[15] ~ Improbable

19 1 0
                                    

Suasana cafe seramai ini tidak pernah dia rasakan seumur hidupnya. Gadis berkuncir ponytail itu menikmati live music sambil menyeruput ice americano miliknya dengan wajah muram. Dia melirik jam tangannya berkali-kali dan melihat tangga berharap seseorang muncul dari sana.

Sudah hampir tiga jam Nadira ada di sana, awalnya dia sangat senang merasakan suasana baru yang tidak pernah dirasakannya, namun lama kelamaan dia kesal karena Gio tak kunjung datang. Pria itu memang bilang dia ada meeting mendadak, dia juga memesankan taksi untuk Nadira agar ke cafe terlebih dahulu.

Nadira juga sudah mengirim pesan pada Gio menanyakan kapan dia datang, namun nihil balasannya. Gadis itu menghela napas untuk kesekian kalinya. Matahari sudah hampir tenggelam, emosinya hampir meledak karena dia mulai lelah.

Mending gue pulang aja kali. Pikirnya.

Gadis itu akhirnya mengikuti jalan pikirnya. Dia mengambil tasnya dan menuruni tangga sambil menoleh ke sana kemari, dia akan memaafkan pria itu jika melihatnya sekarang. Sayangnya hingga keluar cafe tidak terlihat sedikitpun batang hidungnya.

Ketika tiba di area parkir Nadira mengernyit saat melihat salah satu mobil yang terparkir. Mobil dan plat itu tampak tidak asing baginya. Dia menghampirinya dan melihat bagian belakang mobilnya. Ada stiker "let's Go" di sana. Nadira yakin itu mobil Gio, dia menghafalnya dari stiker itu.

"Tapi dia di mana?" Gumamnya.

Nadira melihat tukang parkir yang duduk di dekat sana, dia menghampirinya.

"Permisi Pak, mobil ini ada sejak kapan ya Pak?" Tanya Nadira.

"Waduh gak ingat saya mbak, tapi belum lama mobil itu datang."

Aneh. Tidak mungkin mata Nadira salah.

Udahlah, kalau dia cari gue juga nanti telepon

Nadira tetap pada keputusan awalnya. Dia memanggil taksi yang lewat dan pulang dengan itu. Selama perjalanan gadis itu terus mengecek ponselnya berharap ada pesan ataupun panggilan yang masuk. Lagi-lagi dia menghela napas.

Setengah jam berlalu dan Nadira sudah sampai di apartemennya. Dari sore yang cerah hingga malam berbintang tidak ada kabar satupun dari Gio. Suasana hatinya benar-benar buruk sekarang, dia tidak tahu kemana pria yang sudah berjanji padanya itu.

"Astaga sampe lupa belum solat," Nadira merasa berdosa melupakan solat maghribnya karena terlalu banyak berpikir.

Dia langsung pergi mengambil wudhu dan solat setelah itu. Selesai solat pikirannya lebih tenang dari sebelumnya, namun tidak bisa dipungkiri rasa kecewanya masih ada hingga sekarang.

"Coba," Nadira mengambil ponselnya dan melakukan panggilan ke Gio.

Nomor yang anda tuju tidak menjawab

"Sialan.." Nadira mengumpat sembari menutup ponselnya.

"Daripada gue semakin kesel, mending lanjutin kerjaan aja."

Masih dengan rasa kesalnya Nadira membuka laptop dan memaksakan diri menggarap animasi logo untuk acara baru televisi. Disamping itu dia menyetel musik untuk menenangkan pikirannya.

"Youuuuu You're my love, my life, my beginning..." gadis itu bersenandung sambil terus mengedit.

"Youuuuuuu!!"

~Ting tung ting tung ting ting

Nadira mematikan lagunya, dia meraih ponselnya dan melihat nama "Bapak Bos Gio" di sana.

"Nyariin gue lo?!" Nadira kesal.

"Ehm, stay cool Ra!" Nadira berdeham kemudian menerima panggilan itu.

My Love is an AhoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang