Bab 7 Tidur Bareng

3.3K 678 227
                                    

Komen tiap paragraf 🤍

Tetaplah menjadi baik,
meski tidak semua orang menghargai kebaikanmu.

👑
Pangerann Pesantren

Senyap yang mencekam, hanya sayup-sayup desir angin huru hara menguasai kesunyian. Gemerlap bintang kini pun tertutup awan, menyisakan bentangan semesta yang gulita.

Gadis dengan borgol ditangan kanannya itu segera duduk. Menangkupkan tangan sambil ia tempelkan di dahi. Memohon ampun layaknya sungkeman pengantin. "Maafin gue, Gus. Ups..." Hasna langsung menutup mulut. "M-maafin ana maksudnya," ralat Hasna mengoreksi sapaannya.

"Tidak dimaafkan."

Hasna melotot. "Ini Gus satu minta gelud apa minta digebukin? Rese banget jadi orang." Kelakarnya dalam hati.

"Dimaafkan asal kita nikah," lanjut Gus Irham memaksa.

"Allahu Akbar! Napsuan bener jadi or—" Hasna kontan membekap mulut, lalu menepuknya beberapa kali. astaghfirullah kenapa mulutnya bar-bar sekali? Tidak pernah benar perasaan kalau ngomong.

"Apa kamu bilang?"

"Tidak, Gus."

"Apa?"

Hasna menggeleng cepat, seperti orang bodoh.

"Hasna?"

"Afwan, Gus. Ana belum siap nikah, melakukan pekerjaan rumah, apalagi jadi babu, itu ogah. Ana masih mau lulus sekolah, Gus," ujar Hasna mengalihkan.

"Ya sudah kalau tidak mau. Ayo menghadap Umi," ucapnya santai lalu berjalan lebih dulu.

Hasna pasrah, ia bangun dan melangkah lunglai mengikuti Gus Irham menuju ndalem. "Ish!" Ia menghentakkan kakinya kesal.

"Gus kenapa sih ngebet banget pengen nikah?"

"Bukan urusan kamu."

"Lah? Yaudah." Hasna kembali diam untuk beberapa saat. Hasna melambaikan tangan sambil berjalan, otomatis Gus Irham juga melakukan hal sama. Karena tangan mereka terkunci.

Udah kek pasangan lagi pacaran aja gue. Hasna tersenyum geli melihat tangannya dan Gus irham melambai bersama, seperti pasangan yang bergandengan tangan.

"Gus mau ana jodohin tidak?"

Irham menghentikan langkahnya, "sama siapa? Tetangga kamu?"

"Iya."

"Ceritakan tentang dia yang kamu maksud?" Tidak apa-apa meski bukan Hasna yang penting alamatnya sama.

"Dia dulunya cantik, Gus."

Irham menoleh sekilas. "Terus?"

"Sekarang, ya... Namanya juga umur. Sekarang wajahnya sudah agak kerutan, terus punggungnya sedikit bongkok, giginya juga ada yang copot. Kadang, kalau napas bengek."

Astaghfirullah, kaki Irham lagi-lagi terhenti. Itu gadis apa nenek-nenek? Ia memberi Hasna tatapan tajam dan menusuk. "Kamu mau jodohin saya sama nenek-nenek?"

Pangeran Pesantren [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang