2O; sugar and smoke

14K 1.2K 237
                                    


—————

i told him, Jay. About us, and he said, he wants earn you—is it the end for us, Solyn? Jawab gue, sekali ini aja, kalo lo nyerah kali ini gue—kayaknya juga nyerah.”

Solyn tidak bisa berkata-kata, mulutnya bungkam meski jantungnya berdetak sesak. Bukannya ini yang lo mau? Iya, tapi gak secepat ini kan? Munafik lo.

Solyn mengerjab, memalingkan wajah guna mencegah air mata yang akan mengenang di pelupuknya.

Y—ya——”

“Lo tercengang?” tanya Daxter, membuat Solyn mendongak, seraya mengambil makanan secara asal.

“Mak—sud lo?”

Perlahan senyum sinis itu muncul lagi di bibir laki-laki tersebut, kemudian wajahnya mendekat ke aras Solyn, untungnya di lorong tersebut hanya ada mereka berdua, tapi bukan berarti tidak ada CCTV dan tidak juga boleh melakukan hal yang tidak pantas.

“Lo seneng, ’kan gue ngomong gitu? Itu yang lo mau denger dari gue, bukan?” tanyanya, Solyn menatap kebingungan. “in your dream. gue gak akan nyerah. Selama gue masih hidup lo gak boleh buat yang lain, no one can own you, if i can't.

Nafas Daxter terasa di pipi Solyn, yang mana membuat gadis itu mundur meski tidak banyak jarak yang dia ambil. Jadi, itu hanya bohong? Solyn tidak tahu harus senang atau sedih sekarang, karena ucapan terakhir laki-laki itu terdengar seperti janji.

“Cepet ambil barang yang lo butuh, Solyn.” bisiknya, lalu matanya turun ke arah bibir gadis itu. “Gue gak sabar buat makan malam.”

Secepat itu kemudian Daxter menjauh, mengambil alih troli yang dipegang oleh gadis tersebut dan mendorongnya. Solyn mengerjab dan menghembuskan nafas dan menyadari dia menahan nafasnya terlalu lama hingga terasa sesak, bukan, bukan karena itu lo sesak, batinnya.

Solyn lantas berjalan menyusul Daxter, meski begitu keduanya kembali jadi diam, padahal sebenernya Solyn mengharapkan mereka bicara dengan normal seperti dulu.

——————

Mereka kembali ke apartment Solyn, Solyn menyiapkan makan malam dan Daxter ikut turun tangan membantunya, Solyn tidak bisa menolak meski sudah beberapa kali melarang laki-laki itu tapi Daxter dan keras kepalanya, berdecak dan menatap layaknya musuh pada Solyn meski kenyataannya, Solyn cukup senang dibantu laki-laki itu.

Solyn memotong kubis, rencananya dia akan membuat sop, dia juga akan memasak cumi yang dia beli dari minimarket tadi.

Ponsel Solyn berdering dari atas meja pantry, gadis itu segera meninggalkan pisau yang dia pegang dan menghampiri benda pipih tersebut.

Jayden is calling...

“Jangan diangkat!” tukas Daxter yang entah kapan bisa di depannya dengan cepat, gadis itu mendongak sambil berpikir.

“Tapi takut ada yang penting,” jawab Solyn, Daxter berwajah datar seolah mengingatkannya.

“Gue bilang jangan!”

“tch, sebentar aja kok, gue pikir dia—”

don't.”

Solyn tidak mendengarkan, dia hendak menggeser tanda hijau, tapi, “Dax—”

Brak!!

“Daxter! What are you doing?!” solyn marah, melihat ponselnya di lantai karena Daxter membantingnya.

Alih-alih menjawabnya, laki-laki itu justru mendorong Solyn  mundur hingga membentur pinggiran pantry, solyn mencoba mendorong Daxter, namun dengan tangkas laki-laki itu menahan tangan Solyn ke sisi tubuhnya.

“Stop bikin gue kelihatan jahat, bisa?” bisik laki-laki itu. “tapi kalo itu yang lo mau, gue penuhi.”

Daxter lalu memagut bibir Solyn, kasar, hingga beberapa kali bibir Solyn menyentuh gigi laki-laki itu. Dengan sengaja bahkan menggigitnya kasar, membuat basah di seluruh bibirnya—Solyn ingin mendorongnya, namun tubuhnya kaku, seolah menginjinkan Daxter melakukan hal tersebut padanya.

Solyn mengerang begitu ciuman Daxter turun ke rahangnya, menyentuh telinga Solyn dan menggigitnya di mana-mana, belum lagi berpindah tempat ke leher.

Solyn mengerang keras, refleks tangannya memegang tangan Daxter yang memegangnya, menahan dirinya sendiri agar tidak jatuh.

“Daxter, no!” solyn menggelengkan kepala, saat tangan Daxter menyibak turun kardigan yang dikenakan Solyn. Tidak lepas, tapi membuka bahu Solyn yang tertutup t-shirts croptop yang dia pakai.

Solyn memekik tertahan ketika Daxter merobek t-shirtnya, lalu dengan cepat menarik ke atas bra kain Solyn.

DAXTER NO!” Solyn segera mendorong bahu laki-laki yang memindahkan ciuman ke dadanya, gadis itu mengerang merasakan gigi Daxter di dadanya, menggigitnya keras. Sementara tangan satunya, menyentuh pinggang Solyn agar tetap bergeming.

Solyn menangis, “don't...”

Daxter berhenti, mendongak ke arahnya dengan berantakan, bibirnya basah, juga mata yang sayu.

“Kalo gitu, jangan hubungi siapapun saat lo bersama gue. Ngerti? Karena kalo lo berani angkat telpon jay di depan gue, bukan masakan lo yang gue makan, but you.” bisiknya di depan bibir Solyn, memagutnya lagi sebentar megabaikan tangisan gadis itu, lantas memeluknya.

——————

sugar & smoke Where stories live. Discover now