Mia & Johan - 12

2.2K 193 24
                                    

Mia bersendawa, lantas terkikik sendiri karena membayangkan porsi sarapannya pagi tadi. Dua mangkuk bubur kacang hijau lengkap dengan ketan hitam, tiga buah bakwan goreng dan segelas teh hangat sudah sangat mengenyangkan perutnya yang memang belum sarapan sejak bangun pagi karena kesiangan. Uang dari Johan tentu saja sisa banyak. Sudah dibilang dia hanya ingin makan di warung burjo, tapi masih saja kekasihnya itu ngeyel dan memaksanya untuk makan berat. Ya meskipun Mia baper sih karena kelembutan dan kekhawatiran pacarnya itu. Siapa yang tidak baper kalau perhatiannya sebesar dan selembut itu coba?

Dengan penuh penasaran, Mia mencoba memasuki ruang yang menjadi tempat untuk kelas nya pagi ini. Begitu ia menilik, rupanya di kelas tersebut memang belum tampak kehadiran Johan untuk mengisi kelas pagi pengganti. Ia mengulum senyum. Sembari memasuki kelas, jemari Mia mengetik cepat di atas layar, mengirim sebuah pesan pada lelaki tua nan tampan yang tak lain adalah kekasihnya.

Papa Bear

Pa, Mia udah selesai makan nih. Bisa kita mulai kelasnya sekarang, Pak Dosen sayang?

"Lo kenapa dah senyam senyum mulu." Dengan cepat Mia segera mematikan layar ponselnya dan tersenyum canggung pada Monita yang duduk di dekat kursinya.

"Ehm, ini cuma lagi lihat reels aja. Ada kucing gemoy." Kekehnya dan diangguki oleh Monita. Mia lega karena Monita terlihat tak peduli dengan tingkahnya yang memang berlebihan tadi. Nyaris saja ia ketahuan. Untung saja Monita itu tipe-tipe orang yang tidak kepo dengan tingkah laku orang lain. Jadi untuk kali ini, Mia masih aman dari kecurigaan orang.

Ketika sedang asyik membuka instagram, tiba-tiba suasana riuh kelas berubah menjadi hening dan kondusif. Rupanya Johan sudah memasuki kelas dengan membawa serta laptop nya untuk ia sambungkan ke proyektor, bersiap memberi materi pengganti.

"Selamat pagi semua. Maaf saya terlambat, ada beberapa keperluan mendesak yang tadi tidak bisa saya tinggalkan." Ujarnya tegas dengan mata yang mengelilingi satu per satu mahasiswanya, sebelum bertumbuk pada wajah ayu Mia yang mengulum senyum manis. Johan berdeham dan kembali fokus.

"Langsung saja, kita masuk ke materi uji validitas chi square."

Satu jam empat puluh menit Johan mengisi kelas dan diselingi dengan tanya jawab mengenai materi hari ini. Mia sendiri tidak ingin menginterupsi pertanyaan dari beberapa temannya. Matanya sendiri lebih senang memperhatikan kharisma Johan ketika menjawab pertanyaan dari mahasiswa. Kekasihnya itu meskipun sudah berumur, tapi tubuhnya menolak tua. Badan masih setegap Nicholas Saputra, wajahnya yang begitu tegas dan kokoh layaknya Darius Sinathrya benar-benar berpadu apik dengan tatapan seteduh Christian Sugiono. Bukankah Mia sangat beruntung bisa mendapatkan lelaki paket lengkap seperti Johan?

"Ada lagi yang mau bertanya?"

"Saya rasa untuk saat ini cukup, Pak." Sahut Monita mewakili seluruh teman sejawatnya. Johan mengangguk puas.

"Oke kalo gitu, untuk pertemuan kali ini, tugas nya libur dulu ya. Tapi siapkan diri untuk quiz minggu depan."

Sorakan bahagia karena tidak adanya tugas dengan cepat berganti dengan keluhan mahasiswa yang ngeri tiap diadakan quiz untuk mata kuliah ini. Sudahlah pusing memikirkan materi yang jelimet, masih harus uji coba quiz menggunakan SPSS yang langsung dikerjakan di depan beliau.

"Yah Pak, itu sih sama aja. Mending dikasih tugas aja Pak daripada quiz."

Johan menahan tawa melihat keluh kesah mahasiswanya yang bak menanggung beban berat sedunia tiap direncanakan quiz untuk mendongkrak nilai mereka.

"Yaudah, sekarang saya tanya ke PJ nya, berkenan nggak kalo minggu depan diadakan quiz?"

Mia mendelik karena tahu kalau Johan sengaja menggoda sekaligus meminta jawaban atas usulan quiz tadi. Johan tidak akan mengadakan quiz seandainya Mia sedang tidak siap untuk hal tersebut. Tidak etis memang, tapi asalkan materi yang ia berikan sesuai dan tidak melenceng dari silabus, ia rasa meniadakan quiz pun tidak menjadi soalan yang berarti.

Hitam dan PutihWhere stories live. Discover now