Bab 13 Kembali Ke Pesantren

2.9K 702 222
                                    

Bismillahirrahmanirrahim
.
.
.
.
Jangan lupa tekan bintang dulu ⭐

Happy Reading ❤

Hasna terdiam memandang lamat-lamat wajah di depannya. Dia menaruh siku di atas dipan bangku belajar untuk menyangga dagunya. Lelaki itu memakai koko putih dengan aksen bordir silver daun rambat memanjang di bagian dada.

Peci putih yang bertengger sempurna, sorban yang dilipat menjadi segitiga lalu dikalungkan di bagian leher.

Biar apa coba sok ganteng depan gue?

Ah, tidak. Dia dasarnya memang ganteng sih.

Ommo omo, gak boleh! Hanya abang Rayyan yang the most handsome, ye kan?

Oh, gamang. Pengen dua-duanya bole gak?

Plak!

Hasna hampir terseruduk bangku kecil itu ketika tangannya yang menyangga dagu ditepis dengan kasar. "Allahu akbar. Tega banget, Gus."

"Kitabnya di bawah, bukan di sini." Gus Irham menunjuk ke wajahnya.

Hasna nyengir kuda. Pede sekali anda. "Habisnya ana gak paham, Gus."

"Astaghfirullah, Hasna. Jadi, sejak tadi saya ngoceh tanpa arti?"

Gadis itu hanya mengedikkan bahunya acuh. Dia benci i'rob dan segala rumusnya.

"Sekali lagi. Jika ada Fiil (kata kerja) maka gandengannya adalah Fa...."

"Mail."

Tak!

"Awh," Hasna mengusap jidat yang dijitak bolpen kesayangannya.

"Serius."

"Iya! Fail."

"Apa itu fail?"

"Pelakor, Gus."

Gus Irham sudah ingin menggetok kepala Hasna dengan bolpen.

"Pelaku, Gus!" koreksinya cepat.

Serius amat sih, ah elah.

"Gus kita ini seperti fiil dan fail yang selalu bergandengan ya." Hasna berusaha mengalihkan.

"Iya, Maf'ul pelakornya," semprot Gus Irham jengah.

"Hahaha..." Hasna tak dapat menahan tawanya.

Hanya singkat, sebab tawanya segera berhenti melihat tatapan tajam Gus Irham. Ia menunduk dan membaca catatan dari sang suami. "Maf’ul merupakan objek pekerjaan, contoh: ضَرَبَ زَيْدٌ عَمْرًا. Kalam tersebut terdiri dari Fiil (ضَرَبَ) ditambah Fail (زَيْدٌ) ditambah Maf'ul (عَمْرًا)

Kalau ada Mubtada’ atau kalimat awalan yang terbuat dari isim ma’rifat, maka gandengannya adalah khabar mubtada, contoh:زَيْدٌ ضَارِبٌ. Kalam tersebut terdiri dari Mubtada (زَيْدٌ) + Khabar (ضَارِبٌ)."

"Sekarang paham?" tanya Irham.

"Sikek."

"Kalau begitu i'rab kalimat dhoroba zaidun 'amron."

Hah?

Brak!

Hasna menjatuhkan kepalanya di meja belajar. Ia mulai tersedu. "Gus jahat! Tidak berperi kemanusiaan! Ana lagi banyak pikiran masih saja di bebankan pikiran."

Gus Irham bergerak gelisah melihat Hasna tiba-tiba menangis, ia tidak tega dan merasa bersalah. "Maaf, maaf. Saya tidak bermaksud begitu. Saya hanya berniat mengalihkan kesedihan kamu, Hasna."

Pangeran Pesantren [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang