• 010 •

2.1K 414 59
                                    

Hai~
Jangan lupa tinggalin vote dan komen yaa~
I'll be grateful for that (✿❛◡❛)

Hai~Jangan lupa tinggalin vote dan komen yaa~I'll be grateful for that (✿❛◡❛)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Haechan tidak menjawab teleponnya, pun tidak membalas chatnya. Jeno mencari-cari gadis itu setelah dia menyelesaikan latihan baseball bersama timnya sore itu, tapi di kelas tidak ada, di perpustakaan tidak ada. Kemana Haechan sebenarnya?

"Ya ampun bodoh sekali, Jeno."

Padahal Jeno tahu Haechan akan selalu di tempat itu kalau Haechan ingin tapi tetap saja dia lupa. Saking paniknya dia. Dia pun setengah berlari menuju tempat Haechan berada saat ini. Langkahnya kemudian terhenti saat dia mendengarkan alunan gitar dari ruangan musik. Dia mengintip dari jendela, melihat Haechan yang tengah duduk menghadap keluar jendela. Cahaya matahari sore menyinari dirinya membuat warna kulitnya tampak mengkilat, rona merah alami pipinya juga dua iris yang cokelat itu jadi semakin terlihat jelas saat terpapar cahaya matahari. Tirai putih beterbangan. Ahh, rasanya seperti di drama-drama saja.

Jujur ini bukan kali pertama Jeno melihat Haechan seperti ini. Ketika mereka baru masuk SMA, dari rambut Haechan masih pendek dengan poni bagian depannya yang pendek juga. Kalau kalian ingat model rambut dan poni Kim Bokjoo, seperti itulah Haechan sewaktu dia baru masuk SMA dulu. Jeno jatuh cinta dengan penampilan Haechan yang tampak seperti bbang (roti) pada saat itu. Sekarang pun masih sama. Meski tubuh Haechan sudah jauh lebih kurus dari waktu dia masih kelas 1, pipinya masih tetap gembul, terlihat lebih gembul apalagi kalau dia tersenyum dan tertawa.

Merasa ada yang memperhatikannya, Haechan segera menoleh ke arah jendela. Bunyi benturan kaca terdengar. Muka Jeno membentur kaca. Padahal tadi niatnya mau masuk karena sudah terlanjur dilihat Haechan tapi inilah akibatnya kalau otak dan tubuhnya tidak sinkron. Segala sumber kesialannya selalu karena apa yang dia pikirkan tidak sesuai dengan apa yang dia perbuat. Mau berputar, malah menabrak kaca. Bunyinya sangat kuat sampai Haechan pikir kaca jendelanya mungkin akan pecah sebentar lagi.

Gadis itu buru-buru keluar mendapati   Jeno yang sudah duduk di lantai sambil memegangi hidungnya karena hidungnya yang terbentur paling keras di kaca jendela. Lagi-lagi Haechan dibuat tertawa oleh pria itu karena ujung hidungnya memerah seperti Rudolph. Gadis itu berjongkok di depannya, menangkup kedua pipi pria itu sambil menatapnya khawatir.

"Kamu baik-baik saja, Jen? Kenapa pakai mengintip segala sih? Tinggal masuk."

"Aku hanya tidak ingin mengganggumu. Aku menikmati permainan gitarmu dan nyanyianmu, serasa seperti menonton konser hehe tunggu dulu... Haechan, apa hidungku masih simetris?"

"Kurasa, ya."

"Astaga, aku tidak mau hidungku bengkok. Aku mungkin tidak punya prestasi atau harta untuk dibanggakan padamu, tapi hidungku tinggi. Setidaknya itu kelebihanku."

Haechan menjulurkan jari telunjuknya ke depan, menyentuh ujung hidung Jeno yang masih merah akibat terbentur tadi. Jeno otomatis menggerakkan bola matanya untuk melihat telunjuk Haechan tapi jatuhnya malah seperti orang juling. Terlihat sangat konyol.

Little Princess • NoHyuck •Where stories live. Discover now