#15

21.9K 1.1K 25
                                    

Sebelumnya aku mau mintaa maaf kalo aku baru up sekarang,soalnya lagi lagi ada problem internal sedikit jadi otak ku gak ada imajinasi sama sekali.

Maaf juga jika semisal cerita ini tuh amburadul banget alurnya, soalnya aku tuh masih tahap belajar,jadi mohon pengertiannya :)

****

Saat ini arzaf tengah berbaring di atas kasur dengan clara berada di pelukannya.
Gadis itu tertidur setelah arzaf memberikannya obat penenang.

Laki-laki itu menatap wajah istrinya yang damai,wajah yang akhir-akhir ini tak ia temui di wajah clara.

Ia mengangkat tangan kanannya mengusap kepala clara lembut. Kemudian mengecupnya singkat sebelum akhirnya ia ikut terlelap bersama istrinya.

Tak terasa kedua insan itu sudah terlelap hingga matahari terbenam. Arzaf menggerakkan tubuhnya perlahan untuk meregangkan ototnya terasa sedikit kaku.

Di lihatnya mata Clara yang masih terpejam menandakan jika gadis itu masih terlelap di alam mimpinya.

"Sepertinya efek dari obatnya masih bekerja" gumam arzaf pelan.

Remaja itu bangkit dari tempatnya dengan sangat pelan takut jika pergerakannya bisa mengganggu tidur Clara.

Saat sudah berada di balkon apartemennya, arzaf mengetik beberapa kali di layar ponsel kemudian mendekatkan ponsel miliknya di telinga.

"Halo" sapa arzaf.

"Bagaimana?" Tanya arzaf, pada orang di sebrang sana.

"Baiklah" ucap arzaf lagi, matanya menyorot tajam kedepan lalu sebuah senyuman terbit di wajah tampannya.

Setelah selesai dengan urusannya, ia masuk ke dalam kamarnya dan kembali melanjutkan tidurnya tadi.

***

"Apa dia akan kembali seperti dulu pah?" Tanya arzaf pada papanya. Kini arzaf dan kedua orang tuanya sedang duduk di ruang keluarga,mereka sedang menunggu Clara yang tengah di tangani oleh seorang psikolog.

Seperti perkataan papahnya, tadi pagi seorang psikolog datang ke apartemennya bersama dengan kedua orang tuanya.

"Clara gadis yang kuat,dia pasti bisa sembuh dari traumanya" jawab papa arzaf menenagnkan,ia tau jika putranya ini tengah hawatir pada istrinya.

Jujur saja dulu ia sempat khawatir jika arzaf tidak cukup mampu untuk menjalankan kewajibannya,ternyata ia salah, putranya ini sangat bertanggung jawab pada istrinya dan tentu saja hal itu membuatnya merasa senang sekaligus lega.

"Benar sayang,kamu berdoa saja semoga Clara bisa kuat menghadapi semua ini" arzaf menatap ke arah mamanya sebentar kemudian mengangguk lesu.

Hampir satu jam lamanya mereka menunggu Clara selesai konsultasi. Akhirnya gadis yang ditunggu-tunggu keluar dari ruangan bersama dengan seorang perempuan di sebelahnya.

Arzaf langsung mendekat ke arah Clara dan berusaha untuk memegang tangan gadis itu, namun belum sempat ia menyentuhnya, Clara sudah menghindar.

Nampak jelas di wajah Clara jika dia masih merasa ketakutan.

"Biarkan nonna Clara benar-benar tenang dulu" peringat sang psikolog.

Pundak arzaf melorot lemas, ia menghembuskan nafas kasar lalu mengangguk pasrah.

"Nonna Clara mengalami sebuah trauma karena dahulu ia pernah di lecehkan oleh mantan pacarnya" jelas sang psikolog tadi.

"Tapi dia bisa sembuh dari traumanya kan ?" Tanya mama arzaf.

Psikolog itu mengangguk "tentu saja, asalkan nonna Clara mendapat penanganan yang tepat,pasti ia akan bisa sembuh"

Semua orang kecuali Clara dan psikolog  mengangguk faham.

"Oh dan juga keadaan mental nonna clara masih down,jadi mohon untuk keluarga untuk tetap memberikan semangat dan dukungan kepada nonna clara" lanjut psikolog tersebut.

Ketiga manusia itu kembali mengangguk kompak.

Atensi semua orang beralih kepada clara saat tiba-tiba tubuh gadis itu ambruk,beruntung arzaf sigap untuk menangkap tubuh clara sehingga tubuh rampingnya tak jadi menghantam lantai.

"Ya Tuhan!" Teriak mama arzaf kaget.

"Zaf, bawa clara ke kamar" titah papa arzaf yang langsung di turuti oleh laki-laki tersebut.

"Biar nonna clara beristirahat, dia mungkin kelelahan karena efek dari stress yang dialaminya" tutur sang psikolog.

Arzaf mengangkat tubuh clara dalam gendongannya lalu membawanya ke kamar.

Sesampainya di kamar laki-laki itu meletakkan tubuh clara dengan hati-hati. Ia menatap wajah pucat clara dengan sendu lalu mengusap wajah cantik itu perlahan.

"Cepatlah sembuh" Ucap arzaf seraya menggenggam tangan gadis itu lembut kemudian pergi dari kamarnya.

"Ma, arzaf mau titip kak ara bentar ya" ucap arzaf pada mamanya yang sedang menyiapkan makan siang di dapur.

"Loh! Kamu mau kemana?" Mama arzaf menghentikan kegiatannya lalu menoleh ke arah anaknya tersebut.

"Arzaf mau urus sesuatu dulu" jawabnya.

"Gak bisa di tunda? Istri kamu lagi sakit loh" tanya mama arzaf yang di balas gelengan dari laki-laki itu.

Wanita berusia sekitar 40 tahun itu menghela nafas berat kemudian berucap "ya udah,tapi jangan lama-lama, kamu harus jagain istri kamu"

Arzaf mengangguk lalu menghampiri mamanya untuk bersalaman "papa mana?"

"Papa kembali ke kantor barusan" arzaf mengangguk faham. Ia tau jika papanya akhir-akhir ini sangat sibuk di kantor karena baru mendapatkan proyek yang besar.

Setelah bersalaman arzaf berlalu dari dapur dan keluar dari apartemennya. Saat sampai di parkiran,ponselnya bergetar ia merogoh saku jaketnya untuk mengambil ponselnya.

Di lihatnya sebentar layar ponselnya lalu menggeser icon berwarna hijau dan mendekatkan ponselnya ke telinga.

"Baiklah" ucap arzaf setelah cukup lama diam mendengarkan seseorang yang berbicara di sebrang telpon.

Setelah sambungan telpon terputus,ia kembali menyimpan ponselnya di saku jaket lalu masuk ke dalam mobilnya.

Sebuah smirk tampil di wajah arzaf sesaat setelah ia duduk di bangku kemudi.

BERONDONG POLOSKU  [END]Where stories live. Discover now