdiri di depan kamarku?

"Eh?"

"Tch! Maksudku, sampai kapan kau akan berdiri di depan kamarku? Menganggu, masuk sana" jelas Hali mengusir keberadaan Fang.

Fang segera menolak tanpa takut. "Apa maksudmu mengusirku?"

Hali terdiam. Tangannya segera mengeluarkan listrik sebagai upaya mudah mengusir Fang. "Mau?"

Menelan ludah segera. "Baiklah aku akan masuk! Asal jangan menyetrumku!" tegas Fang was-was. Lansung bergerak memasuki kamarnya demi menyelamatkan diri dari kemarahan gledek ngambekan.

Hali segera menghilangkan listrik merahnya. "Pengecut," ejeknya dari dalam hati. Berjalan keluar dari kamarnya, lalu segera kaki menapak memasuki ruang makan.

Untuk apa?

Melihat Kaizo sejenak, lalu mengalihkan pandangan. Mendekati kulkas, membukanya lalu memperhatikan isinya.

"Tidak ada.."

"Minum susu stroberi saja, penyemangat. Lagipula kau suka merah," saran Kaizo selagi menyelesaikan pekerjaannya di ruang makan.

"Tch urusi saja dirimu sendiri!" ketus Hali. Kaizo menengok dingin, lalu hanya meninggalkan ruangan.

Diam untuk sesaat, lalu helaan lirih terdengar. Hanya mengambil susu stroberi yang sebenarnya memang satu-satunya pilihan terbaik, lalu pergi meninggalkan ruangan itu.

Kaizo memperhatikan pergerakan Hali tanpa ketahuan, lalu segera menghidupkan komputernya kembali.

"Mau sampai kapan dia jadi bocah pemarah seperti ini?"

"..how pathetic"

..betapa menyedihkan

-Tbc- Vnc~

Pesan Moral: Kalau suka warna merah, ambilnya susu stroberi😌👌🏻

:v

Hubungan yang perlahan melepas dengan rasa benci yang kian meninggi.

Kekasaran terhadap seorang yang lebih tua karena masalah diantara mereka.

Waduh3

NWNE 2: Tell Me The TruthTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon