Prologue.

22.7K 1.7K 100
                                    

Selamat membaca🤗

🐾🐾

Kalian pernah ngerasa berada di titik terendah gak? Merasa terpuruk dan hanyut dalam keputusasaan. Tak lagi memikirkan yang lain selain dari mati, mati dan mati.

Itulah yang dirasakan Liyanari yoranne saat ini. Gadis cantik pengidap penyakit gagal jantung sedari lahir. Kata dokter gadis itu tidak akan bertahan lebih dari 17 tahun, terbukti dari kondisinya yang semakin menurun semenjak menginjak umur 16 tahun.

Karena itu dia semakin di abaikan oleh keluarganya. Dengan alasan klasik agar tidak terlalu merasa sakit atau kehilangan jika Liyana pergi suatu saat nanti. Tentunya hal itu di anggap lucu oleh Liyana.

Mereka bilang, alasan mereka selalu mengabaikan dan bersikap pilih kasih padanya hanya karena takut merasa sakit dan kehilangan yang lebih besar? Jadi orang orang itu pikir, suatu hari nanti mereka tidak akan mati juga?

Padahal Liyana merasa bersyukur karena dirinya sudah mengetahui kapan dirinya akan meninggalkan dunia ini. Dirinya jadi bisa bertobat dulu sebelum menemui kematian.

Sementara orang orang itu? Mereka saja tidak tahu kapan kematiannya akan datang. Siapa tahu besok salah satu dari mereka meninggal, bukannya keluarganya itu akan merasakan sakit dan kehilangan juga? Bodoh!

"Liya..."

Gadis cantik yang sedang sibuk melahap martabak yang di bawakan oleh Lani sang sahabat menoleh. Alisnya terangkat satu dan bertanya 'apa?' tanpa suara.

"Obatnya udah Lo makan, kan?"

Liyana menggeleng, sedetik kemudian tercengir. Dia benar benar lupa untuk memakan obatnya.

"Ck, lain kali jangan lupa makan! Tunggu gue ambilin." Lani masuk kedalam kamar yang berada di lantai dua Apartemen dan kembali lagi membawa obat obatan yang sangat banyak, tentunya obat itu berfariasi.

Liyana menerima obat itu dengan senyuman. "Makasih Lani cangtip." Katanya mengedipkan sebelah matanya.

"Lebih baik Lo gak usah muji kalau ujung ujungnya Lo plesetin!" Gerutu Lani sebal, bibirnya manyun dengan tangan bersedekap.

"Dih banyak maunya!"

Liyana memakan obatnya dengan enggan. Ia sangat tidak suka rasa pahit dari obat obatan yang hampir setiap hari di konsumsinya demi bisa bertahan hidup.

Lani yang pura pura ngambek tersenyum puas melihat Liyana yang memakan obatnya dengan patuh.

"Lo bosen,kan di rumah aja?" Lengan Liyana di tarik sampai gadis itu berdiri dari sofa.

Walaupun bingung, Liyana tetap mengangguk menjawab pertanyaan yang tak biasanya keluar dari mulut sahabatnya itu. Biasanya Lani sangat protektif dan tak jarang melarangnya keluar demi kesehatannya. Di tambah lagi kondisinya yang sering drop jika kelelahan sedikit saja.

"Hari ini, karena Lo nurut minum obat tanpa adu bacot dulu sama gue. Sahabat Lo yang baik hati ini bakal ngajakin Lo jalan ke mall." Kedua alis Lani naik turun, memunculkan senyuman lebar dari Liyana.

"Gak deh, gue males." Balas Liyana memudarkan senyum lebarnya.

"Tapi kalau Lo traktir makan bakso mang Deni dan Lo gak larang larang gue buat ngegoda cogan yang lewat. Sabilah." Sambungnya melunjak, tak menyadari sorot mata Lani yang berubah seperti laser yang siap melubangi kepalanya.

CELI versi 2 [On Going]Where stories live. Discover now