05. Lebih Dekat dari Teman

75 19 6
                                    

- Seungbin

Tepat di sebelah kanan pada barisan meja ke empat paling sudut inilah meja belajar yang kutempati sekarang. Posisi tempat duduk paling nyaman, jauh dari jangkauan orang-orang yang kini pecah dalam obrolan mereka masing-masing. Aku menghela napas pelan. Tak terasa sudah, aku menduduki kelas 11. Dan waktu telah berlalu begitu cepat dari yang kubayangkan.

Lalu, adikku, Yeonji. Yang waktu itu masih SMP sekarang sudah masuk SMA yang sama denganku atas usulan dari Ayah supaya kami berdua bisa pergi-pulang bersama. Sesekali aku menguap lalu menjatuhkan kepala yang ditopang kedua lengan yang terlipat di atas meja. Berusaha memejamkan mata untuk terlelap sebentar.

Di saat yang sama suara-suara mereka semakin pecah sehingga membuatku sedikit terganggu. Dengan bermodalkan menyumbat telinga dengan kedua telapak tangan tidak pula membantu. Aku mengerang. Lalu menghempaskan tas selempang hitam ke atas meja yang untungnya tidak memuat banyak barang kemudian kutindihkan tepat di atas kepalaku berharap suara-suara itu meredam seketika.

Kenapa orang-orang sangat berisik sekali di hari pertama bersekolah? Lagipun hari ini adalah hari perkenalan biasa antar murid dengan guru sekaligus wali kelas baru.

"Ya! Han Seungbin!"

Seseorang tiba-tiba menepuk punggungku, begitu aku menengadah ternyata pelakunya adalah Lee Namhyuck. Pemuda tambun berperut buncit itu tengah mengunyah tepat di depanku sembari menggenggam bungkusan makanan ringan di salah satu tangan gempalnya.

Aroma keju merebak indra penciuman. Hingga aku mendengus ketika remahan-remahan oranye berserakan di atas meja sampai-sampai aku harus mengibas-ngibaskan meja belajarku. Sekarang ada apa lagi? Apa Namhyuck akan memintaku untuk membelikan snack seperti yang dia lakukan dulu waktu kelas 10? Dasar anak sialan ini!

"Wae? (Kenapa)" tanyaku sinis sementara dia cengar-cengir tak karuan.

"Jangan harap kalau aku memenuhi permintaanmu untuk kali ini, Namhyuck. Kau tahu kan? Kalau kau meminta apa saja kepadaku hanya sebagai bentuk tutup mulutmu terhadap perkelahianku dengan anak kelas sebelah itu," terangku supaya dia mengerti.

Lagipula hal itu terjadi satu tahun yang lalu. Aku tidak ingin orang-orang sekolah tahu, ditambah aku juga tidak ingin Ayah, Ibu dan Yeonji kecewa padaku.

Namhyuck menggelengkan kepala, "Tahu. Kali ini bukan itu yang kukatakan."

Orang-orang di sekitar masih terus menggaung-gaung obrolan mereka. Suara mereka beradu dan saling bertabrakan. Pupus sudah niatku untuk terlelap.

Tak lama Namhyuck kembali melanjutkan, "Kau tahu, orang-orang sedang membicarakan anak baru pindahan itu. Tak tahu pasti siapa orangnya, yang jelas dia akan masuk salah satu kelas 11. Jika memang ya, aku berharap dia masuk ke kelas kita, Seungbin."

Seketika keningku berkerut. Tunggu dulu, aku tahu siapa yang Namhyuck maksud. Hingga seseorang yang baru saja masuk kelas menginterupsi, sekeliling lantas membisu. Orang-orang kembali ke meja belajar masing-masing termasuk Namhyuck yang duduk tak jauh dariku.

Wanita paruh baya dengan kedua kaca melingkar di pelupuk mata, merotasi penjuru kelas, menatap mata kami satu-satu dengan tatapan bersahabat lalu tersenyum ramah. Di hadapan, dia mulai memperkenalkan diri. Menyebut namanya dan tak lupa bidang studi apa yang dia ajari. Dia mengatakan bahwa mulai saat ini dia akan menjadi wali kelas kami untuk dua semester ke depan.

Sebelum kami semua dipersilakan memperkenalkan diri, dia lantas mengalih pandangan ke arah pintu yang terbuka sambil mengayunkan tangan untuk meminta seseorang yang kuyakini "anak baru itu" untuk masuk.

We Come And GoDonde viven las historias. Descúbrelo ahora