CELI versi 2 [07]

10.1K 1.4K 76
                                    

Hai🤗

Lama ya? Iya kayaknya😄

Sorry banget.

📿📿📿

"Anak siapa nih?"

Celi tersentak berdiri kaku melihat punggung Papanya yang perlahan menjauh dan menghilang di tikungan.

Saat hendak berbalik Celi memekik kaget ketika tubuhnya tiba tiba di angkat dan sudah berada dalam pelukan seorang pemuda jangkung yang Celi tak kenal siapa.

"Anten."(Ganteng.) Gumam anak itu tanpa sadar.

"Huh?" Alis pemuda itu terangkat sebelah, tak mengerti apa yang telah di katakan Celi.

"Bang anten." (Abang ganteng.) Tunjuk Celi tepat di depan wajah pemuda itu.

"CK, ngomong apa sih nih bocah. Lo anak guru? Kok bisa nyasar sampe ke sini?"

Celi mendelik, dia mengangkat tangan mungilnya untuk menepuk wajah pemuda itu. "Udek!" (Budek!) Serunya jengkel.

Agaknya anak itu lupa jika dirinya belum terlalu lancar berbicara.

"Anjing! Ngeselin banget nih bocah." Pemuda itu berucap gemas sembari mencubit pipi gembul Celi.

"Akhh! Atit! Atit!" (Akhh! Sakit! Sakit!)

Celi mengaduh sakit dia berusaha menyingkirkan tangan besar pemuda itu yang masih betah saja nemplok di pipinya.

"Imut banget, gemes banget pengen gue unyel unyel." Pemuda itu hendak mengigit pipi tembam Celi tapi gadis kecil itu lebih dulu di tarik dari gendongannya.

"Kasar banget lo sama bocil."

Celi pindah lagi, kali ini dia berada dalam gendongan seorang pemuda yang bisa Celi bilang sangat sangat tampan.

"Bang anten anet." (Abang ganteng banget) kembali Celi bergumam tanpa sadar dengan mulut yang terbuka lebar mengagumi wajah tampan pemuda baik hati yang menyelamatkannya dari pemuda kasar yang tadi.

"Tau nih si Saka, gak ada lembut lembutnya. Btw Lo tadi bilang apa cil?" Tiba tiba saja muncul salah seorang pemuda lagi dari balik tubuh pemuda yang menggendongnya.

"Bang ini aten anet." (Abang ini ganteng banget.) Dengan polosnya Celi membalas pertanyaan pemuda itu dengan mata yang berkedip kedip.

"Ekhem, bentar bentar."

Bugh!

"Kan gini imbang."

Pemuda berkacamata yang entah muncul dari mana tiba tiba saja memberi bogeman mentah ke wajah pemuda kasar yang di panggil Saka oleh pemuda berambut klimis yang tadi bertanya pada Celi.

"Bangsat! Curang lo! Shhh..." Pemuda bernama Saka itu berseru jengkel yang di akhiri oleh ringisan ketika merasa sudut bibirnya perih. Pasti berdarah, batin Saka meraba sudut bibirnya.

"Siapa suruh Lo lari." Pemuda yang memiliki wajah imut tiba tiba saja muncul dengan percaya dirinya dia menyisir rambutnya kebelakang dan menatap sinis Saka.

"Ya kalian keroyokan, by one kalau berani!" Kata pemuda menyedihkan itu membela.

"Siapa suruh muka Lo ngeselin, iya gak bos?" Pemuda berambut klimis itu menimpali, dia meminta persetujuan kepada pemuda yang menggendong Celi.

"Hm." Balas pemuda itu terkesan malas dan tak ikhlas.

Pemuda berambut klimis itu berdecak, dia akhirnya kembali melabuhkan pandangan kepada Celi.

"Muka dia ngeselin kan cil?" Tanya pemuda berambut klimis kepada Celi, menunjuk wajah Saka.

Celi yang memang sudah kesal kepada Saka lantas mengangguk.

"Iya."

"Uhuyyyy... Liat tuh! Bocil aja ngakuin muka Lo ngeselin." Girang pemuda berambut klimis yang di sambut tatapan sinis dari teman temannya.

"Dah gila si Rean, kemabaran Lo tuh Dean." Ujar pemuda berwajah imut kepada pemuda berkacamata.

"Bukan kembaran gue!" Sentak pemuda berkacamata yang di panggil Dean bergidik.

"Siapa?!"

Kelima pemuda itu menegang, dengan kompak saling berpandangan, yang lucunya Celi juga ikut melakukan hal konyol yang di lakukan kelima pemuda itu.

"Gawat! Suara buser." Ujar Pemuda berambut klimis yang di panggil Rean.

Buser adalah panggilan kesayangan kelima pemuda itu kepada guru BK di SMA Arya. Buser tak lain ialah singkatan Bu guru seram. Kece kan?

"Gue itung sampai tiga, di hitungan ketiga kita lari ya? Satu, dua, LARI!!" Dean berlari luntang lantang menuju gerbang belakang, meninggalkan empat pemuda lainnya yang masih terdiam di tempat.

"KALIAN! ZICO! SAKA! GREY! REAN! KEMANA SATU LAGI CURUT ITU?! HAH! IKUT IBU!!"

"Kaborrrr! Ada buser!" Pemuda berwajah imut yang di panggil Grey itu berlari kencang diikuti yang lain.

"Heh! Kalian mau kemana! Jangan lari kalian!" Guru gempal itu ikut berlari juga mengejar keempat pemuda itu. Dan pada akhirnya menyerah, dia duduk di kursi koridor kelas 11 IPS 6 yang terletak dekat gerbang belakang sekolah.

Sementara itu keempat pemuda yang di kejar sudah duduk anteng di warung bu Pia, wanita paruh baya yang mendirikan warung kecil di belakang sekolah itu, di sana juga sudah ada Dean yang sibuk menghabiskan nasi gorengnya.

"Nambah dong bu! Tapi gratis ya? Anggap aja bonus." Kata cowok itu tak tahu malu.

"Biar saya yang bayar aja bu." Ujar pemuda yang bernama Zico, dia merasa tak enak jika teman temannya merugikan wanita paruh baya yang tampak sudah sepuh itu.

"Wah... Makasih bos. Kita juga kan nih ya?" Serobot Grey. "Bu saya mie gorengnya satu ya! Oh, minumnya teh anget aja." Dia sudah memesan sebelum mendengar persetujuan dari Zico.

Rean menatap judes pemuda imut itu. "Dasar kaum kismin." Katanya menyindir. "Bu saya juga ya, sama kayak Grey. Yang bayar bos Zico."

Saka melempar remahan kerupuk ke wajah Rean. "Sama aja Lo dodol!"

"Atu au uga bang. itu, itu, Teli au itu." (Aku juga mau bang. Itu, itu, Celi mau itu.) Sela Celi yang baru saja tersadar dari keterkejutannya. Jari telunjuknya menunjuk nunjuk permen lollipop berbentuk hati.

Zico berdiri dan mengambil permen yang di tunjuk Celi. "Ini?"

Celi mengangguk semangat. "He'um."

"Saka uga au bos, nang itu." Ujar Saka meniru suara Celi. Dia menunjuk makanan ringan yang berjejer rapi.

Rean, Dean, dan Grey kompak membuat mimik wajah ingin muntah.

"Nih." Zico menyerahkan satu buah permen lollipop itu ketangan Celi, mengabaikan Saka yang sudah cemberut.

"Teli au ua." (Celi mau dua.) Ucap Celi memelas. Dua jarinya ia tunjukkan kepada Zico.

"Gak boleh makan permen banyak banyak, nanti giginya sakit." Ujar Zico melarang lembut.

"Uhhh... Papaable syekali." Dean berseru lebay.

🎗️

Bye🤗







CELI versi 2 [On Going]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu