23; sugar and smoke

9.6K 929 132
                                    

Solyn tidak bisa menghitung beberapa kali dia menghela nafas hari ini setelah kedatangan Dexter ke apartemennya, saat ini dia memang sedang tidak bersama dengan laki-laki itu, Solyn berada di kamar sementara Dexter berada di luar mungkin duduk di sofa depan tivi.

Mengetukkan jarinya di atas meja belajar, gadis itu melihat jam yang berada di atas mejanya, pukul setengah delapan. Ya Tuhan, desahnya dalam hati. kemudian menelungkupkan wajahnya di atas tangan di meja, membenamkan wajahnya sambil menggigiti bibir. Tanpa sadar bahwa Dexter masuk ke kamarnya yang memang pintunya terbuka kemudian berdehem.

"Gue pesen makan malam, let's go!"

Solyn mendongak, menatap Dexter yang kini menganakan kaos abu-abu setelah jaket hitamnya dilepas.

Dan tanpa mengatakan apapun lagi Dexter kembali keluar. Rupanya ucapannya tidak main-main, Dexter akan tidur di sini, bahkan sebelum Solyn menyuruhnya tidur di sofa laki-laki itu sudah lebih dulu menolaknya. itu artinya dia akan berbagi ranjang.

Solyn ikut keluar menyusul Dexter yang lebih dulu duduk di sofa dengan makanan yang dia pesan di atas meja, sementara jarinya sudah memegang sumpit. Solyn duduk di sampingnya lalu mulai makan ketika Dexter menggeser makanan ke arahnya, tivi yang menyala tidak bisa mencairkan suasana canggung di antara mereka. Atau sebenarnya hanya Solyn yang merasa begitu karena Dexter tidak terlihat terganggu dengan suasanya awkward ini.

Lalu ketika solyn selesai dengan makannya, begitupun dengan Dexter yang lebih dulu selesai. Solyn membereskan bekas makan mereka, membawanya ke dapur sementara Dexter masuk ke kamar Solyn dan gadis itu menyelesaikan acara beres-beres lantas pergi ke kamarnya, disusul Dexter yang baru keluar dari kamar mandi dengan rambut basah dan mengenakan handuk yang sebelumnya Solyn pakai dan dia gantung di kamar mandi. Solyn memalingkan wajah, berniat keluar lagi untuk memberi waktu Dexter memakai pakaiannya. Tapi Dexter kembali masuk ke dalam kamar mandi.

fuck

Dexter keluar lagi dengan memakai pakaian yang sama seperti sebelumnya, dan Solyn masuk ke sana untuk menggosok gigi dan mencuci muka. Setelah selesai, Solyn lagi-lagi mendapati Dexter berdiri di depan balkon menghisap nikotin.

Solyn berdecak pelan, naik ke tempat tidur dan menarik selimut berusaha tidur, padahal yakin malam ini tidak akan bisa tertidur dengan nyenyak. Solyn dikejutkan dengan suara tarikan gorden yang berasal dari Dexter yang menutup gorden jendela balkon. Kemudian melihat laki-laki itu menghampirinya, menghampiri tempat tidur, Solyn menutup mata, saat lampu dimatikan.

Solyn membelakangi Dexter ketika laki-laki itu naik ke tempat tidur di sisinya. lalu terasa menarik selimut seperti Solyn. Solyn pikir karena sepi Dexter tertidur, tapi ketika dia membuka bola matanya, Solyn merasakan tangan besar milik Dexter menarik pinggang Solyn dari belakang, berakhir dengan punggungnya menyentuh tubuh besar Dexter yang terasa keras.

Solyn menahan nafas, saat laki-laki itu tanpa bicara apapun hanya mencium tengkuknya.

"L-lo ngapain, Dex?"

"Hugging you."

"Gue gak bisa nafas," bisik Solyn ketika tangan Dexter satunya menyusup ke leher gadis itu, membuatnya seolah terkurung dalam tubuh Dexter dan laki-laki itu memeluknya erat.

"Kenapa?" tanya solyn, setelah pelukan Dexter mengendur sedikit.

"Lo tau, banyak hal yang ingin gue lakukan saat ini," laki-laki itu menjawabnya, meski dalam kegelapan, Solyn bisa merasakan jika Dexter tengah memasang seringai. Ada saat di mana Solyn benar-benar merasa takut pada laki-laki itu. Jika dibandingkan, sikap Dexter dulu tidak ada bedanya dengan Jayden, hanya saja Jay tidak pernah menghinanya dengan sebutan tuli. Dan hal yang membuat Solyn takut adalah ketika Dexter menjadi sangat diam, diam yang menakutkan, membuat merinding hanya dengan tatapan. Biasanya Solyn akan menawarkan pelukan karena siapa tahu Dexter akan senang. Dan cara itu memang berhasil.

"...."

"I want to kiss you, make you moan under my skin, and.... kill him."

solyn tercekat. "Don't!"

Dexter terkikik, bibir dinginnya menyentuh tengkuk Solyn. "Don't for wich one?"

"Don't kill him..."

"Explain why?"

"Just don't!"

Solyn kembali merasakan pelukan Dexter yang mengerat, lalu ciuman Dexter pada tengkuknya semakin intens, merambat pada leher Solyn. Gadis itu meremas tangan Dexter di pinggangnya ketika semakin merambat naik, hingga secepat kilat bibir Dexter mendapatkan bibirnya, rasa pasta gigi dan nikotin bercampur jadi satu. Solyn menahan dada Dexter yang kini merubah posisi menjadi di atasnya.

"Dex..." laki-laki itu merobek pakaian Solyn dalam sekali tarikan, nafas Solyn memburu, sementara Dexter menciumnya dalam, hisapan pada bibirnya tak henti meski Solyn menggigit bibir Dexter hingga berdarah.

"Apa salahnya Solyn, sesekali aja gue nyentuh dia, berapa kali dia nyentuh lo, brengsek?!"

Air mata Solyn turun, terisak ketika tangan besar Dexter menyentuhnya leluasa. Tidak ada yang bisa menghentikan Dexter sekarang. Karena pada dasarnya, Solyn juga tidak ingin berhenti.

Dexter menjilat air mata Solyn, sementara gadis itu memejamkan matanya, "He never touch me." 

Dexter tersenyum penuh kemenangan, seraya menyingkirkan kaos yang dipakainya. Kali ini saja, Solyn membatin. 

"I swear, Solyn. Gue gak akan biarin lo dimilikin siapapun selain gue, lo harus mati ketika gue mati." BIsik Dexter, saat bibirnya menyesap kulit leher gadis itu. "Sttt. Lo gak boleh nangis, jangan Solyn," jari telunjuk Dexter di depan bibirnya, lalu seringainya kembali. "Moan my name, and i wont kill him."







sugar & smoke Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang