14. Trik Musuh dan Dua Orang Konyol

41 7 0
                                    

- Jihye

     Kini aku melancarkan misi selanjutnya. Menggoda Seungbin. Sejujurnya aku agak geli dengan ide yang satu ini, tapi demi bisa mencari tahu dan mengobrol lebih banyak dengannya kurasa tidak salah. Mengingat Seungbin dijauhi oleh gadis-gadis di sekolah, aku bisa jadi gadis pertama yang akan mendekatinya.

Sayang sekali, pemuda itu benar-benar tertutup dan agak dingin, padahal dari segi tampangnya juga tidak terlalu buruk.

    Berkat Namhyuck pula, aku jadi mengerti kenapa dia bisa begitu. Mendengar cerita tragis semalam tentang Seungbin membuatku ingin mengutuk orang brengsek itu juga, lalu sekarang aku mulai mengira-ngira di kelas mana Choi Ilkwon berada ya?

     Entah aku nanti berani melabraknya atau tidak, setidaknya aku bisa melihat wajahnya secara langsung. Jangan salahkan aku kalau terlalu penasaran. Siapa yang tak geram coba?

     "Annyeong, Jihye."

     Seketika aku menoleh ke asal suara. Pemuda tambun yang baru saja masuk kelas itu lantas menenteng tas ranselnya kemudian mendekat ke arah mejaku.

    "Annyeong. Bagaimana kabarmu, Namhyuck?" balasku sambil tersenyum.

    "Tidak pernah lebih baik ketika aku ditraktir makan tteobokki!" serunya kegirangan hingga pipi tembamnya kembang kempis. Oh ya ampun, kenapa pagi ini buntelan bakpao begitu lucu. Ingin sekali kucubit pipinya sekarang juga. Namun, kedua tanganku berhasil kutahan.

     "Setidaknya aku menepati janjinya kan?"

     Aku menyeringai padanya sampai dia pun terkekeh. "Iya. Terima kasih kalau begitu."

     "Sama-sama. Ngomong-ngomong apa kau melihat Seungbin?"

     Namhyuck mengernyitkan dahi sejenak. Lantas menengok ke arah meja kosong yang berada di pojokan belakang kemudian menatapku nanar. "Aniya. Kupikir dia datang bersamamu. Apa dia absen?"

     Sambil mengidikkan bahu aku merespon dengan tidak yakin, "Entahlah, Namhyuck. Adiknya bilang padaku, Seungbin sudah datang lebih awal. Tapi lima menit aku menunggu, dia tidak pula masuk ke kelas."

    Sejujurnya aku sudah menunggu sekitar sepuluh menit yang lalu, sekarang tinggal sepuluh menit lagi menuju jam delapan. Ah, padahal kalau ku rencanakan step by step, mungkin akan berhasil.

Seperti yang kau ketahui saja, Seungbin itu orangnya sangat kompleks. Terkadang sikapnya bisa sangat mendukung dan bisa juga sebaliknya. Jadi langkah pertama gagal kulakukan hanya karena dia tidak masuk. Seharusnya tak selama itu menunggunya kan?

     Namhyuck berdeham panjang, melangkah menuju mejanya di belakang, tepat di sebelah meja Seungbin lalu menaruh tas ranselnya kemudian kembali menghampiriku.

     "Bagaimana kalau kita cari saja? Sebentar lagi bel berbunyi,"usulnya.

Yang dikatakan pemuda berpipi chubby ini benar. Aku menimang-nimang sejenak sambil menyisir seisi kelas, terlihat siswa-siswi lain sudah mengisi meja dan menyisakan satu meja yang kosong di sudut ruangan. Lama-lama aku merasa sedikit cemas atas ketidakhadirannya.

Aku lekas mengangguk lalu bangkit dari kursi kemudian berjalan mengekori Namhyuck melewati lorong-lorong sekolah yang mulai sunyi, tampak beberapa siswa sudah memasuki kelasnya masing-masing. Ketukan-ketukan sepatu menggema di sepanjang lorong, langkah kaki kian dipercepat begitu berbelok ke lorong selanjutnya. Aku harap tidak ada satupun guru yang akan berpapasan nanti.

Aku tidak tahu pasti Namhyuck berusaha mencarinya kemana. Selama berjalan, tak ada sepatah dua patah yang lolos dari mulutnya. Oleh karena itu aku hanya mengikut saja tanpa memblokir pencariannya sedikitpun.

We Come And GoWhere stories live. Discover now