Bab 4 Bertemu Nisa

2.9K 600 111
                                    

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh...

Yang bisa baca tulis aksara pegon bantu koreksi ya.. aku rada lupa😂 bantu tandai typo juga🤭

Tulis bahasa indonya juga kalo bisa👇

Happy Reading❤

____________________________

كرنا منچنتائى ياڠ ساسوڠڭوهڽا بوكن حاڽا تنتاڠ ماميلكي ملائينكن مامفو مڠ إخلاصكن

Pangeran Pesantren

Pukul 15,30 cuaca mendung terhampar di langit luas menyelimuti area pesantren. Perlahan rintikan hujan mulai turun membasahi bumi. Gadis itu mulai berlari terbirit-birit menuju kelas akibat tertidur di rooftop asrama setelah menangis berjam-jam.

Bapak sama Ibu Hasna tega sekali membiarkan anaknya yang mondok tanpa dijenguk sama sekali. Mereka tidak berpikir betapa rindunya ia pada mereka.

"Teman-teman gak ada akhlak, masa gue ketiduran dibiarin, gak dibangunin. Awas nanti," dumelnya sembari berlari.

Apalagi sore ini ada muhafadhoh jurumiyah dari Ustadz killer yang suka menghukum tanpa belas kasih. Terlebih hukumannya sambil membaca Al-Qur'an minimal satu juz.

Jika saja di pesantren ini ada tukang laundry atau orang yang bisa di bayar buat ngerjain tugas sekolah. Apalagi kalau muhafadhoh(hafalan) hanya sebatas A Ba Ta. Pasti hidup di pesantren akan mudah. Tapi, inilah enaknya berada di penjara suci, kita dilatih untuk selalu ikhlas, selalu sabar, dan paling utama mandiri. Meski Hasna tidak ada sabar-sabarnya sama sekali.

Di pesantren ini, tidak banyak santri yang berani melanggar aturan Ustadz Hanan. Santri senior yang sudah dinobatkan jadi ustadz itu memang terkenal tegas dan disiplin. Semua muridnya harus selalu on time. Jika tidak! siap-siap saja untuk dapat hukuman.

"Ustadz, afwan. Ana tadi nyuci banyaaak banget, Ana juga lupa jika ada muhafadhoh. Mohon maaf, sekiranya Ustadz berkenan melepaskan ana dari hukuman," alibi Hasna dalam satu tarikan napas. Padahal cuciannya masih numpuk, tadi dia hanya tidur.

Kelas yang sedari tadi sunyi seketika semua mata tertuju pada perempuan yang sedang sibuk berpegangan pada kusen pintu, sembari mengatur napasnya yang sudah di ujung tenggorokan, ngos-ngosan gara-gara kekurangan pasokan oksigen, detak jantung juga berdetak tidak normal akibat berlari tadi.

Jarak tempuh dari asrama putri menuju kelas tiga madrasah tsanawiyah ini sangat melelahkan. subhanallah, sekali lagi dia mencoba menetralkan deru napasnya yang memburu sembari bersandar di kusen pintu, tapi entah kenapa kusen itu terasa licin seolah ikut menghukumnya.

Bruuk!

Tiba-tiba tubuh Hasna oleng, dia terjatuh, dengan semua kitab dan buku yang dibawa ikut berjatuhan menimpa tubuhnya.

Kelas yang awalnya tertib dan tenang seketika riuh dengan suara gelak tawa semua santri. Ustadz Hanan sempat terkekeh pelan setelahnya ia berkata..., "lain kali jangan lupa utamakan salam sebelum menyapa. Agar Allah selalu limpahkan kita keberkahan dan keselamatan, juga biar kusen nya nggak ikutan marah," ucap Ustadz Hanan dengan sedikit senyum evilnya yang menyebalkan.

Pangeran Pesantren [New Version]Where stories live. Discover now