Bab 8 Gus Paling Menyebalkan.

2.7K 687 102
                                    

Assalamu'alaikum..

Bismillahirrahmanirrahim
.
.
.
.
Happy Reading 🤍

جيكا كاموتيدائ بيسا بائيك فادا اوراڠ لائين,
ساتيداكڽا جاڠن جادي اوراڠ جاهت.

Pangeran Pesantren

Hari ini sinar matahari menyorot tajam, setajam tatapan Hasna pada dua santri yang sejak tadi berkacak pinggang seolah mereka penguasa pesantren. Di depannya santri baru menunduk takut, entah kesalahan apa yang sudah dia perbuat.

Mereka Ratri, Laura, dan santri baru yang Hasna belum tahu namanya. Sebenarnya Hasna malas ikut campur, tapi apalah daya, jiwa bar-barnya meronta jika melihat wajah-wajah pembully.

"Anti itu kalau mau jadi maling jangan di sini. Mending ke pasar saja sana, jadi preman sekalian," ucapnya sembari mendorong bahu gadis itu.

"Maaf, Kak. Tapi, ana tidak mencurinya. Ana benar-benar menemukannya di depan kamar."

"Halah, itu cuma alasan anti kan?!" Teman yang satunya menarik hijab gadis itu.

Tidak tahan melihat kelakuan santri sok senior itu pada santri baru yang ketakutan, Hasna menghampiri mereka.

"Dia bilang tidak mencuri, kalian budek?"

"Apaan, sih? Gak usah ikut campur ya," ucapnya judes.

"Hey, kamu. Pergi sana, kalo kamu memang gak salah pergi aja, gak usah dengerin mereka," ucap Hasna pada santri baru itu.

"Eh, enak aja. Gak bisa!" Ratri menahan santri baru itu. "Uang ana yang hilang sembilan puluh ribu ya, ini tinggal enam puluh. Tiga puluhnya lagi ke mana?"

"Udah dibuat jajan pastinya tuh," sambung Laura.

Santri baru itu menggelengkan kepalanya. "Ana cuma nemu segitu, Kak."

"Halah, gak percaya!"

Tangan Ratri terangkat hendak menarik jilbab gadis itu lagi. Namun secepat kilat Hasna meraih tangan itu dan memelintirnya ke belakang tubuh Ratri. Gadis sok kuasa itu meringis kesakitan ketika Hasna mendorongnya hingga ke dinding. Pipinya yang mulus menempel di sana, sedang tangannya masih ditahan oleh Hasna.

"Jika lo gak bisa ngehargain orang lain, setidaknya jangan menindas. Kalo lo gak bisa baik sama orang lain, setidaknya jangan jahat. Harusnya lo lebih paham itu dari gue, mengingat lo itu tua di pesantren ini, kan?"

"Majnun!" umpat Ratri. "Jahat dari mananya? Ana cuma memperjuangkan hak." Ratri menahan sakit.

Percayalah, tatapan dan aura mematikan di wajah Hasna membuat beberapa santri yang menonton jadi bergidik ngeri. Sejak Hasna masuk ke pesantren ini, sudah banyak santri yang dibuat takut olehnya.

Tak sedikit santri yang sudah dia hajar karena bersikap semena-mena. Bahkan pernah dihukum berat karena memukuli dewan Keamanan.

"Astaghfirullah, Hasna! Hentikan!"

Hasna mendesah berat, lalu melepas tangan Ratri. Dia hafal betul suara itu milik ustadzah Rahma yang merupakan ponakan Kiyai atau lebih jelasnya sepupu para Gus dan Ning.

Saat berbalik, matanya bersirobok dengan mata sejernih embun milik lelaki yang beberapa waktu lalu bermalam dengannya. Siapa lagi jika bukan Gus Irham. Menyebalkan.

Hasna mendesis sinis. Pantas saja santriwati yang berkumpul seperti cacing kepanasan. Mereka seperti Oscar—si kadal gurun—yang menemukan mata air (oasis) di tengah gurun pasir. Dahaga hilang.

Pangeran Pesantren [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang