Mia & Johan - 14

2.1K 199 8
                                    

Sepanjang sisa hari yang terlewati, Johan tak bisa tenang menunggu datang nya sore hari, dimana ia bisa segera pulang dan bertemu dengan Mia. Ya Tuhan, gara-gara topik random yang diangkat salah satu rekan dosennya tadi, ia jadi terlibat salah paham dengan Mia. Terlebih lagi ketika melihat raut sedih dan kecewa dari Mia. Tatapan itu bak menusuk relung hatinya, menimbulkan rasa perih yang ia sendiri tidak tahu di mana pusatnya.

Johan berulang kali merutuki kebodohannya yang semudah itu menukas pemikiran rekannya. Jika ia menjadi Mia dan berada di posisi Mia, tentu saja kesal dan sakit hati akan otomatis ia rasakan kala ucapan menohok itu terdengar di telinga.

"Kenapa Pak Johan?" Johan menoleh, menemukan sosok Bu Aya, salah satu rekan dosennya yang tersenyum sambil duduk di sisinya. Johan memang tengah duduk di halaman belakang kampus yang sepi karena hanya berisi tanaman rimpang milik anak prodi farmasi.

"Bu Aya ngapain di sini?" Tanya Johan bingung.

"Tadi saya habis nerima telpon di ujung sana." Tunjuknya pada sudut halaman yang cukup rindang. "Tapi karena Pak Johan masih asyik ngelamun, makanya nggak nyadar kalo saya di sana." Kekeh Bu Aya lembut. Aya memang sangat cantik. Dan tentu lelaki banyak yang mencoba mendekati wanita itu. Namun sayang nya, tidak dengan Johan. Hatinya sudah tertambat pada Mia, meskipun dia mengakui bagaimana cantiknya Aya ketika tersenyum.

Johan menyunggingkan senyum tipis. "Maaf, saya benaran nggak tau."

"It's okay, Pak. Makanya saya yang nyamperin Bapak, soalnya kelihatan kaya lagi banyak masalah."

"Ah nggak kok Bu. Saya cuma lagi pusing aja sama mahasiswa bimbingan. Banyak tingkahnya." Elak Johan sebisa mungkin. Ia berharap agar Aya segera pergi, namun sepertinya, wanita itu justru makin betah berdiam diri di sisi nya. Menyebalkan sekali.

Menyerah karena ketidak pekaan Aya, Johan lantas berupaya bangun untuk segera menjauh dari wanita itu. Namun sialnya, baru saja berdiri dan hendak melangkah, Aya justru ikut berdiri dan menahan sebelah lengannya.

"Pak Johan mau ke mana?"

"Saya mau kembali ke ruangan Bu." Tukas Johan sambil berupaya melepas dekapan tangan Aya.

"Jangan dulu Pak. Ada hal penting yang mau saya omongkan dengan Pak Johan." Pinta nya memohon.

Johan menaikkan sebelah alisnya. "Hal penting apa Bu?"

Aya melepas dekapan tangannya dan berganti menarik pelan tangan Johan agar ikut duduk di sisinya.

"Pak Johan masih ingat kan ledekan Pak Doni tadi mengenai kita?" Kening Johan berkerut karena pertanyaan aneh dari Aya.

"Memang ada apa sama Pak Doni?"

Aya menoleh, menatap Johan dengan seksama sebelum menundukkan wajah. "Apa menurut Bapak, kita berdua memang cocok kalau bersama? Seperti hal nya yang disampaikan sama Pak Doni?"

Bukan main kagetnya Johan. Ia bahkan sampai menganga tak percaya dengan tuturan Aya.

"Ini maksud Bu Aya mengarah ke obrolan personal?" Johan menatap tajam Aya yang baginya terlihat memuakkan dengan sipu kemerahan di wajahnya. "Maaf ya Bu, saya nggak melayani perbincangan personal seperti ini. Ingat Bu, kita sesama rekan dosen. Segala harum dan busuk nya dunia dosen sudah saya ketahui di luar kepala. Mari saling jaga martabat dengan tidak mencampur adukkan urusan profesional dan personal."

Aya menganga tak percaya dengan reaksi Johan yang keras menolak nya, secara langsung. Lho, apanya yang salah dengan ucapannya?

"Tapi setau saya, tidak ada larangan sesama dosen untuk menjalin hubungan lebih dari sekedar rekan kerja, Pak."

Hitam dan PutihWhere stories live. Discover now