#17

19.8K 1K 33
                                    

"arghhh" arzaf mencengkram lengan kanannya yang terkena sayatan pisau.

Laki-laki itu menatap ke arah teman-temannya lalu mengangguk,sebagai tanda jika dia tidak apa-apa.

Beberapa anak buah bobbi datang dan menyerang arzaf secara bersamaan. Melihat hal itu reyhart,mike dan zean bergerak untuk membantu arzaf karena hanya mereka bertiga yang kondisinya masih memungkinkan untuk berkelahi, sedangkan bobbi tersenyum remeh pada mereka.

"Ck! Cara lu murahan" sarkas latifa.

"Tidak masalah cara apa yang di gunakan, yang terpenting adalah hasilnya" jawab bobbi.

"Pengecut lu" bobbi melirik ke arah di mana latifa dan rio berada namun tidak membalas perkataan mereka.

Terhitung sudah sekitar 30 menit empat remaja itu bergelut melawan anak buah bobbi yang jumlahnya hampir 20 orang.

Di tempatnya bobbi mengepalkan tangannya kuat melihat anak buahnya yang satu persatu mulai berguguran sedangkan arzaf,mike, reyhart dan zean masih mampu untuk berdiri kokoh.

Bobbi beranjak dari tempatnya dan mendekat ke arah empat remaja yang kini tengah tersenyum remeh ke arahnya tersebut.
Rahangnya mengeras menahan amarah dalam dirinya.

"Aish! Sialan!" Ucap bobbi lalu mengambil sebuah pisau di balik bajunya.

"Yakin mau lawan? Gk liat noh?" Reyhart terkekeh seraya melirik ke arah para anak buah bobbi yang sudah tergeletak di lantai.

Bobbi mengikuti arah pandang reyhart lalu tersenyum miring kepada remaja tersebut.

"Orang bilang terlalu percaya diri itu tidak baik" ucap bobbi.

Reyhart berdecak seraya merotasi matanya malas.

"Hanya orang percaya diri lah yang akan sukses" sarkas reyhart.

"Lu gak berubah ternyata" bobbi tersenyum remeh kemudian dengan cepat berlari menuju reyhart persetan dengan perutnya yang terluka.

"Ck! Masih tetap sama, lamban" ejek reyhart membuat bobbi mendesis karena serangannya meleset.

Merasa lengah,reyhar dengan cepat menendang tubuh bobbi dari samping membuat sang empu tersungkur ke samping kiri.

"Kau harus mati" desis bobbi menatap reyhart tajam seraya melemparkan pisau di tangannya ke sembarang arah.

"Ah!" Semua atensi beralih ke arah sumber suara kecuali bobbi yang masih menatap si ketua lion itu dengan sengit.

Ternyata pisau yang di lemparkan bobbi tanpa sengaja justru mengenai perut arzaf.

"Bawa arzaf ke rumah sakit!buruan!" Titah reyhart kepada empat remaja tersebut.

"Tapi bang, lu..."

"Gua gak papa,obati diri kalian dulu" ucap reyhart memotong perkataan mike.

Dengan berat hati ke empat remaja itu mengangguk lalu pergi dari sana meninggalkan ketua mereka dengan bobbi.

Mereka saling berangkulan dengan urutan rio-zean-latifa-mike-arzaf. Karena hanya dua di antar merek berlima yang bisa di katakan dalam keadaan cukup baik.

"Aku gak papa" ucap arzaf saat zean ingin mengangkat tubuhnya ke dalam mobil.

"Mata lu gak papa! Gak usah sok kuat deh" sarkas zean.

Arzaf mendengus kemudian memilik menuruti zean dari pada nanti pria itu tambah marah.

Mike menyalakan mesin mobil arzaf lalu pergi dari sana menuju ke rumah sakit terdekat.

"Tekan luka lu biar darahnya gak banyak yang keluar" ucap latifa pada arzaf.

Laki-laki itu mengangguk lalu menekan luka di perutnya meski terasa sakit tapi ada benarnya apa yang di katakan latifa barusan.

"Kalian berdua gimana? Tambah sakit gak?" Tanya mike kepada latifa dan rio.

"Ya gitu" jawab latifa dengan kekehan di akhir kalimatnya.

"Kalian tahan bentar, gua bakal cari rumah sakit yang paling deket dari sini"

"Rumah sakit Muhammadiyah ada di daerah sini kalo gak salah" Celetuk zean dari bangku penumpang.

"Lu tau tempatnya?" Tanya mike.

"Seinget gua sih ini tinggal lurus aja, rumah sakitnya di kiri jalan dari sini" jawab zean.

"Okay"

Mike menaikkan kecepatan mobilnya hingga pada akhirnya netranya menangkap sebuah obek yang bertuliskan Rumah Sakit Muhammadiyah. Segera ia memarkirkan mobil milik arzaf tersebut di area parkir rumah sakit.

Mike adan zean membantu memapah teman-temannya ke dalam rumah sakit. Sesampainya di sana beberapa suster segera membantu mereka dan membawanya ke UGD.

Setelah beberapa saat mereka bertiga menjalani pemeriksaan rio dan latifa sudah di perbolehkan untuk pulang sedangkan arzaf masih harus di rawat beberapa hari karena lukanya cukup parah dan ditakutkan bisa terjadi infeksi.

"Zaf lu makan dulu ya" ucap rio.

Arzaf menggeleng "arzaf mau pulang" pintanya.

"Lu harus di rawat di sini dulu"

"Aku gak papa, cuman kena pisau doang sedikit" jawab arzaf. Sebenarnya alasan ia ingin segera pulang adalah clara,ia takut istrinya itu akan sendirian di rumah.

"Ayolah..." Rengek arzaf karena teman-temanya yang tak menghiraukannya.

"Kalian berlebihan tau gak" ucap arzaf lagi.

"Dokter yang nyuruh lu di rawat" balas mike.

Arzaf diam beberapa saat kemudian mengerjapkan matanya beberapa kali.

"Kalo gitu dokternya yang berlebihan" ujar arzaf kesal.

Melihat teman-temannya yang sibuk dengan ponselnya masing-masing membuatnya teringat sesuatu. Ia menoleh ke kanan-ke kiri mencari sesuatu tapi yang ia cari tak kunjung ia temukan.

"Kalian liat ponselku?" Tanyanya pada teman-temannya.

Ia berniat untuk mengabari clara jika ia tidak bisa pulang sekarang.

"Emang lu bawa hp?" Bukannya menjawab,mike justru balik bertanya.

Arzaf meringis,ia lupa jika ia tidak membawa ponsel. Lalu bagaimana sekarang? Ia yakin jika gadis itu sudah mengerutu di sana.

Sedangkan di tempat lain seorang perempuan tengah menatap jam di dinding dengan tatapan tajam. Jarum sudah menujukkan hampir jam satu malam,tapi remaja yang menyadang sebagai suaminya itu masih belum juga pulang padahal tadi ia sudah memperingatkan agar tidak pulang malam, tapi apa yang terjadi? Justru sampai sekarang remaja itu belum pulang juga.

Clara menghembuskan nafasnya kasar lalu menghempaskan tubuhnya di kasur.

"Lagi senang-senang di luar sana eoh?!" Gumam clara.

"Ck! Katanya gua prioritas dia tapi nyatanya? Bullshit!" Clara terus menggerutu,mencurahkan semua kekesalannya.

"Aish! Bisa-bisanya gua gak bisa tidur cuman gara-gara bocah tengil itu" frustasi clara.

"Liat aja lu kalo pulang"


Apa kabar?
I'm back setelah berabad- abad hehe






BERONDONG POLOSKU  [END]Where stories live. Discover now