14; sugar and smoke

10K 970 52
                                    

can i ask something?”

of course.”

“Lo pernah deket sama Daxter?”

Pertanyaan dari Jayden sontak membuat Solyn terbatuk, padahal sebelumnya dia sudah siap menjawab, apabila pertanyaannya sedikit serius dan tidak menjurus ke arah situ. Jay segera menggeser air mineral ke arah gadis itu, tangannya juga menepuk punggung Solyn agar sakitnya mereda.

“Lo gak papa? Pertanyaan gue terlalu sensitif ya?” tanyanya lagi, setelah Solyn minum dan menutup mulutnya dengan tangan.

Solyn menggeleng. “Bukan gitu—”

it's okay, forget it, gue juga gak terlalu pengen tahu, kok, chill.”

Jay memberinya senyum, Solyn menatap laki-laki itu dengan menggigit bibir bagian dalamnya, Tidak terlalu sensitif, tapi menurutnya itu sangat privasi dan Jay belum terlalu dekat dengannya, tidak semuanya harus dia bagi untuk sekarang. Gadis itu memilih diam, walau pertanyaan dari Jayden masih terngiang di benaknya.

sorry,” ujarnya pelan, membuat Jay menoleh dan buru-buru menggeleng.

“hei, lo gak ada perlu buat minta maaf, justru gue yang harusnya minta maaf.”

Solyn mengangguk dan tersenyum, Jayden membalas senyumnya sebelum ponsel yang dia taruh di saku jaketnya berbunyi. Laki-laki itu mengambil benda tersebut, melihat nama Egil di layarnya, kemudian menggeser tanda hijau.

“Apaan? Ganggu aja lo, babik!” ujarnya.

buset, belum ngomong udah dikatain babik, salam dulu kenapa sih?” balas Egil, tapi akhirnya terkekeh garing.

“Salam dari Binjai. Apaan, njing? kalo gak penting gue matiin telponnya,” katanya, sedikit kesal dan melirik Solyn yang melihatnya dengan alis terangkat, Jay hanya membalasnya dengan senyum tipis. Solyn terlihat cantik walau tidak pakai makeup, batinnya.

Lalu Jay mengalihkan matanya, sambil fokus mendengarkan Egil bicara.

“tck! harus banget sekarang? Bisa diundur besok gak?” tanya laki-laki itu keberatan.

Lalu cemberut dan membuat ekspresi malas, bola matanya berputar ke atas. “iya, iya, gue ke sana sekarang.”

Solyn menatapnya sambil mengerjakan mata. “Kita pulang sekarang?” tanya gadis itu.

“Maaf ya, Egil butuh bantuan gue,” kata Jay, meringis dan dalam hati mengerang kesal.

Solyn menggeleng. “Gak papa kok, gue baik-baik aja.”

Jay tersenyum miring, “habisin aja dulu satenya habis itu gue anter lo pulang.”

————

Solyn menghentikan langkahnya, ketika melihat sosok Daxter duduk di sofa depan tivi membelakanginya. Dilihatnya asap yang mengepul di sekitar laki-laki tersebut, Solyn menghela nafas ingin menegur tapi dia tidak bisa melakukan itu lagi. Dulu, Daxter menggerutu kesal, mengatainya tuli jika Solyn memintanya berhenti merokok tapi tetap laki-laki itu lakukan.

Solyn kembali berjalan, memelankan langkah kakinya agar tidak terdengar Daxter, begitu sampai di tangga dia sedikit berlari untuk sampai kamarnya. Kalau boleh, Solyn tidak ingin kamar di atas yang hanya bersama Daxter, kamar Jeanne dan orangtua mereka berada di bawah.

Solyn membuka pintu kamarnya, tapi saat akan menutup dari dalam, seseorang mendorong pintu membuatnya terhuyung sedikit ke belakang.

Daxter mengangkat alisnya, tersenyum sinis. Ternyata bukan hanya bau rokok yang tercium, tapi juga alkohol yang menguar ketika laki-laki itu masuk ke kamarnya dan menutup pintu dari dalam.

“Lo mabuk?” tanya Solyn, Daxter tidak menjawabnya, laki-laki itu mendekati Solyn membuat gadis itu mundur, berniat menghindar ke samping tapi laki-laki tersebut menarik pinggangnya dan menjatuhkan tubuh mereka ke atas tempat tidur Solyn. Gadis itu memekik, namun tidak lama bibirnya dipagut Daxter. Aroma nikotin dan rasa bir bisa dia rasakan saat laki-laki itu membuka mulutnya, menyesap rasa mulut Solyn.

naughty girl, lo habis jalan, huh?” tanya Daxter, menjauhkan bibir mereka sebelum menarik tangan Solyn ke atas dan menyatukannya di atas kepala.

“Lepasin gue, Daxter. Jangan gila.”

my mom and Jeanne are not here, no one can stop us, Solyn.”

sugar & smoke Where stories live. Discover now