CELI versi 2 [13]

7.6K 978 21
                                    

Happy reading!

Di sebuah ruangan temaram terdapat seorang gadis kecil yang sedang berbaring di atas ranjang. Tak lama mata gadis itu mengerjab, dia mengerang pelan saat merasakan tubuhnya pegal pegal.

Suara helaan nafas lega terdengar keras, dia duduk dan bersandar di kepala ranjang. Dirinya sudah kembali pada tubuhnya, berarti nenek tua itu sudah lelah menahannya.

Yah, untuk saat ini saja dirinya bebas. Hantu tua itu pasti akan datang lagi nanti. Dia tidak tahu kapan jiwanya akan di tarik lagi, yang pasti hal itu akan terjadi di saat saat yang tak terduga.

Mata gadis kecil yang tak lain Celi itu melirik ke atas nakas. Mengambil benda persegi yang tergeletak di sana.

"Baru sehari?" Seakan tak percaya Celi kembali melirik layar ponsel yang menunjukkan tanggal dan jam berapa tepatnya saat ini. "Biasanya, kan sampe dua entah tiga minggu."

Kakinya turun menginjak lantai, dia berdiri untuk memastikan ini benar benar nyata. Dia menunduk ke bawah dan melihat kakinya yang menapak ke lantai, ini nyata! Tapi bagaimana bisa nenek tua itu melepaskannya secepat ini?

"Apa dia sudah menyerah? Atau terjadi sesuatu." Celi bergumam pelan, dia menegakkan tubuh dan menarik nafas dengan rakus.

"Aku masih bernafas." Kemudian tangannya beralih mencubit pipinya sendiri, setelahnya dia meringis kesakitan.

"Ini nyata."

Celi bergerak ke arah kursi belajar, menggeser kursi itu ke arah dinding kamar sebelah kanan. Kemudian dia naik dan memencet tombol lampu kamarnya.

Tek.

Kamarnya berubah menjadi terang benderang, dia turun dari kursi dan keluar dari kamar. Kaki kecilnya melangkah menuju dapur, dia mendadak haus memikirkan kemungkinan kemungkinan apa yang terjadi.

Walaupun dirinya merasa gelisah, tidak dipungkiri bahwa rasa senang itu ada. Kali ini dia terbebas dengan cepat, tanpa takut tubuh kosongnya akan di ambil alih oleh roh jahat. Membayangkannya saja Celi sudah bergidik ngeri, apa lagi jika itu benar benar terjadi. Celi tidak tahu apa yang akan terjadi nanti dan apa tanggapan keluarganya tentang itu.

Sesampainya di dapur Celi meraih gelas, kemudian menuangkan air yang berada di teko kecil di atas meja bar. Tangan kecilnya bergerak untuk mendekatkan gelasnya ke arah hidung, memastikan bahwa cairan yang akan dirinya minum benar benar air putih.

"Celi."

Prang!

Karena terkejut Celi tidak sengaja menjatuhkan segelas air yang belum dirinya minum sedikitpun.

"Astaga! Jangan turun dari kursi. Biar nenek bersihin dulu pecahan kacanya."

Celi diam saja, membiarkan wanita paruh baya itu membersihkan serpihan serpihan kaca yang berserakan di lantai. Mungkin karena suara Riana yang berteriak cukup keras, orang orang yang berada di mansion mulai berdatangan. Seluruh lampu perlahan hidup satu persatu.

"Ada apa ini?" Seorang pria paruh baya tampak baru memasuki kawasan dapur, dia menatap Celi dan Riana bergantian.

"Ana, berhenti. Biarkan para pelayan saja yang membersihkan itu."

Riana langsung menghentikan kegiatannya begitu mendengar intrupsi dari sang suami. Dia bergerak hati hati meraih tubuh mungil Celi kedalam gendongannya.

"Nenek masih kuat ternyata ngegendong Celi." Gadis kecil itu tertawa begitu tubuhnya di turunkan kehadapan kakeknya Rio.

Riana bekacak pinggang, dia menjewer telinga Celi. "Kamu pikir nenek sudah setua itu? Umur nenek masih muda ya! Empat puluh enam tahun!" Wanita paruh baya itu pura pura merajuk. Tapi tak ayal, dia tidak bisa menyembunyikan mata berkaca kaca miliknya.

CELI versi 2 [On Going]Where stories live. Discover now