Mia & Johan - 05

5K 241 26
                                    

Mia menggeliat gelisah saat Johan merebahkan tubuhnya ke atas ranjang mereka yang terasa sejuk meskipun villa ini tidak dilengkapi pendingin ruangan. Suara rintik hujan yang perlahan terdengar semakin menambah intim suasana di antara mereka.

"Ugh, Papa." Rengek Mia ketika Johan justru menggoda betis nya dengan usapan-usapan lembut nan sensual. Johan sendiri yang melihat tubuh Mia menggeliat penuh sensual, mendadak di serang rasa ingin memiliki lebih besar. Matanya menelusuri bagaimana indah dan besar nya payudara Mia, meski aset tersebut masih tertutupi pakaian dengan baik. Belum lagi kaki mulus nya yang bak sutera ketika tersentuh oleh kulitnya yang kasar.

Johan merangkak, menaiki tubuh Mia hingga wajah mereka sejajar. Dapat ia lihat dengan jelas bagaimana wajah memerah dan sayu milik Mia karena gempuran hasrat yang menuntut ingin di puaskan.

"Sayang." Bisiknya parau dan merundukkan wajah untuk mengecupi wajah dan leher Mia dengan kecupan-kecupan basahnya. Mia luar biasa harum dan hal itu semakin meroketkan hasrat liar dirinya untuk memiliki Mia seutuhnya.

"Papa, please." Rintih Mia tak kuasa menahan hasrat yang membuatnya nyaris gila.

"Please what, baby?"

Mata sayu Mia menatap penuh permohonan pada Johan. "Mia...Mia...panas. Mia mau di sayang Papa." Bisiknya putus asa.

Johan membelai lembut wajah Mia dan mengecup lembut bibir yang kini meresponnya dengan panas dan liar. "Mia mau apa? Papa hisap mau? Atau mau Papa jilat?"

Kepala Mia mengangguk penuh harap. Dia tidak peduli. Apa saja. Apa saja asalkan Johan bisa membawa pergi rasa gelisah dan panas di tubuhnya saat ini juga.

Bibir Johan tersenyum lembut dan dengan perlahan jemarinya mulai meraih ujung pakaian Mia untuk ia singkap, hingga kini tubuh di bawah kukungannya polos tanpa balutan apapun. Mia memang membiasakan diri untuk tidak mengenakan bra ketika ia tidak bepergian ke manapun.

Bongkahan daging itu terlihat lezat dengan ukuran yang besar dan juga terlihat kencang, meski teksturnya begitu lembut di genggaman tangan besarnya. Puting nya berwarna cokelat cerah, dan lumayan besar untuk ukuran puting seorang perawan.

Dengan lembut, Johan meremas payudara tersebut dengan gerakan membuai yang mampu membuat Mia melentingkan tubuh karena remasan yang terasa sakit, namun juga nikmat di saat yang bersamaan.

"Ahhh, Papa. Ini...enak." rintihnya penuh nikmat. Johan tersenyum senang ketika Mia menikmati apa yang jarinya perbuat di tubuh ranum kekasihnya itu.

Dengan merundukkan kepala, Johan lantas meraup salah satu puting Mia dan menyedotnya rakus, bak bayi kelaparan. Ia terus menyedot dan menghisap, berharap agar puting tersebut mampu mengeluarkan ASI, meski itu tidak mungkin. Johan bergantian memberikan kenikmatan untuk payudara Mia. Sedangkan Mia sendiri sudah tak mampu menahan desahan-desahan nikmat, padahal Johan baru menggarap bagian payudara nya saja.

Puas bermain dengan bagian atas, kini perlahan Johan merangkak turun, menyejajarkan wajah dengan kewanitaan Mia yang masih terbungkus celana dalam berwarna pink lembut yang transparan, tidak mampu menutupi bagaimana basahnya organ intim tersebut.

Dengan lembut, Johan menghirup tepat di kewanitaan Mia, merasakan bagaimana nikmatnya aroma khas serta lendir yang rupanya sudah membanjiri kewanitaan serta celana dalam transparan tersebut.

Kesiap suara Mia tak lagi tertahan kala kewanitaannya merasakan hembusan napas berat milik Johan. Panas dan dingin bersatu sekaligus ia rasakan di bawah sana.

Melucuti celana dalam Mia, Johan lantas segera melahap kewanitaan lembab tersebut dengan rakus. Menghisap, menjentik, dan memutari kacang kecil milik Mia yang sudah memekik nikmat karena gerakan abstrak lidahnya. Rasanya unik, namun Johan sangat menikmati rembesan kenikmatan milik mahasiswa sekaligus kekasihnya itu.

"More, Pa. I want more." Rintih Mia lirih. Jemarinya mengusap lembut, sesekali meremas rambut Johan yang beberapa helai nya mulai dihiasi warna keperakan.

Johan mengakhiri invasi bibirnya pada kewanitaan Mia, ia menutup sesi oral tersebut dengan mengecupi setiap jengkal kewanitaan Mia dengan sayang. Tak lupa memberi salam perpisahan khusus pada area klitoris bengkak yang mendamba dirinya.

"Papa gesek aja ya sayang." Ujar Johan lembut sambil melucuti celana nya sendiri, hingga kejantanan yang besar dan tegang itu mencuat kala celana dalam yang mengukung nya terlepas.

Mia mengangguk, dengan posisi kaki yang masih mengangkang lebar, memamerkan kewanitaannya yang berkilau basah, campuran antara saliva dan juga nektar kenikmatannya.

Memosisikan tubuh di atas Mia, Johan lantas mulai menepuk-nepuk kejantanannya tepat di atas klitoris Mia, lembut, dan sesekali menggoda dengan memutari kacang kecil itu dengan ujung kejantanannya yang mengeluarkan cairan putih.

Mia mengerang nikmat. Pinggulnya mengikuti arah kejantanan Johan, sesekali bahkan menghentak-hentak karena tak tahan dengan godaan lembut dari kekasihnya.

"Enak, sayang?"

"Ughh." Rintih Mia, mewakili seluruh perasaan yang ada karena di garap oleh kekasihnya sendiri. "Plis Papa, gesek lebih keras." Isaknya tak tahan.

Johan tersenyum, lantas membelai sesaat bibir Mia sebelum kemudian menggesekkan kuat dan kencang penis nya di atas vagina Mia yang berkedut basah.

Kedua sejoli itu melolong nikmat dengan gerakan makin menggila, menimbulkan derit ranjang yang bergerak selaras dengan hentakan tubuh mereka. Johan sesekali kalap, ingin menerobos lubang surgawi yang kini terbuka pasrah di hadapannya. Namun ia sekuat tenaga menahan hasrat tersebut. Mia pantas mendapatkan itu di saat yang tepat, dan itu bukan sekarang.

"Arghh, sayang...Papa...mau sampai." Geram Johan ketika kejantanannya terasa makin membesar dan berat ketika menggesek-gesek kewanitaan Mia. Mia menatap Johan sayu dan mengangguk penuh persetujuan.

Tak butuh waktu lama, Johan akhirnya sampai pada klimaksnya, dibarengi oleh Mia yang juga meraih orgasme nya. Mia melenguh, kala semprotan sperma Johan terasa menetesi area luar kewanitaannya. Bahkan kini mengalir melalui selangkangannya yang terbuka pasrah karena lemas usai meraih pelepasan.

Johan terengah-engah, matanya menatap kewanitaan Mia penuh gairah karena tertutupi oleh sperma nya yang kental dan banyak. Mengangkat kejantanannya dari atas kewanitaan Mia, lelaki itu lantas dengan senyum bahagia mencium lembut bibir Mia yang terasa basah karena terengah-engah usai kegiatan panas mereka

"Kamu luar biasa, sayang. Terima kasih banyak." Bisik Johan yang kembali menciumi Mia dengan penuh cinta.

Mia tersenyum bahagia karena bisa memuaskan Johan, meski tanpa penyatuan kedua kelamin mereka. Senyum nya lantas berubah menjadi desahan kala jemari Johan mulai usil memasukkan sperma nya ke dalam vagina Mia menggunakan jari jemarinya.

"Ugh, Pa. Jangan. Nanti...nanti Mia bisa hamil." Rintihnya.

"Don't worry, baby. Papa sudah belikan pil pencegah kehamilan." Tukas Johan menenangkan. "Papa nggak tahan lihat vagina kamu jadi putih karena ketutup sperma Papa. Itu indah banget. Dan Papa nggak mau sia-siain sperma ini. Jadi Papa masukin aja ke vagina kamu." Jelas nya lembut dengan mengusap lembut vagina Mia yang sesekali masih tersentak karena sensitif usai meraih orgasme nya.

Mia tersenyum sayu dan menguap, lelah karena permainan mereka. Ia membiarkan Johan yang masih bermain-main di vagina nya yang basah.

Disela pejaman matanya, Mia bergumam lirih yang dihadiahi senyum haru oleh Johan.

"Mia cinta dan sayang sama Papa." Lirihnya sebelum terlelap. Johan mendekati telinga Mia dan mengecupnya penuh cinta.

"Papa mencintai kamu melebihi hidup Papa, Miaku."

TBC

Aku sengaja ga terlalu detil dan panas, takut di report sama netijen budiman🤣 kalo mau baca cerita dewasa, bisa mampir ke second account ku ya. Maaf krn telat up, kuliah lagi menyita kehidupanku🥲 semoga kalian tetap sabar menunggu🙏

Selamat hari Sumpah Pemuda

28.10.21

Hitam dan PutihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang