Bab 14 Tentang Annisa

3.1K 629 265
                                    

Bismillahirrahmanirrahim
.
.
.
.
.
Terimakasih sudah mau menunggu cerita ini update.

Happy Reading ❤

Beberapa tahu lalu, sebuah butik bertuliskan Amora Collection itu tengah beroperasi dengan lancar, para pengunjung tidak pernah sepi sebab pemiliknya adalah perempuan sosialita yang sangat cantik. Dia seorang janda 30 tahun beranak dua.

Pada suatu ketika ia sedang sibuk mengatur acara fashion show serta ulang tahun butik. Saking sibuknya janda yang akrab disapa Tante Amor itu sampai tak memperhatikan saat akan menyeberangi jalan. Tubuhnya bergetar saat sebuah mobil melaju cepat kearahnya. Namun, sebelum mobil itu menghatam dirinya sebuah tangan menariknya dengan kuat.

Saat itulah dia jatuh cinta dan menikah lagi dengan lelaki yang menolongnya. Dia seorang duda, memiliki anak perempuan yang sangat manis seperti namanya, Annisa Naura Fadilla.

Sejak Bundanya meninggal, anak itu memutuskan untuk mengikuti ayahnya merantau ke Jakarta untuk mengadu nasib. Dan saat ayahnya memutuskan menikah lagi ia tak merasa keberatan sama sekali. Sebab kebahagian ayah adalah prioritasnya. Kehidupan mereka berjalan baik dan harmonis. Lulus SD Annisa memutuskan masuk pesantren untuk memperdalam Ilmu agama, juga untuk memenuhi impiannya sebagai ustadzah.

Namun, semua berubah saat api itu menyerang butik, menghanguskan semua koleksi baju-baju ibu tirinya hingga tak bersisa. Tak hanya bahan konveksi, barang berharga pun ikut ludes dilalap si jago merah.

Saat semua itu terjadi Annisa sudah berada di pesantren, ia tidak tahu jika ayah dan ibu tirinya sering kali bertengkar karena perekonomian mereka yang sudah labil. Penghasilan ayah Nisa tidak mampu mencukupi kebiasaan mewah istrinya.

"Mas, ayolah. Annisa sudah dewasa, sudah saatnya ia menikah. Sebelas tahun di pesantren bukan waktu yang sebentar, dia sudah paham akan agama. Pria yang akan melamar anak kita itu orang kaya, keturunan Arab. Dia berjanji akan membantu mendirikan Amora Collection lagi."

Arif terdiam, entah kenapa dia merasa khawatir padahal lelaki yang datang tempo hari sangat santun. Mungkinkah karena ia tidak ingin kehilangan Annisa? Iya, mungkin karena itu. "Kenapa tidak Aira saja? Dia juga sudah dewasa."

"Mas tahu sendiri Aira itu anaknya pembangkang, kalau dipaksa dia akan bikin malu kita."

Arif menoleh tajam pada Amora. "Lalu kamu berhak memaksa anakku?" protesnya.

"Mas, ayolah. Demi masa depan Annisa, hidupnya akan terjamin. Percaya sama aku." Amora memelas.

"Aku akan menanyakannya dulu pada Annisa. Jika dia menolak, kamu tidak berhak memaksanya." Lalu beranjak pergi dari hadapan istrinya.

***

Pesantren tiga tahun yang lalu.

Mentari pagi yang awalnya sejuk sudah mulai menghangat seiring naiknya Sang surya dari ufuk timur. Para santri sudah berkeliaran menuju kesekolah masing-masing. Pesantren Nurul Hidayah adalah pesantren kitab terbesar di kota ini yang juga memfasilitasi sekolah umum seperti RA, MI, SMP, MTs, MA, SMK dan juga Universitas terbuka yang merupakan program terbaru pesantren ini.

Tak hanya dari dalam, pesantren ini juga menerima pelajar dari luar pesantren dengan syarat berhijab untuk yang perempuan.

"Liat, deh. Itu ustadzah kita tampangnya polos, kan? Padahal aslinya suka godain Gus Ilham."

Bisik-bisik santri tukang gosip itu memang sangat pelan. Tapi, Annisa masih bisa mendengarnya.

"Merasa pantas jadi saingannya Ning Abel kayaknya." Yang lain menimpali.

Pangeran Pesantren [New Version]Where stories live. Discover now