17; sugar and smoke

10.3K 1K 111
                                    

are you okay?” tanya Yena. “lo keliatan sedih, Lyn. Ayo cerita.” gadis itu lantas memasukkan sedotan ke mulutnya, menyedot Thai tea.

“i'm okay, tapi gue biasa aja.” Solyn tersenyum, tapi matanya tidak bisa berbohong.

Yena memperhatikan gadis itu lagi sebelum mengangkat bahunya, dia tidak ingin memaksa seseorang untuk terbuka, yang penting kan dia sudah bertanya, itu artinya dia menunjukkan sedikit perhatiannya terhadap Solyn.

Solyn memeriksa jam di tangannya, masih ada waktu beberapa menit lagi untuk jam pelajaran masuk. Solyn tidak ingin kembali ke kelas lebih cepat, jadi dia berencana pergi ke perpustakaan setelah makan siang.

“Gue mau ke perpustakaan, lo mau ikut?” tanya Solyn ke Yena, tapi gadis itu menggeleng dan tidak menutup-nutupi bahwa dia malas ke tempat tersebut.

Jadi Solyn hanya tersenyum sebelum keluar dari kantin. Tapi saat dia berjalan di Koridor, Solyn berpapasan dengan Jay, laki-laki itu melebarkan senyumnya ketika melihat Solyn dan melambai kecil.

“hai,” sapa laki-laki tersebut, dahinya berkeringat, dia baru saja dari lapangan. Masih menggunakan jersey basket.

“hai,” balas Solyn dengan tersenyum.

“Mau balik ke kelas?” tanya Jay, dan Solyn menggeleng.

“Gue mau ke perpus, mau pinjem buku.” jawab gadis itu.

“Buku apa?”

“Yang bisa dibaca, novel mungkin?” alis Solyn terangkat satu, lalu melihat lagi ke arah Jay. “Lo sendiri? Mau ke kantin ya?” tanya Solyn balik, menebak karena ke arah yang baru saja dilaluinya hanya arah ke kantin.

yes, actually, mau ketemu lo.”

“Oh?”

“Buat minta maaf soal waktu itu, gue baru Sempet sekarang karena kemarin-kemarin gue sibuk. Sorry ya.”

Solyn mengangguk pelan. “You don't have to say sorry.”

“Gue harus. Lo mau ke perpus kan? Gue anterin ya,” katanya, Solyn ingin menolak, karena selain baca buku dia juga berniat ingin sendirian tapi tidak enak untuk menolak, karena Jay terlihat tulus.

Akhirnya Solyn mengangguk dan mereka berjalan beriringan ke perpustakaan.

“Lo lebih sering baca buku apa?” tanya Jay, ketika mereka sampai di perpus yang ternyata sepi. Hanya ada penjaga di depan pintu.

“Apa aja, tapi gue lebih sering novel, gue juga suka buku tentang alam, atau sejarah.” Solyn menjawab sambil melihat-lihat ke rak buku, membaca judul-judulnya.

Jay yang memang tidak ada niat untuk membaca satupun hanya mengikuti di belakangnya.

“Lo suka baca buku apa?” tanya Solyn, bertanya pelan. Peraturan perpustakaan yang tidak boleh bicara keras-keras atau membuat kegaduhan. 

Jay mengusap rambutnya ke belakang menggunakan jarinya lalu terkekeh. “Gak ada. Gue gak suka baca buku, gue suka ngegame. Gue baca buku, buku pelajaran doang, itu pun juga kalo lagi gak males atau gak lagi ulangan.”

Solyn tertawa ringan.

“Boleh gue nanya?” tanya Jay kemudian, Solyn menoleh pada laki-laki yang kini berdiri di sampingnya.

“hm?”

“Gak dijawab juga gak papa. Sorry, lo gak tuli dari lahir, ’kan?” lanjutnya bertanya, dengan nada suara yang terdengar kehati-hatian, khawatir jika Solyn tersinggung. Alih-alih seperti itu, Solyn tersenyum tipis sebelum mengangguk.

four years ago, i had an accident.”

“I'm sorry, that must be hard, right?”

“yeah, tapi gue baik-baik aja sekarang.”

“itu artinya lo gak baik-baik aja dulu, ya, ’kan?”

“Mau duduk dulu aja gak? Sambil gue ceritain, gue nemu satu buku nih,” kata Solyn, lalu terkekeh membuat Jay merasa senang dan beban ketika dia mendengar bahwa Solyn mengalami kecelakaan dua tahun lalu terangkat tiba-tiba.

Jay mengangguk, lalu mereka duduk. Solyn membuka bukunya sementara Jay siap untuk mendengar.

So?” tanyanya lagi.

“Iya lo bener. Berat banget, gue koma hampir tiga bulan. Pas kecelakaan itu gue lagi tidur, tiba-tiba aja gue terbangun saat gue ngerasa benturan keras dari sana-sini, gue terlempar keluar dari mobil. my mom died in an accident. And after the coma I couldn't even talk and hear.”

“—gue gak tahu apa yang terjadi kenapa bisa gue kayak gitu. Bahkan setelah gue bisa bicara lagi dan denger tapi pake alat, gue gak mau denger apa yang dokter bilang ke gue. It was hurt.”

Solyn mengakhirinya dengan mata berkaca-kaca. Jay tidak bisa menahan dirinya untuk menyentuh pipi gadis itu.

“lo hebat, I'm proud of you. Even though you know the pain, you don't give up. Out there may be the same thing as you, tapi lo memilih untuk ada sampai saat ini, itu hebat banget. And to your mom, gue turut berdukacita.”

Solyn tersenyum dan menarik nafas. “Thanks, Jay.”

Bruk!!

Keduanya sedikit terkejut mendengar benda jatuh, dan menoleh ke arah sumber suara. Menemukan Daxter yang mengambil buku dari lantai.

“Daxter?” panggil Jay.

Sorry,” ucap laki-laki itu, lantas mengembalikan buku ke raknya.

“Lo ngapain di sini?”

It's my second place in school besides class. Don't you know that, Jay?”

Jay hanya memutar bola matanya.

“Sheo nunggu lo di luar,” ujar Daxter lagi.

“Hah? Kenapa gak masuk aja?”

Daxter cuma mengangkat bahunya, tidak terlihat peduli. Jadi Jay beranjak berdiri, dan pamitan sebentar ke Solyn setelah gadis itu mengangguk, Jay lantas pergi.

Tapi saat dia keluar, tidak menemukan siapapun di sana, tidak ada Sheo. Jadi dia balik lagi, dan menahan langkahnya ketika melihat Daxter berada di depan Solyn, dengan tangan yang mengangkat dagu gadis itu ke atas, dan mencium bibir gadis itu.

—————

sugar & smoke Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang