25; sugar and smoke

8.8K 826 101
                                    


———————

"Gue pulang, ya?" Solyn hendak melepaskan tangan Dexter yang melingkari perutnya, tapi laki-laki itu justru membuatnya lebih erat dan terpaksa Solyn harus bergeser mundur sedikit, dan lebih dekat dengan dada Dexter.

"Nope." Bisik Dexter di belakang tengkuknya, nafas hangatnya membuat Solyn meremang.

"Udah jam sembilan."

"Nginep aja."

"Gak."

Dexter tidak menjawab, tapi keengganannya bisa Solyn tahu lewat tangan yang masih melingkari perutnya. Gadis itu menghela nafas, memandang langit-langit kamar laki-laki itu.

"It's time to go home, Dexter."

"This is your home."

Solyn mengerjabkan matanya, menahan diri untuk tidak tersenyumlebih lebar. jika lagi-lagi mengingat bahwa mereka tak seharusnya berada di sana selama itu, terpaksa senyumnya menghilang.

"Nyokap gue dan bokap lo gak akan pulang sekarang, Solyn, chill out." Katanya menenangkan, nyokap bokap alih-alih menyebut orang tua kita.

"Kenapa lo menghilang?" Tanya Solyn mengalihkan obrolan.

"Me?"

"Yea."

"Sengaja."

Kening Solyn mengerut, sedikit tidak senang dengan jawaban laki-laki itu. Padahal biasanya Solyn merasa lega jika Dexter tidak lagi mengganggunya.

"But why?" Tanya Solyn lirih.

"Untuk melihat, lo menyesal atau gak atas kejadian malam itu."

"—and then?"

"You miss me then."

Benar. Bahkan Solyn tidak bisa menyangkal apa yang diucapkan oleh Dexter. Dia rindu, sesaat Solyn merasa takut jika kehawatirannya akan terjadi, setelah Dexter mendapatkannya maka laki-laki itu akan pergi, setelah Solyn menaruh semua rasa untuknya dan Dexter akan pergi. Sementara mereka masih dalam status keluarga, Solyn akan merasa tersiksa, sendirian.

"You scared me..." Bisik Solyn.

"Do you love me, Solyn?"

"...."

"You do, i know." Dexter bergerak, wajahnya menemukan Solyn, lalu maju untuk mempertemukan bibir mereka, berupa kecupan yang dia berikan. "Kalau gak, gak mungkin lo setenang ini, lo gak akan mungkin pasrah di bawah gue, lo gak akan mungkin membiarkan gue mengambil the first thing of you. Kalau lo gak, lo gak akan mungkin nanya 'kenapa lo menghilang'. Bukan begitu, Solyn?"

Solyn tidak mampu menjawab hanya dengan sekedar anggukan, nyatanya mungkin semua yang disebutkan oleh laki-laki itu benar.

"Let it flow, Dex..."

Laki-laki itu menyeringai, menangkup kedua pipi Solyn, agar gadis itu hanya berfokus pada dirinya dan tetap menatapnya sebagai laki-laki, bukan sebagai kakak tiri.

"Let it flow.... Sure."

———————

"Here you go, Solyn!"

"JAY!!"

Laki-laki yang baru saja melempar bola basket itu justru terkekeh, sementara Solyn malah merengut kesal. Bisa-bisanya hampir mengenai wajah Solyn, tapi dia tahu Jay pasti tidak akan membiarkannya dan sengaja melesetkan bola itu dan hanya menakuti Solyn saja.

"Mau makan ke kantin?" Tanya Jay, mengusap keringat dari dahinya, Solyn tidak menjawab, tapi merogoh saku dan mengambil tisu yang sebenernya dia bawa jika ingin makan. Memberikannya pada Jay yang laki-laki itu terima untuk mengusap keringat. Jika mungkin gadis lain, pasti akan berteriak salting melihat Jay melakukan hal tersebut, tapi Solyn hanya menggelengkan kepalanya.

"Rooftop?"

"Yea. Wanna join me?"

"Gue punya porsi makan gede, Solyn," katanya, lalu melirik kotak makan yang solyn bawa. "It's not enough."

"Ini banyak, Jay. Gak akan habis kalau gue sendiri."

"Okay." Jay mengangguk setuju. "Tapi mau nganter gue cuci muka dulu, gak?"

Solyn mengangguk sebagai jawaban, lalu keduanya pergi. Jay sengaja menyipratkan air ke arah Solyn membuat gadis itu berdecak.

"Jay, don't do that!"

"Kenapa?"

"Cepetan."

Jay terkekeh. "Kenapa sih?"

"Fans lo liatin gue mulu dari tadi."

"Hah, abaikan aja." Jay selesai mencuci mukanya, kemudian laki-laki berdiri di depan Solyn lagi. Meneliti wajah Solyn sedikit lama. "You look so happy today."

Solyn mengangkat alisnya, lalu mengedikkan bahu. "Lo juga—makin kelihatan jahilnya hari ini."

"Seru juga jahilin lo, soalnya lo sering serius, muka lo kayak lagi banyak pikiran. It feels like gue harus berhati-hati agar gak merusak lebih mood lo."

"Iya?"

Jay mengangguk, membuat Solyn tersenyum. "Thank you."

Kekehan dari mulut Jay terdengar, laki-laki itu refleks mengangkat tangannya dan mengusak rambut Solyn. "Gue seneng."

Tatapan Jay teralih ke atas, ketika merasa bahwa seseorang tengah menatapnya. Dan di lantai tiga, seseorang tengah menatap ke bawah, ke arahnya atau mungkin juga pada gadis di sebelahnya. Berdiri di depan jendela dengan wajah datar, sementara Jay makin merasa tertantang.

Melihat Solyn lagi, Jay mengambil kotak makan dari tangan Solyn. "Gue yang bawa."

"Gak berat, kok."

"Iya, gue juga kayak lagi bawa angin, soalnya gak ada rasa apapun."

"Iya?"

Jay terkekeh. "Yeah. Ada menu apa aja?"

"Nasi goreng, telur, ayam, cumi, sama sosis. Semua dalam porsi banyak, kok."

"Good."

Jay mengusak rambut Solyn lagi, lalu tanpa sepengetahuan Solyn, dia menoleh ke belakang dan mendongak ke atas, memberikan senyum miring pada laki-laki yang masih mengawasinya.

————————
Tbc.

sugar & smoke Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang