Mia & Johan - 15

2K 189 4
                                    

Mia menghabiskan sisa waktu sore nya dengan merapikan kebun bunga nya dan sekaligus mencabuti rumput yang ada di sekeliling kebun. Kelas sudah usai sejak tadi, dan ia sama sekali tidak berminat untuk mendatangi Johan sesuai permintaan kekasih sekaligus dosennya itu.

Bagi Mia, di saat ada sejoli yang melakukan kesalahan, di situlah seharusnya si pembuat kesalahan berupaya meminta maaf dengan berusaha mendatangi dan merayu, bukan malah sebaliknya. Bukannya dia egois atau kekanakan, tapi di era modern saat ini, justru banyak pasangan yang menurutnya bertingkah laku tidak sehat. Siapa yang salah, siapa yang malah mengalah dan meminta maaf. Menurutnya, hal tersebut malah menghilangkan makna dibalik permintaan maaf. Dan karena menurutnya Johan lah yang menyebabkan kesalahpahaman ini, seharusnya Johan lah yang mendatanginya.

Berdecak kesal, Mia lantas kembali menggemburkan tanah yang sudah ia beri pupuk untuk menjadi pot baru bagi mawar yang tadi sepulang kampus ia beli di pedagang pinggir jalan khusus penjual bunga. Entah bagaimana awal mulanya Mia menyukai kegiatan berkebun seperti ini. Namun seingatnya, sejak ia melihat kakek penjual bunga di dalam polybag ketika SMP, di saat itulah ia mulai menyukai segala macam bunga-bungaan. Menanam kembali bunga itu rasanya seperti healing ampuh bagi emosinya yang kadang tidak terkendali, seperti saat ini.

Masih asyik dengan segala tetek bengek perkebunan, Mia dikejutkan dengan kedatangan sang Mama yang memanggilnya dengan cukup barbar.

"Astaga Mama, ada apa sih Ma kok sampe jerit-jerit gitu?" Tergopoh-gopoh ia mendekati Mama yang menatapnya ngeri.

"Bilang sama Mama, kamu ada ngelakuin kejahatan apa? Kamu ngapain anak orang?" Cecar Mama nya panik. Kepanikan Mama nya jelas berbanding terbalik dengan wajah bingung Mia.

"Kejahatan apa? Mama tuh ngomong apa sih Ma? Mia nggak ngerti maksudnya apa."

"Jangan pura-pura nggak tau." Delik Mama sambil mencubiti lengan putrinya. "Kalo nggak bikin kesalahan apa-apa, terus kenapa itu dosen kamu sampe nyamperin ke rumah kita? Kamu tuh ya, bikin masalah apa sih sayang?" Erang Mama frustasi. Mia berdiri kaku di tempat. Dosen? Menyambangi rumahnya?

Seketika alarm tanda peringatan berdering keras di kepala Mia. Itu pasti Johan. Itu sudah pasti Johan! Pantas saja Mama nya sampai histeris menuduhnya yang bukan-bukan, ternyata ini semua karena kedatangan Johan ke rumahnya.

Gila! Apa sih yang ada di kepala lelaki itu? Kenapa nekat sekali datang ke rumahnya tanpa memberi kabar terlebih dahulu?

"Mia! Malah bengong ih!" Lagi-lagi cubitan maut dari Mama menginterupsi dugaan Mia. "Sana cepetan ganti baju. Pake yang bersih sama sopan. Mama temenin dulu dosen kamu."

Mia bak kerbau di cucuk hidung nya saat Mama mendorong barbar tubuhnya menuju ke kamar untuk bersih-bersih. Ketika sudah dalam keadaan hening di kamar, barulah kecemasan Mia memuncak hingga ke ubun-ubun. Apa Johan gila? Bagaimana bisa kekasihnya itu datang ke rumahnya di saat mereka sedang salah paham seperti ini?

Tunggu.

Salah paham?

Mia memucat seketika. Jangan-jangan....Johan datang kemari hanya untuk....meluruskan kesalah pahaman mereka? Ya Tuhan, matilah dia!

HITAM PUTIH

Untuk pertama kalinya semenjak mereka menjalin kasih, Johan pada akhirnya bisa menginjakkan kaki di dalam rumah milik Mia yang baik dari luar maupun dari dalam rupanya begitu asri dan banyak sekali tanaman-tanaman hias yang menyejukkan mata ketika dipandang.

Johan tahu, keputusannya untuk nekat mendatangi rumah Mia bukanlah keputusan yang bijak. Sebetulnya, ia cukup sadar diri kalau Mia terlihat belum siap untuk memublikasi hubungan mereka. Lagipula, hubungan mereka memang bukanlah hubungan pada umumnya. Ia tahu kalau Mia masih butuh waktu lebih untuk jujur, terutama pada keluarganya.

Di area ruang tamu, Johan bisa melihat banyak nya foto-foto masa kecil Mia yang terpajang di dinding ruangan. Segala macam pose menggemaskan berhasil dibidik dengan apik untuk memori. Johan tak tahan melihat bagaimana mungil dan menggemaskannya Mia kala masih kecil. Maka ia pun lantas mengeluarkan ponselnya dan membidik beberapa foto yang dirasanya paling menggemaskan. Ia tersenyum kecil menatap hasil jepretannya, sebelum tangannya dengan lincah mengganti setting wallpaper nya dengan wajah bocah perempuan imut bergigi ompong. Mia nya.

"Silakan Pak. Ini ada sedikit teh hangat sama kue." Johan cepat-cepat menyimpan ponselnya dan tersenyum menatap betapa ramah sekaligus canggung nya Ibu dari kekasihnya ini.

"Terima kasih Bu. Maaf saya malah jadi merepotkan."

Mama menggeleng cepat dengan tangan yang membuka toples kue kering buatannya. "Sama sekali nggak merepotkan kok Pak. Justru saya yang terima kasih, sekaligus minta maaf karena kelakuan anak saya." Ucapnya cemas.

Johan mengernyitkan dahi sembari menyesap teh hangat bercampur madu. "Maaf, maksudnya bagaimana ya Bu?"

Mama bergerak gelisah, menatap Johan dengan tatapan sungkan sekaligus cemas. "Anu...ehm itu, bukannya Bapak datang ke sini karena Mia bikin masalah ya Pak? Anak saya bikin kasus apa Pak di kampus? Duh anak itu, padahal perempuan tapi kok ya sempet-sempetnya bikin masalah sih." Gerutu Mama tanpa sadar.

Dalam hati, Johan kini mengerti kenapa Mama dari Mia tampak resah ketika ia mengenalkan dirinya tadi. Rupanya ada yang salah paham di sini. Johan ingin terkekeh. Sejak kapan Mia jadi tukang onar? Dia bahkan nyaris jarang berinteraksi bersama rekan sekelasnya kalau bukan karena kerja kelompok atau proyek tertentu. Bagaimana bisa Mama nya sampai berpikiran sejauh itu? Namun untuk jujur pada Mama Mia tentang tujuan sebenarnya datang kesini, tentu bukan pilihan yang bijak, karena bukannya menyelesaikan salah paham di antara dirinya dan juga Mia, yang ada malah jadi heboh karena pastinya membuat orang tua Mia syok dan berakhir dengan kemarahan Mia, atau paling fatalnya malah ia diputuskan oleh Mia.

Berdeham, Johan lantas berupaya menenangkan keresahan Mama yang sudah sangat jauh melenceng salah pahamnya akan tujuannya datang kemari.

"Sebelumnya saya berterima kasih sudah diterima dengan baik untuk kedatangan mendadak saya di sore menjelang malam seperti ini. Saya juga minta maaf kalau dengan kedatangan saya, Ibu jadi salah paham dan berpikiran macam-macam tentang Mia." Johan tersenyum simpul. "Kedatangan saya kemari bukan karena Mia membuat kesalahan, atau pun hal-hal yang tidak baik seperti yang Ibu duga sebelumnya. Saya ke sini karena...."

"Mia ada proyek bareng Pak Johan, Ma. Mia lupa kalo kita ada janjian tadi. Iya kan Pak Johan?"

Belum juga selesai berucap, tiba-tiba Mia sudah datang dan langsung memotong begitu saja kata-katanya. Johan menangkap baik tatapan Mia yang sarat akan makna.

"Ck, kamu ini, nggak baik motong ucapan orang! Mama nggak pernah ngajarin kamu begitu, Mia." Tegur Mama yang sayang nya tak dihiraukan oleh Mia.

"Maaf ya Pak. Mia ini memang kadang slengekan anaknya." Ringis Mama tak enak ketika meminta maaf pada dosen putrinya itu.

Johan tersenyum tipis dan menggeleng. "Nggak apa-apa, Bu. Yang dibilang Mia memang benar. Saya dan Mia serta mahasiswa lain ada proyek bersama, dan karena tadi saya ada rapat, makanya saya yang inisiatif mampir ke sini daripada Mia yang harus capek-capek ke kampus lagi." Johan menatap lekat sosok Mia yang melengos ketika ditatap. "Kalo begitu, bisa kita mulai saja bahasan tentang proyek kita, Mia?"

TBC

Yukyukkkk yang mau ikutan akses cepat, bisa banget hubungi no whatsapp 083103526681. Untuk akses cepat, sekarang udah sampai Chapter 31 lhoo. Dengan membayar sebesar 45 ribu, kalian udah bisa dapat akses cepatnya sampai tamat nanti.

110322

Hitam dan PutihWhere stories live. Discover now