#3

33.6K 1.5K 14
                                    

"s-siapa?"

"Reno" laki laki itu tersenyum ramah ke pada mila.

"Reno? Ah karyawan baru itu?" Ucap mila di balas anggukan oleh reno.

"Ada apa?" Lanjutnya.

"Cuman pengen berteman aja, boleh kan?" Balas reno.

"Boleh kok, duduk dulu, mau pesen apa?"

"Enggak deh, saya masih kenyang" balasnya.

"Gak usah terlalu formal kalo ngomong sama gua" ucap mila. Reno tersenyum canggung kemudian mengangguk pelan.

"Lu sendirian?" Tanya reno

"Enggak, temen gua lagi angkat telpon"

"Oh"

Keduanya serempak menatap ke arah clara saat gadis itu berjalan ke arah mereka. Wajahnya terlihat khawatir bahkan reno dapat melihatnya dengan jelas.

"Kenapa ra?" Mila bertanya pada clara, ia ikut khawatir saat melihat wajah clara yang khawatir.

"Gua pergi dulu ya ada urusan mendadak" ucapnya lalu pergi begitu saja meninggalkan sebuah pertanyaan besar di otak mila.

***

Clara berjalan tergesa gesa menyusuri lorong di sebuah rumah sakit. Tadi Arzaf menelponnya dan mengatakan jika ibunya dilarikan ke rumah sakit. Ia membaca setiap nama ruangan dengan mata basahnya, ia takut jika harus kehilangan orang yang paling ia sayangi lagi.

Ia membuka pintu sebuah ruangan dengan kasar mengabaikan semua orang yang terpelonjat kaget atas tindakannya tersebut. Tujuannya hanya pada sosok ibunya yang terbaring lemah dengan alat rumah sakit yang terpasang pada dirinya.

Dengan gemetar tangannya terulur mengusap surai ibunya " ibu kenapa bisa sampai seperti ini?" Tanyanya dengan suara parau.

"Tadi kami mememukan ibumu sudah tergelak di lantai saat kami sampai di sana" jawab ayah arzaf.

Arzaf memeluk tubuh clara,ia berniat untuk sedikit menenangkan istrinya agar berhenti menangis. Ia mengusap punggung clara lembut membiarkan clara menangis di dalam pelukannya.

Semua orang dibuat semakin panik kala mendapati tubuh ibu clara yang kejang-kejang di atas berangkar. Dengan cepat ayah arzaf memencet tombol darurat yang terletak di samping berangkar.

Setelahnya dokter serta beberapa suster datang dengan gerakan cepat segera menaganinya.

"Maaf dimohon untuk keluar ruangan sebentar,biar dokter yang menangani" ucap seorang suster.

"Tidak! Saya mau nemani ibu saya" tolak clara.

"Mohon kerjasamanya" balas suster tadi.

Arzaf mengangguk faham kemudian membawa tubuh clara untuk keluar ruangan mengabaikan semua pukulan serta penolakan dari clara.

"Tenangkan dirimu sayang,ibumu pasti sembuh lagi" ucap ibu arzaf berusaha menenangkan menantunya tersebut.

Tak lama dokter keluar dari ruangan, melihat itu clara langsung menghampirinya.

"Bagaimana dokter?" Tanya clara sedikit terisak.

"Maaf kami gagal menyelamatkannya"

Satu kalimat tersebut sukses membuat tubuh clara serasa tak bernyawa, ia bersimpuh di lantai dengan pandangan kosong.

"Saya pergi dulu" ucap dokter tersebut.

Semuanya memandang iba pada clara, ditinggalakan oleh orang paling kita sayang adalah suatu kehancuran tersendiri.

Ibu arzaf memegang pundak clara lembut "sayang" panggilnya.

"Ibu" lirihnya.

Sungguh hatinya terasa hancur sekarang,ia tidak rela kehilangan ibunya sekarang.

Dengan cepat clara bengkit kemudian berlari menuju ke dalam ruangan dimana jazad ibunya terbujur kaku di sana.

Tangannya bergetar hendak menyentuh ibunya namun ia urungkan kemudian ia berteriak keras "IBU JAHAT!" teriaknya.

"IBU BOHONG SAMA ARA! IBU BILANG GAK AKAN NINGGALIN ARA SAMA KAYA YANG LAINNYA! TAPI APA?" semua yang ada di sana menitihkan air mata melihat kekacauan clara, mereka bisa merasakan kesedihan yang di rasakan clara.

"Ibu bohong sama ara" lirihnya.

"GAK! IBU GAK BOLEH PERGI! GAK BOLEH PERGI!" Racau clara, arzaf yang melihatnya tidak tega langsung memeluk tubuh clara. Sedetik kemudian tubuh clara sudah jatuh pingsan.

"Clara!" Teriak semua orang panik.

"Zaf panggil dokter untuk memeriksa istrimu" perintah ayah arzaf yang di jawab anggukan oleh remaja tersebut.

Ia menggendong tubuh istrinya ala bridal-style menuju brangkar kosong di samping brangkar ibu clara. Dan memanggil seorang dokter untuk memeriksa istrinya.

****

Clara memandang kosong ke arah sebuah gundukan tanah dengan nisan bertuliskan nama ibunya Aissyah.

"Kenapa ibu gak bilang kalo lagi sakit" lirihnya.

"Ibu gak anggep ara sebagai anak ibu ya?" Lanjutnya.

"Untuk ini ibu mau nikahin aku? Karna ibu mau ninggalin aku? Iya?" Matanya masih setia meneteskan air mata, hanya ada dirinya di sana sehingga ia bisa sepuasnya melapiaskan semuanya.

Ia melirik sebentar ke samping, dimana suami serta keluarganya sedang berdiri dengan pandangan sendu ke arahnya.

"Ara pergi bu, ibu senengkan sekarang bisa ketemu ayah sama nenek?" Ia tersenyum miris ke arah nisan ibunya, mengusapnya perlahan.

"Trus giliran clara kapan bu?" Ucapnya sebelum berdiri meninggalakan makam ibunya.

Sesampainya di rumah, clara hanya mengurung diri di kamar. Hal itu membuat arzaf merasa sedih melihatnya.

"Kak... Makan dulu" arzaf membawa senampan makanan dan menaruhnya di atas nakas.

Di lihatnya clara hanya duduk di tepi ranjang dengan pandangan kosong ke luar jendela. Ia naik ke atas ranjang menggenggam tangan istrinya untuk menyalurkan semangat kepada dirinya.

"kak makan aku suapi ya" ucap arzaf lembut yang di balas gelengan dari clara.

"Makan dulu nanti kakak sakit"

Clara tetap diam tidak menanggapi ucapan arzaf, penampilannya begitu kacau mata sembab,rambut kusut.

Arzaf mengusap kepala clara lembut "makan ya sedikit aja trus arzaf janji gak bakal ganggu kakak lagi"

Clara membuka mulutnya saat arzaf mulai menyuapinya makanan hingga sampai di suapan ketiga ia mulai menolak suapan arzaf.

"Yaudah kakak tidur, tenangin fikiran kakak, ibu kakak pasti sedih liat kakak kaya gini, ibu kakak pengen kakak bahagia" setelah mengucapkan itu arzaf membawa makanan tadi ke keluar kamar.



Maaf banget kalo feel nya kurang:(

Jangan lupa vote dan comment ya buat masukan aku supaya lebih baik lagi dalam menulis cerita :)

BERONDONG POLOSKU  [END]Where stories live. Discover now