[10] ~ Uncomfortable

18 2 0
                                    

Pepatah diam adalah emas memang benar. Mereka tidak butuh penjelasanmu, mereka hanya mendengar apa yang ingin mereka dengar bukan kebenarannya.

___________________________


Nadira berdiri di samping pintu ruangan divisi desain. Dia mengumpulkan keberanian selama beberapa menit di sana. Gadis itu mengambil napas dan membuangnya perlahan berkali-kali, namun masih berat rasanya bertemu rekan kerjanya.

Lo sih sok-sokan nantang maut!

Sampai akhirnya pintu ruangan itu terbuka dan muncul Cahyo dari sana. Pria itu menatap Nadira sambil tersenyum tengil. Nadira makin merasa malu. Kesalahan besar pertama kali dia harus bertemu Cahyo.

"Udah ah gak usah disembunyiin lagi," ledek Cahyo sambil cengengesan.

"Gue gak ada apa-apa sama Pak Gio!"

"Padahal gue gak nyebut Pak Gio lohh, hayooo Diraaa.." Cahyo makin mendesak Nadira.

"Tau ah!" Nadira menerobos masuk ke ruangan, bisa makin gila dia terus meladeni Cahyo yang super tengil itu.

Setelah masuk gadis itu menjadi pusat perhatian Manda, Glenn, dan Fajira. Rasanya Nadira ingin menghilang dari dunia ini saja. Atau mungkin besok dia harus resign? Gila, dua tahun usaha lempar-lempar CV akan sia-sia.

"Ehm," Fajira berdeham sambil memberi kode mata pada Nadira. Dia mengerti Fajira bermaksud memanggilnya.

Dengan rasa malu yang amat amat tinggi gadis itu berjalan menuju mejanya. Fajira yang ada di sebelahnya langsung mendekat dan menatap dengan kekesalan.

"Udah gue bilang hati-hati sama Gigi! Lo jadi kena batunya kan sekarang," bisik Fajira.

Nadira mendengus, tidak mungkin dia menceritakan tentang Gio yang mengajaknya menikah dan pria itu tidak akan berhenti berusaha sebelum dua bulan selesai. Dia benar-benar tidak tahu apa yang akan dia lakukan setelah ini, sudah pasti dia akan menjadi bahan pembicaraan bahkan pusat perhatian semua pegawai. Bukan hanya karena Gio, justru Dennis yang akan membuatnya terlihat lebih buruk.

Nadira mengacak-acak rambutnya frustasi. Paling tidak dia harus menahan diri berada di situasi ini selama satu minggu ke depan dan berusaha tahan dengan kegilaan Gio hingga dua bulan. Nadira hanya bisa berharap semoga dirinya tidak menjadi bahan pembicaraan dalam jangka panjang.

Tuing~

Ponsel Nadira berbunyi, itu nada deringnya untuk notifikasi whatsapp.

Bapak Bos Gio
Kamu kenapa?

Matanya otomatis melirik ke ruangan Gio, ternyata pria itu sudah ada di sana dan sedang memerhatikan Nadira.

Nadira

Tolong Pak kalau di kantor jangan ngelihat saya kayak gitu. Coba bapak lihat orang yang ada di ruangan ini lagi ngelihatin Bapak!


Pria itu celingak celinguk melihat orang-orang yang ada di ruangan, sepertinya dia baru sadar semua mata tertuju padanya. Dia langsung mengambil remote dan mengaktifkan mode buram pada kacanya.

Bapak Bos Gio
Ya sudah nanti saja saya ngelihatin kamu

GA GITU PAK KONSEPNYA!

Bapak Bos Gio
Nanti saya antar pulang ya

Nadira

G

Bapak Bos Gio
G?

Nadira

Saya pulang sendiri

Bapak Bos Gio
Ya sudah, hati-hati

My Love is an AhoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang