Bab 16 - (Masih) Tanda Tanya

81 27 2
                                    

     Dari waktu ke waktu, dia masih setia menunggu seperti yang pernah dikatakan Taehoon tempo hari. Sudah sekitar empat bulan ayahnya hilang kabar sampai membekas ribuan pertanyaan yang tak lekas terjawab.

     Joshua termangu di sebuah bangku panjang. Dimana di sepanjang pedestrian diapit oleh deretan pepohonan Cherry Blossom atau biasa disebut bunga Sakura.

     Bunga yang identik berwarna merah muda-keputihan itu bermekaran indah menjelang musim semi ini. Berlokasi di Taman Ekologi Samnak, Busan, korea selatan. Salah satu taman yang banyak dikunjungi orang-orang bila musim semi tiba.

     Walaupun hari kala itu cerah, kebanyakan orang-orang diperkenankan memakai pakaian yang tidak terlalu tipis ketika bepergian. Karena menjelang bulan Maret sampai April, temperatur saat itu bisa dikatakan cukup dingin. Bukan tanpa sebab kenapa angin selalu berhembus setiap kali memasuki bulan ini.

     Joshua hanya mengenakan kaos oblong putih dengan cardigan kuning panjang dipadu padankan dengan celana training hitam yang sedikit longgar. Sesekali dia membenarkan kacamata kemudian melirik sekilas ke beberapa orang yang melintas.

     Hingga di sela angin menerpa helaian poninya yang hitam kecoklatan, tiba-tiba dia mendapatkan ide kemudian mengeluarkan notebook mungil dari saku celana beserta boilpoint-nya. Dia lalu menorehkan sekumpulan ide itu ke permukaan kertas.

     Sesekali Joshua mengedarkan pandangan, melihat bagaimana cantiknya ketika bunga itu bermekaran. Terlihat pula beberapa orang sedang mengabadikan momen itu dengan menjepretnya melalui kamera masing-masing bersama keluarga, teman atau kekasih mereka.

     Beberapa saat, Joshua kembali menorehkan apa yang dia amati ke dalam bentuk bait-bait puisi. Joshua tersenyum puas ketika dia bisa menulis diam-diam di belakang ibunya.

     Tak berselang lama, Joshua menghentikan kegiatannya. Dia terkaget dan nyaris saja terpental ke belakang bangku begitu anjing berjenis Siberian Husky meloncat ke arahnya seolah Joshua adalah boneka pajangan.

     "Hei ... hentikan!" Joshua cekikikan, tidak bisa menghindari anjing bertubuh besar yang mirip seperti serigala itu menjilati wajahnya beberapa kali.

     Joshua mengelus-ngelus bulu halus nan tebal Siberian Husky yang berwarna abu-abu dan putih. Joshua terkesiap begitu meraba bagian leher anjing tersebut. Terdapat sebuah kalung beserta tali pengait biru cerah yang senada dengan warna pupil matanya.

     "Apa kamu tersesat? Di mana tuanmu?"

     Joshua mengernyitkan kening begitu direspon gonggongan.

     Sesaat kemudian, seseorang menyahut-nyahut lalu menuju ke arahnya.

     "Wonwon! Ternyata di situ kamu rupanya!"

     Pria tambun berperut buncit berhenti di hadapan Joshua, menopang kedua lutut dengan nafas tersengal-sengal.

     "Apakah anda pemiliknya?" tanya Joshua.

     "Iya benar, maafkan ulahnya. Wonwon selalu saja bertingkah kalau dia bertemu dengan orang-orang baru di sekitarnya."

     Pria itu berucap dalam satu tarikan napas yang masih memburu kemudian duduk di sebelah Joshua sambil meregangkan punggungnya.

     "Tidak masalah, Ahjussi. Sepertinya dia juga menyukai saya."

     Wonwon menggonggong seolah setuju dengan pendapat Joshua sambil memutar-mutarkan tubuh dan menggerakkan ekornya ke kiri dan ke kanan.

     Joshua terkekeh, mengelus bulu Wonwon kembali. Hingga, pria di sebelah menghela napas panjang.

    "Sebenarnya bukan saya pemiliknya, Nak."

Jendela Joshua (End)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن