26; sugar and smoke.

4.9K 616 432
                                    


"Assalamualaikum!" sapa Egil yang baru datang, laki-laki itu membawa snack di tangannya yang kemudian dia bagi untuk Sheo juga Jayden yang sibuk mengelap keringat sekembalinya dari lapangan.

"....."

"Kok pada gak jawab?"

"Gue katholik," sahut Sheo dengan wajah datar, membuka bungkus snack dengan mudah.

"Lo salah sih, harusnya dilanjutin." kata Jayden.

"Gimana, tuh?"

"Assalamu'alaikum wr. Wb, look at the star, look how they shine for youuu..."

"Kocak lo." Egil ngakak, refleks memukul lengan Jayden yang kemudian dia jauhkan karena ternyata basah, jadi dia mengelap keringat Jayden di tangannya ke celana Sheo, yang menyadarinya lantas menatap tajam penuh peringatan.

"Biarin, biar lo gak sibuk mulu sama hape, copot ntar mata lo, apasih, lo baca apa?"

"mind own your bussiness!" desis Sheo.

"Huuu, mentang-mentang pacar lo adik temen lo, gak berani marahin Jayden lo? Coba lo bentak dia, kan kalian sama songongnya, gue mau tau siapa yang bakal kalah."

"Lo aja sama gue, mau?" tantang Jayden.

"Main basket?"

"Judo."

"Tch, bisaan." Egil berdecak. Egil mengambil segenggam keripik kentang di tangannya lalu memasukkan ke mulutnya sekaligus. "Kenawa Dahtew gaw pewnah ngumpuh sih?"

"Ngomong yang bener, jangan kek bayi kingkong ngoceh." Lalu Jayden merebut bungkus makanan isi keripik dari tangan Egil, memakan untuk dirinya sendiri.

"Hm... Kenapa Daxter gak pernah ngumpul lagi sih? Dia selek sama siapa sih gue tanya, di antara kita?"

"Gak tahu, tanya aja sendiri," jawab Jayden cuek.

"Gak muncul-muncul di grup juga anaknya," desah Egil, berwajah sedih. "Gue jadi sedih kita cuma bertigaan, biasanya kan kita berempat kayak orang double date gitu."

"Double date mata lo kotak," cetus Sheo, lalu berdecak kesal, Egil cuma terkekeh senang membuat temannya kesal.

"Gue duluan ya!" jay pamit pergi.

"Ke mana?" tanya Egil, dan jay hanya menjawab dengan mengangkat tangan ke udara. Egil berdecak, lantas beralih pada Sheo yang juga ikut beranjak dari sana.

"Lo juga?"

"Hm."

Mendesah kesal, akhirnya Egil tersisa di sana, menyendiri sambil memikirkan ada apa dengan semua orang. Sementara Jayden justru malas jika memikirkan tentang Daxter, menurutnya laki-laki itu terlalu menarik diri dari mereka tanpa alasan yang jelas, hubungannya dengan Solyn juga jadi salah satu alasan mengapa Jay kesal pada Daxter. Hubungan yang Jay bikin penasaran tentunya, hingga dia pikir bisa mati dalam rasa penasaran yang tidak kunjung terjawab. Kekesalannya tiba-tiba menguap begitu mendapat pesan dari Solyn.

Solyn.
Wanna lunch with me?

Jayden.
Ofcourse.
Tempat biasa?
Bawa apa?

Solyn.
Sandwich isi tuna.

Jayden.
Oke, i'll be there.

Setelah itu Jayden mengubah niatnya untuk pergi mengganti baju, dia justru pergi ke atas rooftop menemui Solyn yang ternyata sudah berada di sana, duduk manis di kursi dengan kotak makan yang katanya berisi sandwich tuna. Jayden makin bersemangat, mungkin dia sudah dapat lampu hijau, jika dapat dirate, pendekatannya dengan Solyn hampir 80%.

"Hai," sapa Solyn, melihatnya. Jay hanya memberi senyuman selebar mungkin dan duduk di depan gadis itu.

"Udah lama?"

"not really."

"Tahu aja gue laper," kata Jay, setelah Solyn membuka tutup kotak makan, meletakkannya di tengah-tengah meja di antara mereka.

"Sebelum ke sini, lagi di mana?" tanya Solyn.

"Habis latihan, terus ketemu temen-temen gue. Egil sama Sheo."

"Oh..." Solyn mengangguk, lalu menyuruh Jay untuk melahap makanan mereka, Solyn juga membawa botol air mineral dan baiknya Solyn juga mau berbagi meski dari botol yang sama, Jay tersenyum karenanya.

"Lucu banget," celetuk Jay.

Solyn mengerjabkan bulu matanya, lantas menatap Jay dengan pandangan bingung, "apa?"

"Cara lo makan, pelan banget. Kalo misal di bawah ada sesuatu, contoh kebakaran dan lo lagi makan gini, gue gak bakal tega biarin lo gak habisin dulu makan lo."

"Gue makan pelan, karena sekarang kita gak buru-buru. Kalo situasi seperti yangnlo bilang, beda lagi. Dan misal kebakaran di bawah sementara lo gak narik gue buat selamat, gue bakal mati, Jay."

"Lo pikir gue enggak?”

“Jadi kita mati bareng?”

“Kenapa bicara soal mati sih, gak ada yang bakal mati, karena itu cuma contoh.” Jay terkekeh.

Solyn mengangguk, menggigit sandwich dalam gigitan besar, berusaha membuktikan dia bisa makan dengan cepat pada Jay, tapi itu malah membuat Jay mendengkuskan kekehan, berusaha terlihat sinis.

"Makan yang bener, belepotan. Jangan sok deh," katanya. Solyn merengut.

"Sorry." ucapnya, lantas hendak mengusap bibirnya dengan punggung tangan, namun Jay tidak membiarkannya dengan menahan tangan Solyn.

"No!" kemudian Jay membersihkan sisa makanan di sudut bibir Solyn dengan jarinya. Laki-laki itu terdiam, menatap mata Solyn yang jernih dan bulat, tanpa pikir panjang dia mengecup bibir gadis itu.

Solyn tersentak, menjauhkan wajahnya barang seinchi.

"Jay?"

"Sorry Solyn, gue—" ini bukan ketidaksengajaan, bukan juga ketidak sadaran, Jay melakukannya karena dia ingin, tapi Jay tanpa memikirkannya dua kali, mungkin Solyn tidak menyukainya. "maaf."

Solyn masih terdiam, lalu tersenyum tipis. "Gak papa."

—————

"Yen, lo mau ke toilet gak?" tanya Solyn, pelan. Saat ini dia berada di kelas dan pelajaran sedang berlangsung.

Yena menggeleng, jadi Solyn mengangguki lantas meminta ijin untuk ke toilet. Dia keluar dan menyusuri lorong kelas yang sepi, hanya terdengar suara guru-guru yang sedang menjelaskan materi. Solyn juga tiba di toilet, hendak menutupnya dari dalam, tapi pintunya tidak bisa ditutup karena didorong dari luar. Dan seseorang masuk.

"Daxter?"

———tbc———

Ramein dulu, ntar double up.

sugar & smoke Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang