Bab 31 - Merepet Di Pagi Buta

42 18 0
                                    

Joshua menghirup udara di sekitar. Kemudian menghembusnya perlahan. Udara basah akibat hujan pukul tiga dini hari mendominasi penciuman. Sensasi dingin menjalar ke sekujur tubuh. Lantas mengeratkan jaket. Kulitnya yang pucat keputihan dengan cepat beradaptasi.

Setelah menempuh perjalanan di udara selama delapan belas jam. Akhirnya dia berhasil menginjakkan kaki di suatu tempat yang sejak lama dia rindukan.

Kini, waktu menunjukkan pukul empat. Dimana mentari belum nampak dan orang-orang masih terlelap.

Joshua menyampirkan ransel kemudian berjalan menyusuri gang basah di sekitar area kompleks perumahan dan apartemen yang berderet-deret. Letaknya berada di Jurye-Dong, Distrik Sasang-gu, Busan.

Rumahnya tinggal beberapa blok ke depan. Hingga dia berhasil mencapai ke sebuah rumah dua tingkat berwarna cokelat kekuningan diapit di antara dua apartemen sederhana dan kecil.

Kedua mata menyisir rumah sewa tersebut. Dari atas hingga bawah. Kemudian menaiki tiga undakan anak tangga di beranda sebelum akhirnya berdiri tepat di depan pintu berwarna hitam kecoklatan.

Joshua menghela napas. Telapak tangannya bergetar-getar begitu mengetuk pintu.

Joshua tahu, di jam-jam seperti ini, ibunya sudah bangun lebih awal.

Karena itulah dirinya menjadi semakin gugup bila sudah berada di rumah pagi-pagi sekali. Apalagi tanpa pemberitahuan apa-apa melalui surat.

Joshua merogoh kocek celana dengan tatapan hampa.

Tak ada yang bisa dia jadikan sebagai buah tangan untuk ibunya.

Padahal kemarin Budiman sempat memberi saran kepadanya untuk memberikan Seo Mi oleh-oleh apapun dari Jogja.

Entah pemikiran apa yang terlintas di benak Joshua, hingga dia menghabiskan sisa gajinya seorang diri untuk membeli berbagai camilan di kantin bandara selama menunggu masa delay pesawat berakhir.

Joshua seketika mengantukkan kepala ke pintu rumah. Merutuki diri penuh kesal.

Di saat bersamaan, pintu pun terbuka sampai tubuhnya sedikit terdorong ke depan.

Begitu mendongak, terdapat seorang wanita berkulit putih pucat berdiri di hadapannya dengan ekspresi begitu syok.

Wanita itu terlihat berbeda dari terakhir kali Joshua lihat. Malah kerutan di wajah semakin bertambah sekaligus ujung poni yang tampak sepenuhnya memutih. Sesaat kemudian wanita itu menutup mulut kemudian ujung mata mulai kelihatan berair.

"Joohwa?" pekiknya parau dengan aksen korea yang khas.

"Kamu pulang, Nak."

Joshua tersenyum sumringah. Mengangguk kecil.

"Nee. Naneun bogoshipo-yo, Eomma. (Aku sangat merindukanmu, ibu)," lirihnya.

Seo Mi lantas terisak, kemudian langsung merengkuh tubuh putra semata wayangnya erat.

"Eommado bogoshipo-yo, Joohwa. (Ibu juga merindukanmu, Joohwa)"

Jendela Joshua (End)Where stories live. Discover now