Celi versi 2 [08]

10.3K 1.4K 110
                                    


Happy reading 🤗


















"Sebentar lagi ada acara studibanding yang harus kita persiapkan, di tambah lagi kita harus mempersiapkan perbekalan anak pramuka yang akan melakukan kegitan kemah."

"Jadwal kita padat untuk saat ini. Jadi, kita gak bisa asal mengusulkan acara ulang tahun kepala sekolah begitu aja? Jangan membuat repot banyak orang." Rion menjelaskan dibumbui dengan nada sewot, sebenarnya dia sangat malas menjabat sebagai osis. Kalau bukan karena  perintah langsung dari Papanya Arion, Rion tidak akan sudi menjadi ketua osis.

Yang dimana jabatan yang sedang dia emban ini memakan banyak waktunya, selain itu juga kegiatan belajarnya jadi sering terganggu.

Seorang perempuan berambut sebahu mengangkat tangan, dengan terpaksa Rion membiarkannya berbicara dan memberikan asumsi yang semakin membuatnya terpojok.

"Kalau misalnya kita ngebuat acara ulang tahun untuk kepala sekolah pasti kepala sekolah bakal terharu dan nama osis akan semakin baik." Jelas perempuan itu mulai memancing anak osis yang lain.

"Saya juga setuju. Apalagi akhir akhir ini nama osis agak sedikit buruk dimata murid murid sma Arya."

"Itu benar. Semenjak orang orang biang onar itu datang, nama osis semakin menurun dan sering dihina oleh murid murid sma Arya."

"Ya pak ketu, lebih baik kita ngambil cara yang kayak gini."

"Itu benar!"

Tak! Tak! Tak!

Rion memukul keras meja kerjanya menggunakan penggaris panjang, dia menatap dingin satu persatu para bawahannya itu.

"Apa kalian gak takut di katain ngejilat ke guru? Bisa aja murid sma Arya mengambil asumsi sendiri bahwa kita hanya sedang mencari muka." Ujar Rion langsung mematahkan semangat orang orang itu.

Mereka menunduk dan saling menyalahkan satu sama lain. Rion memijit pelipisnya, dimatanya OSIS SMA Arya hanya berisikan anak labil yang haus akan ketenaran.

"Sekarang saya minta data anak parmuka yang bakal ikut kemah dua Minggu lagi. Vano?" Rion tersenyum miring, dia sudah sangat kesal sedari tadi. Dan sahabatnya itu malah cekikikan tidak jelas.

Vano langsung terkesiap, bagaikan tersambar petir cowok itu langsung ketar ketir, masalahnya Vano belum mempersiapkan apapun.

"Saudara Vano?"

Bagi Vano suara Rion bagiakan alarm pertanda bahaya.

"A-ada di rumah, gu-saya gak bawa sekarang karena belum ada perintah dari ketua." Terkadang Vano agak kesusahan menyesuaikan bahasanya jika berada di organisasi sasi, walau bagaimanapun Vano tidak bisa protes karena ini sudah jadi peraturannya.

Rion mengangguk dia menatap Vano seakan matanya dapat melubangi tubuh cowok itu.

"Oke kalau begitu besok kita akan melaksanakan rapat lagi, dan saya berharap ananda Vano membawa data datanya besok."

Mulut Vano otomatis terbuka dengan lebar, dia hendak mengeluarkan kata pembelaan tapi keburu di intrupsi oleh ketukan pintu.

Rion mengangkat sebelah alisnya, siapa yang berani mengganggu kegiatan rapat mereka? Apa mungkin ada bawahannya yang terlambat? Tidak mungkin akan ada yang berani.

"Permisi kak."

Seorang gadis pendek berdiri di ambang pintu, dari gelagat nya seperti nya dia merasa tidak nyaman menjadi pusat perhatian dari semua anak OSIS, tapi Rion hanya angkat bahu dengan acuh. Itu bukan urusannya.

"Apa?" Karena Rion tak kunjung bersuara, Vano sebagai wakil angkat bicara.

"Anu, Bu Aci nyuruh saya kesini buat ngasih tahu kalau Zico dan seperbangsanya bolos, katanya sih mereka nongkrong di warung belakang."

Ini lagi, salah satu alasan Rion sangat muak menjabat sebagai ketua osis, dia memejamkan mata dan bedehem.

"Kata Rion oke, Lo bisa pergi." Masih Vano yang menjawab.

"Siapa yang pergi nih?" Para anggota OSIS bertanya tanya, masalah nya mereka sudah sangat kesal terus berurusan dengan geng pembuat onar itu.

Menghela napas berat Rion melangkah kan kakinya keluar ruang OSIS, sangat menjengkelkan. Apa apa harus selalu dirinya, tidak ada yang bisa di andalkan dari orang orang labil itu.

Sepanjang perjalanan Rion hanya diam dengan wajah tertekuk. Walaupun begitu masih banyak para siswi yang mengintip hanya sekedar untuk melihat sang ketua OSIS SMA Arya ini.

Setelah sampai di belakang sekolah Rion membuka pagar berkarat itu dan berjalan sedikit lagi.

"Angan pedang pedang!" (Jangan pegang pegang)

Kaki panjang Rion spontan berhenti, matanya melotot melihat pemandangan di depannya bagaimana bisa?

"Babi?"

Gadis kecil yang terlihat sedang kesal itu spontan menoleh.

"Appa!"(Papa)

🐝🐝🐝

Pendek ya? Perasaan kalian aja kali.

CELI versi 2 [On Going]Where stories live. Discover now