[21] ~ Our Love

20 0 0
                                    

Mohon dukungannya untuk cerita ini dengan cara VoMent ya tmn-tmn!! Thank you so much! <3

Happy reading! 💕

==================

Setelah kejadian yang menimpa apartemen Nadira kemarin, pagi ini Gio mengantar Nadira pulang ke Surabaya. Gio paham betapa terkejutnya gadis itu, lagipula tugas Nadira untuk penerbitan majalah bulan Mei sudah selesai.

Kini mereka berdua berada di mobil dengan perjalanan menuju Surabaya. Di depan dan belakang ada mobil pengawal siluman kelelawar yang menjaga mereka. Mungkin terlihat berlebihan tapi permasalahannya adalah yang membahayakan Nadira ini bukan manusia, maka untuk menjaganya juga harus dengan sosok yang seimbang.

"Mas," panggil Nadira membuatnya menoleh sekilas, gadis itu terlihat pucat karena pola makannya tidak teratur belakangan ini. Gio pun tidak bisa memaksanya, setidaknya dia memastikan dalam satu hari pasti ada sesuap nasi yang masuk.

"Kenapa sayang?" Tanyanya lembut.

"Bisa gak aku jadi siluman aja biar gak dikejar vampire?"

Gio tertawa kecil, "Yaudah sini aku gigit."

Nadira mendengus mendengar jawaban tak serius itu. Bahkan Gio pun tak tahu solusinya, apalagi dia.

Sembari menyetir sesekali dia menoleh ke arah Nadira, wajah putus asa itu membuatnya cemas juga. Bisa saja dia segera menikahi Nadira agar dia terus disampingnya, tapi keputusan itu juga ada sisi negatifnya. Gio akan menjadi manusia biasa, dia tidak akan bisa menjaga Nadira dengan tangan kakinya sendiri.

Keheningan di antara mereka berdua membuat perjalanan terasa lama. Akhirnya setelah dua jam, 3 mobil itu berhenti di pelataran rumah orang tua Nadira. Sebelum Gio dan Nadira turun, para pengawalnya memposisikan diri menjaga setiap sudut.

Situasi nampak aman, mereka berdua pun turun dan langsung masuk ke dalam dengan kunci yang dibawa Nadira. Di ruang tamu sudah ada Ayah dan Bunda Nadira yang menunggu kedatangan mereka. Bundanya langsung berlari memeluk Nadira dengan erat, mereka sudah tau apa yang terjadi kemarin.

"Kamu pasti capek ya habis nyetir?" Ayah Nadira menghampiri Gio seraya menepuk-nepuk pundaknya.

"Ngga kok Yah," jawabnya sopan.

"Bun, Yah, Mas, aku ke kamar dulu ya, capek," ucap Nadira usai melepas pelukan dengan Bundanya.

"Iya Nak, kamu istirahat ya," ucap Ayahnya.

Nadira pun melenggang pergi dari ruang tamu. Setelah Nadira tak terlihat lagi, Ayahnya dan Gio duduk di kursi ruang tamu, sementara Bundanya pergi ke dapur membuat minuman untuk mereka. Gio bersyukur disambut sebaik ini dengan kedua orang tua Nadira.

"Gio," panggilan itu membuat Gio menoleh. "Sudah ada petunjuk siapa yang membobol apartemen Nadira?" tanyanya.

Gio menggeleng, "Belum Yah, orang suruhan saya masih berusaha mencari tau."

"Kenapa gak lapor polisi aja biar cepet?"

Gio rasa melapor ke polisi akan menambah masalah lagi, karena kasus pembobolan ini bukan oleh manusia biasa. Polisi pun tidak akan percaya hal itu karena di balkon tidak ada CCTV.

"Makin ribet urusannya, orang saya pasti akan menemukannya dengan cepat," jelas Gio.

"Ayah, Gio mohon izin selama Nadira di sini akan ada beberapa pengawal menjaga di luar rumah. Takutnya ada yang tau posisi Nadira di sini dan nekat berbuat jahat."

Ayahnya mengangguk, dia percaya Gio lebih paham dan pastinya tau cara menjaga calon istrinya itu.

"Gio, kamu tinggal di sini semalam ya?" Bundanya datang dengan membawa dua teh hangat.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 09, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

My Love is an AhoolWhere stories live. Discover now