[08] ~ All for You

25 3 1
                                    

"Will you marry me?"

"Gila ya!"

Spontan Nadira mengucapkan itu. Dia tidak peduli bahwa lawan bicaranya saat ini adalah atasannya. Pria itu sungguh kelewatan. Tidak ada angin tidak ada hujan, kenal belum genap satu bulan bisa-bisanya dia berkata "Will you marry me?" dengan sesantai itu?! Bukan santai lagi, bahkan ekspresinya pun tidak ada!

"Maaf Pak saya lancang. Tapi.." Nadira memikirkan kata-kata yang sekiranya sopan, tapi dirinya sudah tidak tahan.

"Tapi emang gila Pak! Bapak siapa? Saya siapa? Kita kenal berapa lama? Bapak bercanda kan?" Nadira tertawa, dia mencoba untuk berpikir positif lagi.

"Saya serius."

Nadira tertawa rendah, "Wah emang gila ini."

Nadira berhenti tertawa dan menatap tajam pria di depannya itu, "Atas dasar apa Bapak mau mengajak saya nikah?"

"Ada alasan tersendiri, saya tidak bisa menjelaskannya."

"Alasan tersendiri? Maksud Pak Gio apa? Apa saya terlihat seperti wanita gampangan?"

"Gak. Bukan tentang fisik kamu, bukan tentang apa pandangan saya ke kamu. Saya tidak bisa menjelaskannya, tapi saya ingin menikahi kamu, Dira."

Nadira melihat mata Gio sama sekali tidak menunjukkan kebohongan. Dia terlihat serius mengatakan semuanya. Tapi Nadira tidak bisa menerima alasan tidak jelas itu. Menikah bukanlah candaan baginya dan sepengetahuannya agama mereka tidak sama.

"Apa arti menikah bagi Bapak?"

Gio kembali menatap mata Nadira dan menjawabnya dengan lugas, "Menikah artinya kita siap sehidup semati bersama orang yang kita nikahi dan menikah hanya akan terjadi sekali seumur hidup."

Kali ini Nadira setuju dengan jawaban Pak Gio. Arti pernikahan bagi Nadira sama dengannya, tapi ada satu hal yang terlewatkan di jawabannya. Pria itu tidak menyebut cinta sejak tadi.

"Apakah Bapak mencintai saya?"

Pria itu menunduk dan terdiam beberapa saat.

"Saya akan mencintai kamu."

"Akan? Artinya belum?"
"Lantas apa yang menjadi dasar Pak Gio meminta menikahi saya? Alasan yang tidak bisa Bapak sebutkan? Menurut Bapak perempuan mana yang akan percaya dengan ucapan Bapak? Menikah bukan candaan Pak, saya hanya akan menikah dengan orang yang saya cintai dan mencintai saya."

Nadira rasa ucapannya sudah jelas untuk menunjukkan penolakannya. Dia lihat Gio terdiam dan tidak mampu menatapnya lagi. Nadira tersenyum sembari bangkit dari duduknya, dia pergi dari hadapan Gio tanpa sepatah kata pun setelahnya.

Lucu jika dipikir. Pria itu mengajaknya menikah tiba-tiba dengan alasan yang tidak jelas. Bahkan Nadira tidak pernah tahu siapa dia yang sebenarnya, di mana rumahnya, bagaimana kepribadiannya yang asli, apa hobinya, begitu pula sebaliknya. Ini akan lebih buruk dari perjodohan jika Nadira menerimanya.

Gimana kalau dia punya istri, gimana kalau dia bukan orang baik, gimana gimana gimanaaa banyak banget hal yang perlu dipertanyakan.

"Nadira!"

Langkah Nadira terhenti. Dia menoleh ke belakang dan mendapati Gio berlari ke arahnya. Hingga akhirnya pria itu tepat di depan mata Nadira dan memberikan sebuah kartu. Dia menerimanya, ternyata itu KTP.

"Maksudnya?" Nadira tidak paham dengan tindakan pria itu.

"Itu kartu tanda penduduk saya, kamu bisa lihat nama, tanggal lahir, bahkan status saya."

My Love is an Ahoolحيث تعيش القصص. اكتشف الآن